Parade Seni yang Sempat Mati Suri

SMA Kesatrian 2 Semarang kembali menggelar kegiatan yang sempat mati suri karena pandemi. Parade Seni Sastra Indonesia (Passindo) merupakan kegiatan rutin tahunan yang digadang-gadang sebagai wadah penampung karya kreatif para siswa. Dulu Passindo dikemas dengan selalu menghadirkan karya musikalisasi puisi dan pementasan drama panggung. Tahun ini, Passindo hadir dengan warna yang berbeda. Klip musikalisasi puisi, film pendek, teatrikal, hingga pementasan swacakap atau monolog menjadi persembahan yang disuguhkan. “Passindo hendak kami usung seperti tahun-tahun sebelumnya. Namun, mengalihwahanakan drama ke film pendek menjadi keputusan solutif atas kendala yang dihadapi para siswa dalam mempersiapkan pementasan drama,” jelas Teguh Satriyo, guru Bahasa Indonesia SMA Kesatrian 2 Semarang. Sebagai upaya agar para siswa tetap mendapatkan pengalaman menyaksikan drama panggung secara langsung, dalam gelaran Passindo itu turut diundang Teater Gema UPGRIS dan Teater Lima SMAN 5 Semarang untuk menyuguhkan pementasan monolog. Sedangkan upaya untuk membekali para siswa agar Passindo tahun yang akan datang dapat melahirkan karya-karya film berkualiatas, disisipkanlah workshop produksi film pendek. Anto Galon, sutradara, direktur TUK Film, dan anggota Komite Sastra Dewan Kesenian Semarang, didapuk sebagai narasumbernya. “Materi workshop yang disajikan sangat bermanfaat dan komplit. Ada baca puisi, pementasan monolog, musikalisasi puisi, pemutaran film. Kegiatan ini merupakan pengalaman baru bagi saya,” ujar salah seorang siswa seusai mengikuti acara. “Kami berharap, ajang penyambung kreativitas di bidang seni dan sastra ini semakin didukung oleh semua pihak. Sehingga Passindo dapat terus hidup dan menghidupi kreativitas para siswa di SMA Kesatrian 2,” tutup  guru Bahasa Indonesia yang gemar membaca puisi.

 

Penulis : Humas SMA Kesatrian 2 Semarang

Editor   : Nurul Rahmawati, M.Pd., Guru SMKN 1 Tuntang