Mempengaruhi Guru dan Karyawan di Sekolah dengan Prinsip-Prinsip Persuasi

Sebagai seorang kepala sekolah, saya memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa guru dan karyawan di sekolah saya bekerja dengan dedikasi, profesionalisme, dan produktivitas. Saya juga ingin mereka bekerja sama dengan baik, mendukung visi dan misi sekolah, serta memberikan pelayanan yang terbaik bagi siswa dan orang tua. Namun, bagaimana cara saya untuk mempengaruhi mereka agar melakukan hal-hal tersebut? Apa yang bisa saya lakukan untuk membuat mereka mau mengikuti arahan dan saran saya?

Salah satu sumber yang saya gunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah buku “Influence: The Psychology of Persuasion” karya Robert B. Cialdini. Buku ini merupakan karya yang mendalam tentang ilmu psikologi di balik persuasi dan pengaruh. Cialdini, seorang profesor psikologi dan ilmu pemasaran, menyelidiki prinsip-prinsip yang digunakan oleh para pengaruh yang berhasil dalam mempengaruhi pikiran dan perilaku orang lain.

Dalam bukunya, Cialdini menggambarkan enam prinsip dasar yang digunakan oleh para pengaruh, yaitu: timbal balik, komitmen dan konsistensi, bukti sosial, kesukaan, otoritas, dan kelangkaan. Setiap prinsip memiliki kekuatan dan dapat diterapkan dalam berbagai konteks untuk mencapai hasil yang diinginkan. Dalam artikel ini, saya akan membahas bagaimana saya dapat menerapkan prinsip-prinsip tersebut dalam konteks sekolah, khususnya dalam mempengaruhi guru dan karyawan.

Prinsip pertama adalah timbal balik, yang menunjukkan bahwa orang cenderung merasa terbebani untuk memberikan kembali sesuatu yang telah diberikan kepada mereka. Dalam konteks sekolah, saya dapat menerapkan prinsip ini dengan memberikan sesuatu yang positif kepada guru dan karyawan saya, seperti pujian, penghargaan, bantuan, atau fasilitas. Dengan demikian, saya akan menciptakan rasa terima kasih dan loyalitas dari mereka, yang akan membuat mereka lebih mungkin untuk merespons dengan baik terhadap permintaan atau harapan saya di masa depan.

Sebagai contoh, saya dapat memberikan pujian kepada guru yang telah menyelesaikan tugasnya dengan baik, memberikan penghargaan kepada karyawan yang telah memberikan pelayanan yang memuaskan, memberikan bantuan kepada guru atau karyawan yang mengalami kesulitan, atau memberikan fasilitas yang memadai kepada guru dan karyawan untuk mendukung kinerja mereka. Hal-hal ini akan membuat mereka merasa dihargai dan dihormati, serta meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi mereka. 

Prinsip kedua adalah komitmen dan konsistensi, yang menunjukkan bahwa orang cenderung bertindak sesuai dengan komitmen yang telah mereka buat secara publik atau pribadi. Dengan meminta orang untuk membuat komitmen kecil terlebih dahulu, saya dapat meningkatkan kemungkinan mereka untuk mengikuti komitmen tersebut dengan tindakan yang konsisten di masa depan. Dalam konteks sekolah, saya dapat menerapkan prinsip ini dengan meminta guru dan karyawan untuk membuat komitmen yang berkaitan dengan visi dan misi sekolah, tujuan dan sasaran kerja, atau nilai-nilai dan budaya sekolah. Dengan demikian, saya akan menciptakan rasa tanggung jawab dan keterlibatan dari mereka, yang akan membuat mereka lebih mungkin untuk berperilaku sesuai dengan komitmen tersebut.

Sebagai contoh, saya dapat meminta guru dan karyawan untuk membuat rencana hasil kerja. Saya juga dapat meminta mereka untuk menyampaikan komitmen mereka secara lisan di depan rekan-rekan mereka, atau secara tertulis di media sosial atau website sekolah. Hal-hal ini akan membuat mereka merasa terikat dan berkomitmen dengan apa yang telah mereka ucapkan atau tuliskan, serta menghindari rasa malu atau bersalah jika mereka melanggarnya. Selain itu, hal-hal ini juga akan membuat mereka merasa menjadi bagian dari tim atau keluarga sekolah, yang akan meningkatkan rasa solidaritas dan kerjasama mereka.

Prinsip ketiga adalah bukti sosial, yang menunjukkan bahwa orang cenderung mengikuti tindakan orang lain dalam situasi yang tidak jelas atau tidak pasti. Dengan menunjukkan bahwa banyak orang lain telah melakukan atau mendukung suatu tindakan atau keputusan, saya dapat meyakinkan orang lain untuk mengikuti jejak yang sama. Dalam konteks sekolah, saya dapat menerapkan prinsip ini dengan menunjukkan bahwa banyak guru dan karyawan lain yang telah melakukan atau mendukung tindakan atau keputusan yang saya inginkan. Dengan demikian, saya akan menciptakan rasa percaya dan validasi dari mereka, yang akan membuat mereka lebih mungkin untuk mengikuti tindakan atau keputusan tersebut.

