Giatkan One Day One Project di Jurusan Animasi SMKN 11 Semarang dengan Sentuhan Hati

One day one project merupakan salah satu program pembelajaran yang diterapkan pada pelajaran produktif di kelas X Animasi SMK N 11 Semarang. Program tersebut dilaksanakan untuk melatih budaya kerja di industri kreatif. Salah satu budaya kerjanya adalah mengejar deadline dengan target yang telah ditentukan. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu siswa kelas X yang mengikuti magang di Acong Graphic, menyatakan bahwa setiap hari harus menyelesaikan desain asset digital seperti gambar mandala, bunga, motif dan lain-lainnya sebanyak 100 gambar. Menurut penuturan dari Mas Agus founder Acong Grapich, usahanya bergerak di bidang pembuatan asset digital yang dijual di market place international seperti microstoct dan fripic. “Anak-anak yang magang di sana memang diberi target sekitar 100 gambar setiap harinya agar menyesuaikan dengan gerak dan ritme karyawan yang ada di sini”, kata mas Acong sapaan sehari-hari dari pemilik usaha yang murah senyum tersebut. Anak-anak yang magang di sana mendapatkan fasilitas komputer dan pentablet, makan dan penginapan yang disediakan di mess. Keakraban dengan penuh kekeluargaan yang ada di sana membuat anak-anak betah di sana.

Cerita lainnya dari Pickolab studio juga memiliki budaya industri yang hampir sama. Setiap anak yang magang juga mendapatkan tugas yang banyak setiap harinya. Menurut Serenade salah satu siswa kelas X Animasi yang diterima magang di sana menuturkan bahwa di hari pertama magang mendapatkan pelajaran tentang perspektif, shadow dan ligthing serta mendapat tugas membuat 36 objek perseptif. Hari betikutnya membuat 5 gambar objek yang dilihat dari berbagai sisi. Berikutnya membuat 21 sketsa drill, dilanjut 14 action figure dan hari berikutnya 7 gambar pohon dan daun. Minggu berikutnya menggambar kerangka tubuh, tengkorakm, otot, dada, anatomi tubuh dan 16 ekspresi wajah. Secara umum budaya kerja di industri lebih banyak memberikan tekanan untuk lebih terampil dalam bidang menggambar. Diawali dari proses sketsa manual hingga pada proses digital baik gambar dua dimensi maupun 3 dimensi.

Budaya industri inilah yang harus disiapkan dan dilatihkan kepada siswa. One day one project menjadi alternatif untuk melatih siswa untuk selalu membuat karya dan mempisting di social media mereka. Untuk pembiasaan ini tidak perkara gampang, karena diperlukan kesadaran diri siswa untuk konsisten dan bertanggungjawab terhadap dirinya. Berdasarkan data pada awal program ini dilaksanakan hanya 53 siswa dari 148 siswa yang tergabung dalam pembelajaran ini, pada hari berikutnya naik menjadi 66 siswa dan hari ketiga menjadi 69 siswa yang mengirim karya.

Untuk meningkatkan jumlah siswa yang konsisten one day one project diperlukan pendekatan yang lebih humanis kepada siswa melalui social emotional learning. Siswa yang secara konsisten membuat  dan mengirim karya mendapatkan kiriman melalui jaringan pribadi. Ucapan selamat tersebut sebagai bentuk penghargaan yang paling sederhana.  “Selamat pagi. Di pagi hari ini Pak Di mengucapkan selamat atas perjuangan dalam rangka melaksanakan one day one project. Teruslah berkarya semoga mimpi mimpi besarmu cepat tercapai”. Bagi siswa yang sudah mengirim karya namun masih kurang tetap mendapatkan penghargaan berupa ucapan selamat dengan kalimat yang berbeda. “Selamat pagi. Di pagi hari ini Pak Di mengucapkan selamat atas perjuangan dalam rangka melaksanakan one day one project. Meskipun baru  masih ada yang kurang, pasti ke depannya bisa lebih konsisten. Teruslah berkarya semoga mimpi mimpi besarmu cepat tercapai”.

