Wow! Sawi Pagoda yang Menggoda di SMAN 1 Bringin  Hasil Budidaya P5 Gaya Hidup Berkelanjutan

Setelah hari Jum’at, 31 Maret 2023 lalu SMAN 1 Bringin telah sukses panen pakcoy untuk pertama kali dan pada hari Senin, 3 April 2023 telah panen selada untuk yang pertama kalinya juga. Pada Jum’at, 14 April 2023 kemarin telah berhasil melakukan panen perdana sawi pagoda hasil budidaya P5 dengan tema “Gaya Hidup Berkelanjutan”

Sawi merupakan sayuran yang memiliki bermacam-macam jenis, salah satunya adalah Sawi Pagoda. Sawi pagoda memiliki nama Ilmiah Brassica Rapa Subsp. Narinosa yang berasal dari family Brassicaceae merupakan salah satu jenis sayuran sawi yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi, Sawi Pagoda ini dikenal juga dengan nama lain yaitu Ta Ke Chai dan Tatsoi merupakan jenis sawi yang berasal dari beberapa daerah, salah satunya adalah Tiongkok. Sawi pagoda memang menggoda karena sawi pagoda  salah satu jenis sawi yang memiliki warna hijau pekat dengan bentuk daun yang unik yaitu oval, cembung dan daunnya tersusun melingkar berbentuk roset seperti bentuk pagoda. Rasa sayurnya yang lezat dan memiliki batang dan daun yang renyah. 

Budidaya sawi pagoda ini menggunakan teknik hidroponik sama seperti budidaya sayuran pakcoy dan selada kemarin. Penanaman sayuran dengan teknik hidroponik ini bukan hanya solusi untuk kepemilikan tanah yang sempit namun juga mengandung kolaborasi antara teknologi pertanian dengan estetika. Keuntungan yang diperoleh dengan penanaman teknik hidroponik antara lain,  tidak memerlukan tempat yang luas,  sehingga dapat ditempatkan di depan rumah; tidak memerlukan tanah; sayuran dapat dipindah-pindahkan; tidak membutuhkan pencahayaan yang banyak; hasil dari tanaman kualitasnya lebih baik; menghemat pupuk, air, dan tenaga; pemeliharaan tanaman lebih mudah karena mempunyai bentuk yang pendek; dapat berfungsi sebagai penghias rumah; dan berfungsi sebagai pelestarian tanaman.

Budidaya sawi pagoda dengan teknik hidroponik ini pemeliharaan dan perawatannya pun lebih mudah, gangguan hama lebih terkontrol seperti kemarin saat awal sempat mendapat serangan hama berupa ulat daun, tetapi setelah rajin membuang ulat daun, dalam beberapa hari ulat daun pun tidak kembali lagi, kualitas sayuran lebih sehat karena tidak menggunakan pestisida kimia, serta ramah lingkungan.  

Sawi pagoda dipanen ketika berumur 40-45 hari setelah tanam. Pada panen perdana sawi pagoda kemarin menghasilkan sekitar 1 kg sawi pagoda segar yang sudah banyak dilirik oleh Bapak/ Ibu guru. Setelah berhasil panen dan telah melalui proses penimbangan dalam hitungan detik sawi pagoda pun laris dibeli Bapak/ Ibu guru yang sangat tertarik dengan keindahan serta kelezatan sawi pagoda ini. Siswapun menjadi semakin semangat dan antusias dalam budidaya sayuran hidroponik ini.  

Penulis : Denti Meiningsih, S.Pd., Guru SMAN 1 Bringin.

Editor   : Annisa Erwindani, S.Pd., Guru SMA Islam Hidayatullah.