Sebagai contoh, saya dapat menunjukkan bahwa banyak guru dan karyawan lain yang telah mengikuti pelatihan atau workshop yang saya tawarkan, yang telah memberikan manfaat bagi kinerja dan pengembangan mereka. Saya juga dapat menunjukkan bahwa banyak guru dan karyawan lain yang telah mendukung program atau kebijakan baru yang saya luncurkan, yang telah memberikan dampak positif bagi sekolah. Hal-hal ini akan membuat mereka merasa bahwa tindakan atau keputusan tersebut adalah hal yang benar dan populer, serta menghindari rasa takut atau ragu untuk mengikutinya. 

Prinsip keempat adalah kesukaan, yang menunjukkan bahwa orang cenderung lebih menerima dan mempercayai orang yang mereka sukai atau dengan siapa mereka merasa memiliki kesamaan. Menciptakan hubungan yang positif dan membangun kepercayaan adalah kunci dalam menerapkan prinsip kesukaan. Memperlihatkan minat yang tulus, memberikan pujian, atau menemukan kesamaan dengan orang lain dapat meningkatkan kemungkinan mereka untuk menerima dan mendukung saya. Dalam konteks sekolah, saya dapat menerapkan prinsip ini dengan menunjukkan sikap yang ramah, hangat, dan empatik kepada guru dan karyawan saya. Dengan demikian, saya akan menciptakan rasa simpati dan kedekatan dari mereka, yang akan membuat mereka lebih mungkin untuk mempercayai dan menghormati saya.

Sebagai contoh, saya dapat menunjukkan sikap yang ramah dengan menyapa dan tersenyum kepada guru dan karyawan saya setiap kali saya bertemu dengan mereka. Saya juga dapat menunjukkan sikap yang hangat dengan memberikan ucapan selamat atau dukungan kepada guru dan karyawan saya yang telah meraih prestasi atau mengalami kesulitan. Saya juga dapat menunjukkan sikap yang empatik dengan mendengarkan dan memahami permasalahan atau aspirasi yang dihadapi oleh guru dan karyawan saya. 

Prinsip kelima adalah otoritas, yang menunjukkan bahwa orang cenderung mengikuti petunjuk atau saran dari orang yang dianggap sebagai otoritas dalam bidang tertentu. Mempertunjukkan pengetahuan, pengalaman, atau keahlian yang relevan dapat meningkatkan kepercayaan dan kredibilitas kita sebagai pengaruh. Dalam konteks sekolah, kita dapat menerapkan prinsip ini dengan menunjukkan bahwa kita memiliki pengetahuan, pengalaman, atau keahlian yang berkaitan dengan bidang pendidikan, manajemen, atau kepemimpinan. Dengan demikian, kita akan menciptakan rasa hormat dan patuh dari guru dan karyawan kita, yang akan membuat mereka lebih mungkin untuk mengikuti arahan atau saran kita.

Sebagai contoh, kita dapat menunjukkan pengetahuan kita dengan memberikan informasi yang akurat, terkini, dan relevan tentang kurikulum, standar, atau regulasi yang berlaku di bidang pendidikan. Kita juga dapat menunjukkan pengalaman kita dengan berbagi cerita atau pelajaran yang kita dapatkan dari karier kita sebagai pendidik atau pemimpin. Hal-hal ini akan membuat mereka merasa bahwa kita adalah seorang pemimpin yang kompeten, profesional, dan berwibawa, serta menghindari rasa ragu atau skeptis terhadap kita. Selain itu, hal-hal ini juga akan membuat mereka merasa bahwa kita adalah seorang pemimpin yang dapat memberikan bimbingan, arahan, atau solusi yang tepat bagi mereka.

Prinsip keenam adalah kelangkaan, yang menunjukkan bahwa orang cenderung memberikan nilai yang lebih tinggi pada hal-hal yang dianggap langka atau sulit didapatkan. Menerapkan prinsip kelangkaan dengan menyoroti keterbatasan atau keunikannya suatu produk, layanan, atau kesempatan dapat meningkatkan minat dan dorongan orang lain untuk bertindak cepat. Dalam konteks sekolah, kita dapat menerapkan prinsip ini dengan menyoroti keterbatasan atau keunikannya suatu program, kebijakan, atau fasilitas yang kita tawarkan kepada guru dan karyawan kita. Dengan demikian, kita akan menciptakan rasa penasaran dan antusiasme dari mereka, yang akan membuat mereka lebih mungkin untuk berpartisipasi atau mendukung program, kebijakan, atau fasilitas tersebut.

Sebagai contoh, Kita  dapat menyoroti keunikannya suatu program dengan memberikan manfaat, insentif, atau pengalaman yang istimewa bagi peserta program tersebut. Kita juga dapat menyoroti keterbatasan atau keunikannya suatu kebijakan atau fasilitas dengan memberikan informasi yang menarik, mengejutkan, atau menantang tentang kebijakan tersebut. Hal-hal ini akan membuat mereka merasa bahwa program, kebijakan, atau fasilitas tersebut adalah hal yang berharga, menarik, atau menguntungkan, serta menghindari rasa acuh atau bosan terhadap program, kebijakan,  tersebut. Selain itu, hal-hal ini juga akan membuat mereka merasa bahwa program, kebijakan,  tersebut adalah hal yang langka, eksklusif, atau prestisius, yang akan meningkatkan rasa bangga dan penghargaan mereka.

Penulis : Ardan Sirodjuddin, M.Pd, Kepala SMKN 10 Semarang