Virus Merah Jambu: Kenali dan Waspadai

Bagi sebagian orang masa SMA merupakan masa paling indah, karena masa-masa SMA akan membawa kita menuju ke pengalaman baru. Namun,  pada masa ini pula para remaja yang tengah duduk di bangku SMA akan rentan terkena “Virus Merah Jambu.” Apa itu virus merah jambu? Virus merah jambu merupakan istilah lain dari jatuh cinta. Biasanya, virus ini hadir ketika seseorang mulai beranjak remaja dan hasilnya banyak remaja yang berpacaran gara-gara mereka terserang virus tersebut. Padahal dalam Islam, Allah sangat tidak menyukai perbuatan yang mendekati zina. Maka dari itu, untuk membekali ilmu SMAHA GenZees (sebutan untuk siswa SMAHA) mengenai virus merah jambu, SMA Islam Hidayatullah (SMAHA) menggandeng psikolog sekolah Ibu Nurina, S.Psi., M.Psi., CHA, CGA., mengadakan talk show yang mengangkat tema “Kamu dan Virus Merah Jambu.” Talk show ini diadakan pada hari Senin, 13 Febuari 2023, di aula dan diikuti oleh seluruh GenZees.

Wakil Kepala SMAHA bidang kesiswaan, Ibu Sri Widayati, S.Pd., mengatakan bahwa di zaman sekarang lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan karakter anak. “SMAHA terus melakukan pembentukan karakter melalui berbagai kegiatan. Salah satunya talk show tentang pergaulan ini. Perlu adanya pembiasaan kepribadian diri siswa dalam kehidupan sehari-hari. Manajemen diri dalam pergaulan dengan lawan jenis perlu disosialisasikan dan ditekankan pada siswa. Semoga kegiatan ini membawa manfaat bagi SMAHA GenZees dalam proses pendewasaan diri mereka,” tambah Ibu Sri Widayati, S.Pd. “Mengapa jatuh cinta disebut sebagai virus? Hal ini karena jatuh cinta datang dan perginya secara tiba-tiba. Efeknya pun tidak terduga apabila kita belum siap menerima virus tesebut,” tutur Bu Ririn.

Bu Ririn juga menyampaikan bahwa jatuh cinta (fall in love) memanglah perasaan yang diberikan Allah kepada manusia. Jatuh cinta merupakan suatu energi yang ada di dalam hati dan mengarahkan kita untuk respect dan mengagumi seseorang. Jatuh cinta bukan hanya kepada lawan jenis, tapi bisa jatuh cinta antara orang tua ke anak, begitu juga sebaliknya. Sedangkan yang terjadi di kalangan remaja itu bukanlah jatuh cinta, tapi lebih cenderung ke rasa kagum. Karena cinta itu lebih ke rasa tanggung jawab dan komitmen. Jadi, apabila kita ingin membedakan jatuh cinta dan rasa kagum seseorang, kita bisa lihat dari usia fisik dan mental orang tersebut. Banyak permasalahan virus merah jambu di kalangan remaja yang dibahas oleh Bu Ririn. Salah satunya adalah “bucin” (budak cinta). Menurut beliau, “budak” merupakan istilah yang kurang pas digunakan. Pada zaman dahulu, Rasulullah saja memerdekakan budak. Jadi, apabila seseorang remaja menyebut dirinya atau temannya “bucin” hal itu sama saja merendahkan diri.

Bu Ririn menjelaskan jika di dalam Islam, hakikatnya wanita diperintahkan untuk menutup aurat. Karena hal kecil yang dimunculkan oleh wanita, bisa menstimulasi panca indera laki-laki untuk melakukan hal-hal yang dapat merugikan keduanya. Beliau menambahkan jika pacaran itu selain menimbulkan dosa, juga banyak menyebabkan kerugian pada pelakunya. Karena di dalam pacaran pasti banyak aturan/kominten yang harus dijalani belum pada waktunya. “Tanamkan rasa cinta paling tinggi adalah pada Allah,” tambah beliau. Jadi untuk para remaja kalian boleh-boleh saja memiliki rasa kagum terhadap lawan jenis. Tapi, ingat jangan sampai rasa kagum tersebut mengalahkan logikamu. Karena, masih banyak hal yang harus kalian perjuangkan dan masa depan kalian masih panjang. Untuk remaja yang saat ini sudah merasakan jatuh cinta, maka harus bersyukur karena Allah melembutkan hati kita dengan cinta, serta kendalikan antara logika dan perasaan. “Alhamdulillah melalui kegiatan ini, kita menjadi tahu tentang apa itu cinta dan bagaimana cara kita mengelola rasa cinta tersebut,” tutur salah satu SMAHA GenZees, Aisya Muna-XI MIPA 2. Kegiatan ditutup dengan nobar (nonton bareng) film pendek Seragam Putih Abu-Abu yang memiliki makna dalam tentang pergaulan remaja di masa SMA.

 

Penulis : Annisa Erwindani, S.Pd., Guru SMAHA

Editor  : Nurul Rahmawati, M.Pd., Guru SMKN 1 Tuntang