Berkepribadian Dalam Kebudayaan Nilai Adiluhung Di Era Digital

Konsep Trisakti ini di kemukakan oleh Ir. Soekarno  pada tahun 1963. Isi dari konsep Trisakti adalah pertama Berdaulat di Bidang Politik, kedua Berdikari di Bidang Ekonomi dan ketiga Berkepribadian dalam budaya. itulah  Kemudian hal yang menarik di sini adalah tentang konsep Trisakti Terutama di butir ketiga yaitu :Berkepribadian dalam Berbudaya. dan lebih spesifik lagi Berkepribadian dalam Berbudaya sebagai Nilai Adiluhung di Era  Digital.

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia arti dari Kepribadian adalah sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang atau suatu bangsa yang membedakannya dari orang atau bangsa lain, kemudian berbudaya dari arti budaya adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat, Berbudaya berarti mempunyai budaya.yang disebut diatas, apakahah ciri kas budaya yang sudah melekat di bangsa kita ini? Jawabnya adalah Gotong Royong, Budi Pekerti, Keindahan, Pekerja keras, Sabar, Murah senyum, Toleransi  dan Relijius.

Distrupsi informasi serta budaya secara masiv di Era Digitalisasi luar biasa besarnya, informasi apapun secara cepat dapat didapat Pada era ini  di mana budaya sangat  beragam dan berbagai  belahan dunia akan mudah saling terhubung dan saling  mempengaruhi Di Era digital ini, bangsa kita harus mampu mempertahankan ruh dan nilai-nilai adiluhung dari masuknya budaya asing seperti hedonisme, liberalisme, dan rasionalisme, maka dengan semangat ajaran dan mengamalkan Trisakti Bung karno pada butir ketiga  kita akan menjadi bangsa yang unggul di tengah kancah Dunia Internasional dan bangsa Indonesia bisa menjadi rujukan bangsa-bangsa lain  untuk belajar nilai-nilai Adiluhung bangsa kita ini.

Sejarah pun mencatat dengan tinta emas bahwa nenek moyang bangsa kita bangsa yang mempunyai peradaban tinggi  contoh- contoh peninggalan-peninggalan tersebut antara lain candi-candi besar yang termasuk tujuh keajaiban Dunia, kesenian berupa Gamelan yang luar biasa, betapa tinggi peradaban pada jaman itu sudah mengenal teknologi logam, kemudian nilai-nilai pranata sosial yang wariskan  oleh leluhur kita berupa semangat gotong royong, sopan santun, tepo sliro,sabar  murah senyum, semangat kerja, nilai-nilai Adiluhung tersebutlah yang perlu kita jaga dan perlu kita pelihara dan ajarkan di setiap generasi anak-anak bangsa ini.

Contoh- contoh  nyata yang sudah dilakukan anak bangsa adalah ketika kontingen  Pasukan Garuda Ikut menjaga Perdaiman Dunia  Pasukan Garudalah yang selalu mendapatkan Hati dan selalu dirindukan kehadiranya oleh penduuduk setempat di tengah konflik dengan pendekatan humanismenya, dengan Senyum, tegur  Sapa  ketulusan hati tanpa meninggalkan Keprofesionalan dalam misi perdamaian prestasi kontingen garuda sudah diakui dunia. Kemudian  kisah nyata pengarang novel Penulis Novel best seller, Eat, Pray Love Elizabeth Gilbert, bicara mengenai perjalanan yang telah mengubah hidupnya ketika berkunjung di salah satu pulau Indonesia, pada saat hidupnya terpuruk dia memutuskan untuk healing di salah satu pulau di Indonesia.

Singkat cerita musibah terjadi pada beliaunya yang berada di titik terburuk antara  hidup dan mati, tetapi tertolong oleh kebaikan penduduk lokal yang tanpa pamrih dan ketulusan  hati menolong Elizabeth sampai benar-benar sembuh. Kisah yang sangat menarik dari perjalanan seorang penulis ternama ketika berkunjung ke negeri kita tercinta, Indonesia. Kesederhanaan dan kebaikan hati seorang wanita telah mengubah pandangannya tentang Indonesia dan kemudian beliaunya menulisnya dalam artikel  Elizabeth Gilbert’s Life-Changing Story from Indonesia (That You Haven’t Heard).

Itulah contoh-contoh nyata betapa nilai – nilai Adilihung bangsa kita bisa menjadi ciri khas bangsa yang diakui oleh bangsa-bangsa lain. Ajaran Trilogi Berkepribadian dalam Berbudaya bisa diaplikasikan dalam Era Digital ini dengan cara melestarikan dengan merangkul stakeholder terkait,  dengan memasukan ke kerukulum di dunia pendidikan, lokakarya seminar atau diskusi-diskusi tentang kearifan lokal di Era digital, pentas-pentas  gelar Budaya Seni Tradisonal dengan mengandeng stake holder terkait sehingga menumbuhkan rasa banggga pada budaya sendiri dikalangan generasi Muda Penerus Bangsa  serta  tewujud apa yang dicita-citakan oleh Founding father sebagai bangsa Indonesia sebagai bangsa Besar yang Berkepribadian dan Berbudaya.

Penulis : Sudarmoyo.S.T.MP.d, Guru SMKN I Kaliwungu Semarang