Pembelajaran Mendiagnosa Kerusakan  Sistem Kelistrikan Penerangan Lebih ASIK Dengan Metode Problem-Based-Learning

Kelistrikan adalah aspek yang sangat penting dalam dunia otomotif. Mahir dalam sistem kelistrikan otomotif adalah kompetensi utama bagi Siswa jurusan TKRO. Oleh karena itu, pelajaran mendiagnosakerusakan sistem kelistrikan penerangan di kelas XI SMK TKRO sangat relevan dan bermanfaat dalam dunia usaha dan Industri. Terutama bekal Siswa dalam mengikuti Magang di Industri. Dalam upaya untuk meningkatkan pemahaman Siswa tentang mendiagnosa kerusakan  sistem kelistrikan penerangan, metode Problem-Based Learning (PBL) telah digunakan untuk memungkinkan Siswa secara aktif terlibat dalam analisis ini atau dapat dikatakan terlibat dalam proses pembelajaran.

Sependapat dengan hal tersebut ditegaskan oleh Markus (dalam Connell, 2004) mendefinisikan bahwa keterlibatan Siswa dalam belajar (student engagement) merupakan proses psikologis seperti perhatian, minat, dan investasi dalam kegiatan belajar. Investasi psikologis adalah usaha yang dikerahkan Siswa dalam proses belajar serta pemahaman untuk menguasai suatu pengetahuan. Pendapat Markus didukung oleh Newmann (dalam Appleton, 2008) bahwa keterlibatan Siswa dalam belajar (student engagement) merupakan investasi psikologis yang dikerahkan Siswa dalam proses belajar dan pemahaman mengenai suatu pengetahuan serta keterampilan yang menjadi tujuan dari kegiatan akademik. Menurut Connell (2004) keterlibatan Siswa dalam belajar merupakan emosi positif yang ditunjukkan oleh Siswa selama penyelesaian kegiatan belajar yang ditunjukkan dengan perilaku antusias, optimis, konsentrasi dan rasa ingin tahu. Komponen kognitif dari keterlibatan mencakup pemahaman Siswa tentang mengapa mereka melakukan apa yang mereka lakukan dalam kegiatan belajar dan tetap bertahan dalam dalam keadaan sulit. Dari penjelasan yang telah dikemukakan oleh Connell & Markus dapat disimpulkan bahwa keterlibatan Siswa dalam belajar (student engagement) ditunjukkan dalam bentuk emosi positif, perilaku antusias, optimis dan perhatian.

Problem-Based Learning (PBL) adalah pendekatan pembelajaran yang memberi Siswa kesempatan untuk memecahkan masalah dunia nyata. Dalam metode ini, Siswa diberikan masalah atau tantangan yang memerlukan mereka untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan mencari solusi dengan bimbingan guru. PBL memberikan pengalaman belajar yang berpusat pada Siswa dan mendorong pemikiran kritis, kolaborasi, dan pemecahan masalah.

Langkah-Langkah dalam pelaksanaan metode PBL dapat kita sampaekan sebagai berikut

  1. Identifikasi Masala Siswa diberikan tantangan untuk mengidentifikasi masalah dalam sistem kelistrikan penerangan kelas XI TKRO. Hal ini dapat mencakup isu-isu seperti ketidakcukupan pencahayaan atau lampu redup, konsumsi energi yang tinggi, atau masalah lampu yg mudah putus.
  2. Penelitian. Siswa melakukan penelitian untuk memahami masalah tersebut. Mereka mempelajari tentang komponen sistem kelistrikan, prinsip-prinsip dasar, dan standar rangkaean kelistrikan .
  3. Analisis Masalah. Siswa menganalisis masalah secara mendalam, mencari akar penyebab, dan mencari tahu apa yang perlu diperbaiki.
  4. Pengembangan Solusi. Siswa bekerja bersama untuk mengembangkan solusi yang efektif untuk masalah tersebut. Mereka mungkin merancang perbaikan sistem, merencanakan penggantian peralatan pencahayaan, atau mengusulkan langkah-langkah lain yang sesuai.
  5. Penyajian Solusi. Siswa menyajikan solusi mereka kepada kelas, menjelaskan langkah-langkah yang diambil, alasan di balik keputusan mereka, dan dampak yang diharapkan.
  6. Evaluasi dan Refleksi. Siswa dan guru bersama-sama mengevaluasi proses analisis dan solusi yang dihasilkan. Mereka merenungkan dan berfikir kreatif apa yang telah dipelajari selama proses berlangsung.

Hasil dari pembelajaran mendiagnosakerusakan sistem kelistrikan penerangan dengan metode PBL dapat mencakup:

  1. Solusi Praktis. Siswa mengembangkan solusi yang dapat diterapkan untuk meningkatkan sistem kelistrikan penerangan di kelas XITKRO, seperti penggantian peralatan pencahayaan atau perbaikan instalasi.
  2. Pemahaman Mendalam. Siswa mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang sistem kelistrikan, efisiensi energi, dan standar rangkaean kelistrikan yg sebenarnya.
  3. Keterampilan Pemecahan Masalah. Siswa mengembangkan keterampilan pemecahan masalah yang berharga yang akan mereka terapkan dalam karir otomotif mereka.
  4. Peningkatan Kesadaran Lingkungan. Solusi yang efisien dalam hal energi juga dapat memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan.

Menggunakan metode Problem-Based Learning dalam mendiagnosakerusakan sistem kelistrikan penerangan di kelas XI SMK jurusan TKRO adalah pendekatan yang efektif. Ini membawa manfaat seperti pemahaman yang mendalam, solusi praktis, pengembangan keterampilan pemecahan masalah, dan peningkatan kesadaran lingkungan serta mengembangkan solusi yg efektif melibatkan Siswa dalam pembelajaran. Pendekatan ini juga menciptakan lingkungan pembelajaran yang aktif, kolaboratif, dan relevan dengan dunia nyata. Dengan mengintegrasikan metode PBL dalam mendiagnosa kerusakan  sistem kelistrikan penerangan, Siswa TKRO dapat mempersiapkan diri dengan lebih baik untuk karir mereka dalam industri otomotif yang saat ini berkembang cukup pesat.

“SMK Negeri 10 Semarang, dari Semarang untuk Indonesia”

Penulis: Soedjatmiko, S.Pd., Guru Produktif Teknik Kendaraan Ringan

Editor: Tim Humas