Siswa yang belum mengirim karya selama 3 hari ujicoba one day one project mendapatkan pesan yang berbeda. “Selamat pagi dan tetap semangat. Meskipun selama 3 hari ini belum bisa melaksanakan  one day on project, pasti minggu depan bisa melaksanakan secara konsisten. Pak Di doakan semoga bisa selalu berkarya untuk menuju mimpi besarmu”.

Tidak ada hukuman apapun pada proses Social Emotional Learning (SEL) karena orientasinya adalah peningkatan kesadaran diri. Berprestasi tanpa tekanan menjadi prinsip yang saya pegang, karena ketika adanya tekanan secara verbal maupun tulisan berupa ancaman, maka justru siswa semakin berontak dan menghindar.  Di dalam otak manusia terdapat brainstem atau otak reptile. Ketika siswa mendapatkan tekanan berupa ancaman, maka otak reptil inilah yang bekerja sehingga memberi respon menyerang, menghindar atau bertahan. Yang membedakan antara manusia dan binatang adalah keberadaan neo cortek yang hanya dimiliki oleh manusia sehingga mampu berpikir tingkat tinggi, sehingga berpikir kritis, kreatif dan inovatif. Sayangnya otak ini akan bekerja secaraasecara melejit apabila limbic sistem bekerja dengan baik. Limbic sistem akan berkembang dalam suasana emosional yang menyenangkan. Dasar inilah sebagai alasan mengapa social emotional learning dengan memberikan penghargaan kepada siswa menjadi salah satu pilihan yang yang efektifmefektif untuk meningkatkankmeningkatkan diri siswa. Bentuk penghargaan merupakan kondisi luar yang dapat meningkatkan hormon kebahagiaan yakni hormon dopamin, oksitosin, serotonin dan endofin.

Hormon dopamin yang dihasilkan akan mengaktifkan keinginan belajar, dan memotivasi menemukan tujuan dan mimpinya. Memberikan penghargaan dan dorongan dalam bentuk ungkapan secara tertulis melalui jaringan pribadi menjadi bagian penting agar diproduksinya hormon dopamin ini.

Hormon oksitosin akan memunculkan kepercayaan dan membangun hubungan. Hormon ini dipicu melalui kalimat positif yang diberikan kepada siswa usai mengirim karya ke group watshap. Respon positif ini memberikan penghargaan dan motivasi untuk terus berkarya dan membangun kepercayaan diri. Siswa yang karyanya masih di bawah kualitas karya siswa lainnya tetap diberi penghargaan dan tidak dibanding-bandingkan. Karya hanya dibandingkan dengan dirinya sendiri dengan melihat karya-karya sebelumnya. Keunikan masing-masing siswa sebagai kodratnya selalu dihargai dan tidak dibandingkan dengan standar yang berbeda.

Hormon serotonin membuat seseorang memiliki perasaan penting. Hal ini dibangkitkan dengan mengajak diskusi bahwa one day one project merupakan hal yang penting untuk dirinya. Dengan memberikan pertanyaan mengapa kegiatan ini penting, yang sebelumnya saya berikan informasi tentang cerita salah satu siswa di studio yang sedang mengikuti magang. Salah satu penjelasan siswa tentang target yang harus dipenuhi setiap hari saya kirim ke group watshap dan saya minta menyampaikan perasaan dan apa yang akan dilakukan siswa. Mayoritas siswa menyatakan bahwa pekerjaan di industri lebih berat, sehingga mereka memandang perlu melatih diri setiap hari.

Hormon endofin akan memunculkan eforia untuk mengurangi kecemasan. Dengan adanya penghargaan dan respon positif memberikan pengaruh kepada siswa yang belum bisa konsiten tehadap pengumpulan karya. Siswa yang terbiasa mendapatkan hukuman dan ancaman nilai ketika tidak mengumpulkan tugas menimbulkan kecemasan pada dirinya. Ketika pola diubah dengan penghargaan dan harapan maka yang muncul adalah kesadaran diri. Hal ini terlihat dari jawaban siswa yang mengucapkan terima kasih atas motivasinya dan berusaha konsiten one day one  project untuk kedepannya. Semoga menginspirasi.

Penulis: Diyarko