SMKN 1 Tuntang Launching E-Data Perpustakaan di Tengah Keterbatasan Sarana

Perputakaan sekolah harus melakukan pelayanan peningkatan literasi bagi kemajuan seluruh warga sekolah. Sesuai dengan Undang-Undang No. 43 Tahun 2007, “Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para siswa sebagai penggunaan perpustakaan.” Bafadal (2009: 6) menyebutkan bahwa perpustakaan sekolah merupakan sumber belajar, karena kegiatan yang paling tampak pada setiap kunjungan siswa adalah belajar, baik belajar masalah-masalah yang berhubungan langsung dengan mata pelajaran yang diberikan di kelas, maupun buku-buku lain yang tidak berhubungan langsung dengan mata pelajaran yang diberikan di kelas. Apabila ditinjau dari sudut tujuan siswa mengunjungi perpustakaan sekolah, maka ada yang tujuannya untuk belajar, untuk berlatih menelusuri buku-buku perpustakaan sekolah, untuk memperoleh informasi, bahkan ada yang tujuannya hanya untuk mengisi waktu senggang atau sifatnya rekreatif.

Jelas bahwa keberadaan perpustakaan adalah peting di lingkungan sekolah. Namun keterbatasan membuat pihak sekolah harus menemukan gagasan yang dapat memenuhi kebutuhan literasi. Dengan belajar analisa SWOT (Albert Humphrey : 1960-1970) membawa dampak luar biasa di segala bidang, termasuk pendidikan. Ini adalah penemuan yang membantu semua bidang pekerjaan, merupakan suatu teknik analisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keberlangsungan yang digunakan untuk membuat suatu perencanaan dalam berbagai bidang. SWOT merupakan singkatan dari Strength (kekuatan), Weakness (Kelemahan), Opportunities (Peluang), dan Threats (Ancaman). Jadi, analisis SWOT ini ditujukan untuk melihat berbagai kemungkinan yang akan terjadi ketika menjalankan suatu rencana. Artinya, dengan teknik analisis ini kita dapat mengantisipasi segala kemungkinan yang muncul.

SMK Negeri 1 Tuntang bembuat trobosan di tengah keterbatasan.  Keterbatasan ruang di mana belum permanen harus berseblahan dengan ruang teori pembelajaran. Sekolah belum memiliki aplikasi perpustakaan, hal ini dikarenakan faktor pendanaan pengembangan perpustakaan diutamakan untuk penambahan koleksi. Dengan penambahan koleksi buku akan lebih bermanfaat bagi peserta didik. Di samping itu keterbatasan tenaga pengelola perpustakaan yang merupakan guru yang setiap harinya harus mengajar, menjadikan tidak ada petugas khusus yang melayani pengunjung perpustakaan. Sistem penjadwalan piket guru tim perpustakaan harus dijalankan agar tetap melaksanakan tugas mengajar dan megelola perpustakaan. Hal-hal itulah yang memacu ide untuk memecahkan masalah pelayanan perpustakaan. Kekuatan SMKN 1 Tuntang “sekolah digital” yang pada  awal berdiri merupakan sekolah yang mengupayakan penggunaan IT (Information and Technology) dalam setiap kegiatan pembelajaran, evaluasi dan administrasi. Dengan kekuatan ini akan menjadi solusi untuk pelayanan perpustakaan. Pelayanan minimal perpustakaan berupa kunjungan, peminjaman dan peningkatan literasi di masukan dalam data drive sekolah melalui scan barcode. Dengan tools sederhana ini diharapkan pelayanan pendataan pelayanan perpustakaan akan dimudahkan.

 

Penulis : Naumi Ambarwati, S.Th., Guru SMKN 1 Tuntang

Editor  : Nurul Rahmawati, M.Pd., Guru SMKN 1 Tuntang