Penilaian sejati bagi peserta didik terhadap karya-karyanya adalah penilaian dari masyarakat bukan lagi nilai di atas kertas. Ketika masyarakat mengakui karya-karyanya dan menggunakan jasanya, maka anak didik tersebut layak mendapatkan nilai yang bagus, bahkan sebenarnya nilai tersebut melebihi nilai 90 di atas kertas. Inilah prinsip yang kami pakai untuk penilaian di jurusan Animasi SMK Negeri 11 Semarang dan berulang kali kami sampaikan kepada peserta didik. Dari prinsip inilah, kami selalu memberikan tantangan bagi siswa untuk berlomba-lomba menawarkan karya dan jasanya kepada masyarakat.
Malam ini saya melihat status Whatsapp dari orang tua siswa yang bernama Reynaldi. Beliau mengabarkan bahwa anaknya sedang mengerjakan project pribadi, terselip harapan semoga terus kebanjiran orderannya. Kabar tersebut menggelitik untuk lebih mengetahui secara mendalam. Saya langsung mengirim pesan kepada orang tua Reynaldi.
“Sudah buka orderan pribadi ya, Pak?”, tanya saya dengan penasaran. “Iya Pak, alhamdulillah dari teman saya ada yang nyantol buat design kamar, bisnisnya interior wallpaper, lantai, dan WPC”, jawab ayahnya Reynaldi. “Dapat finansial berapa hasil desainnya?”, sengaja saya menanyakan tentang hasil finansialnya. “Saya kurang tahu detailnya pak, karena Rey saya ajarkan untuk negosiasi sendiri dari produk yang akan dijualnya. Cuma dengar dengar dia deal di 40rb / m² nya. Info dari teman saya hasil gambarnya lebih bagus dari yang biasa dia order. InsyaAllah akan repeat order dengan area ruangan yang lebih luas”, jawab ayahnya Reynaldi secara lengkap dan jelas.
Bahagia rasanya melihat hasil karya siswa sudah laku dan jasanya dipakai oleh masyarakat. Sudah lama, model penilaian ini terlaksana. Sudah lama, bermunculan siswa-siswa yang memberikan laporan bahwa karyanya laku di pasaran. UUD alias ujung-ujungnya duwit itulah yang selalu saya tanamkan. “Ketika seseorang finansialnya mapan, dan dilandasi dengan karakter yang positif, maka terbuka luas untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat untuk orang lain”.
Karya di bawah ini merupakan hasil modeling 3D yang dibuat menggunakan software blender oleh Reynaldi, siswa kelas XI Animasi. Inilah karya pesanan dari pelanggan yang diperoleh secara pribadi. Reynaldi yang sering disapa Rey sejak kelas X semester 2 sudah mengikuti magang di Pickolab. Dari pengalaman magang tersebut, kemampuan membuat modeling 3D terasah secara cepat.
Di saat kelas XI semester ganjil, ia melanjutkan magang di RANS Animation milik Rafi Ahmad. Di sinilah ia belajar animate 3D dan mencapai puncaknya sebagai juara 3 lomba film tentang edukasi politik di Jawa Barat.
Di saat kelas XI semester genap, ia bersama Adwa Nalla diterima project industri di Pickolab. Dalam project industri ini mereka layaknya sebagai karyawan dan digaji namun statusnya masih sebagai pelajar. Di sela-sela waktu setelah semua pekerjaan di Pickolab diselesaikan, ia mengerjakan project secara pribadi.
Tantangan untuk menjual karya maupun menawarkan jasanya jauh lebih bermakna. Karena ia akan berkarya sesuai standar yang diinginkan oleh klien. Ketika mampu memberikan pelayanan dengan baik, sebenarnya sedang membangun investasi jangka panjang, karena menciptakan jejaring lebih luas adalah bagian dari rezeki untuk masa depannya.
Penulis: Diyarko, Guru SMKN 11 Semarang.
Editor: Annisa Erwindani, S.Pd., Guru SMA Islam Hidayatullah.
Komentar Pengunjung