Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam kurikulum 2013 untuk SMK, peserta didik diharapkan mampu mengonstruksi dan menggunakan teks sesuai dengan tujuan dan fungsi sosialnya. Dalam pembelajaran bahasa berbasis teks, Bahasa Indonesia diajarkan bukan sekadar sebagai pengetahuan bahasa, melainkan sebagai teks yang mengemban fungsi untuk menjadi sumber aktualisasi diri penggunanya pada konteks sosial-budaya akademis. Teks dimaknai sebagai satuan bahasa yang mengungkapkan makna secara kontekstual. Salah satu jenis teks yang dipelajari di kelas X (sepuluh) SMK adalah teks Laporan Hasil Observasi disingkat LHO. Menurut Priyatni (2015: 76) teks laporan hasil observasi adalah teks yang menyampaikan informasi tentang sesuatu apa adanya sebagai hasil pengamatan dan analisis secara sistematis. Sedangkan menurut Darmawati (2016: 3), teks laporan hasil observasi (report) berisi penjabaran umum mengenai sesuatu yang didasarkan pada hasil kegiatan observasi. Kegiatan observasi merupakan kegiatan pengumpulan data atau informasi melalui pengamatan langsung atau peninjauan secara cermat di lapangan atau lokasi pengamatan. Teks LHO bertujuan untuk menginformasikan kondisi objektif sesuatu yang diamati dan dianalisis secara sistematis, tidak dibumbui dengan respons pribadi tentang objek yang dilaporkan tersebut. Teks jenis ini juga mendeskripsikan mengenai bentuk, ciri, dan/atau sifat umum suatu objek. Objek tersebut dapat berupa manusia, benda, hewan, tumbuhan, atau berbagai peristiwa yang terjadi di dunia ini.
Kemampuan mengonstruksi teks LHO merupakan kemampuan untuk memahami dan mengetahui teks LHO dengan isi, struktur, dan ciri kebahasaan dari teks tersebut. Teks ini berisi penjabaran umum mengenai sesuatu yang didasarkan pada hasil kegiatan observasi. Kegiatan observasi merupakan kegiatan pengumpulan data atau informasi melalui pengamatan langsung atau peninjauan secara cermat di lapangan atau lokasi pengamatan. Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh informasi tentang tingkah laku, keadaan, kondisi atau situasi dari objek yang diteliti. Teks laporan ini menyampaikan informasi apa adanya sebagai hasil pengamatan yang sistematik dan berdasarkan fakta. Kemampuan mengonstruksi teks LHO ini sangat penting karena mengonstruksi teks LHO termasuk salah satu kompetensi yang harus dicapai peserta didik dalam kurikulum 2013. Tolok ukurnya yaitu sudah mampukah peserta mengonstruksi sebuah teks LHO dengan pemahaman isi, struktur, dan ciri kebahasaan yang dimilikinya.
Berdasarkan pengalaman penulis dalam mengajarkan KD 4.2 mengonstruksi teks laporan hasil observasi di kelas X UPW 2 SMK Negeri 2 Semarang, peserta didik mengalami kesulitan. Mereka rata-rata belum dapat mengonstuksi LHO dengan baik. Hal ini terlihat dari hasil penilaian keterampilan yang diperoleh yakni rata-rata 7.25. Untuk mengatasinya, penulis mencoba mengajak peserta didik untuk menggunakan adiksimba (apa, di mana, kapan, siapa, mengapa, dan bagaimana) dalam mengonstruksi teks LHO. Langkah awal yang dilakukan dalam mengonstruksi teks LHO adalah menentukan tema atau objek yang akan diamati, menyusun daftar pertanyaan yang berisi adiksimba, yakni apa, di mana, kapan, siapa, mengapa, dan bagaimana. Langkah selanjutnya, peserta didik melakukan pengamatan dan mengisi daftar pernyataan yang telah disiapkan. Setelah itu, peserta didik mengonstruksi jawaban dari pertanyaan-pernyataan tersebut dalam bentuk teks LHO. Langkah terakhir, peserta didik mengedit teks LHO yang telah dikonstruksi dengan memerhatikan struktur dan kaidah kebahasaan. Dengan menggunakan daftar pertanyaan adiksimba, ternyata peserta didik merasa lebih mudah mengonstruksi teks LHO. Hasilnya pun tidak lagi hanya tulisan minimalis, tetapi banyak kalimat yang terangkai dengan baik yakni jelas kohesi dan koherensinya. Begitu juga dengan ejaan sudah jauh lebih baik melalui kegiatan mengedit teks LHO yang dikonstruksi.
Penulis : Sri Wahyuni, S.Pd., Guru SMKN 2 Semarang
Editor : Nurul Rahmawati, M.Pd., Guru SMKN 1 Tuntang
Komentar Pengunjung