Kid Zaman Now, sebuah istilah yang kemudian populer. Kata ini tidak jelas siapa pencetus pertamanya, namun kata ini banyak diposting oleh akun Kak Seto gadungan di berbagai sosial media, khususnya di Facebook. Pengamat Sosial dari Universitas Indonesia, Devie Rahmawati menjelaskan, istilah kids zaman now muncul dari generasi yang dibesarkan dalam ruang lingkup arsitektur teknologi. Terlebih, akses teknologi saat ini sudah lebih mudah, murah, dan menghubungkan banyak orang dalam satu waktu bersamaan.
Era digital menuntut serba cepat, instan, dan canggih di semua bidang. Tidak terkecuali dunia pendidikan Indonesia saat ini. Zaman old orang tua kita berangkat sekolah hanya dengan berjalan kaki berkilo-kilo meter jauhnya. Bersepeda menjadi kendaraan paling mewah pada saat itu. Zaman Now kita lihat anak sekolah berangkat menggunakan sepeda motor dan mobil. Disisi teknologi pendidikan, kemajuan tidak diimbangi oleh proses pembelajaran yang menarik. Cara mengajar guru masih konvensional, dimana Guru menerangkan ke murid, menulis di papan tulis, dan dicatat utuh murid dibukunya masing-masing.
Saat ini dikenal dua pendekatan pembelajaran yaitu Paedagogi dan Andragogi. Secara sederhana bisa kita katakan bahwa dalam Paedagogi subjek pendidikan adalah individu berusia kanak-kanak, dan dalam Andragogi subjek pendidikan adalah individu (yang telah dianggap) dewasa.
Paedagogi berasal dari bahasa Yunani paedagogia yang berarti pergaulan dengan anak-anak. Di Yunani kuno, biasanya diterapkan pada budak yang mengawasi pendidikan anak majikannya. Termasuk didalamnya mengantarkan ke sekolah atau tempat latihan, mengasuhnya, dan membawakan perbekalan. Paedagagos berasal dari kata “paid” yang artinya “anak” dan “agogos” yang artinya “memimpin atau membimbing”.
Dari kata ini maka lahir istilah paedagogi yang diartikan sebagai suatu ilmu dan seni dalam mengajar anak-anak. Dalam perkembangan selanjutnya istilah paedagogi berubah menjadi ilmu dan seni mengajar.
Seni dan ilmu mengajar orang dewasa disebut andragogi. Istilah “dewasa” di sini lebih ditafsirkan sebagai kedewasaan psikologis ketimbang “dewasa” dalam makna kronologis. Dengan demikian, istilah “paedagogi dan andragogi”, seperti halnya “paedagogis dan andragogis” dapat juga ditafsirkan sebagai “label perlakuan” dalam rangka pembelajaran bagi orang-orang yang dominan dengan ciri-ciri perilaku anak-anak atau dominan ciri perilaku kedewasaannya. Ada orang yang secara usia kronologis masih masuk kelompok anak-anak, tapi sudah tampil relatif dewasa. Ada juga yang secara usia kronologis sudah masuk kategori usia dewasa, namun masih berperilaku seperti anak-anak, belum menunjukkan kedewasaan.
Andragogi muncul semula di Eropa pada tahun 1921 dan meluas digunakan pada tahun 1960an di Perancis, Belanda dan Yugoslavia. Artikel Knowles ‘Andragogy Not Pedagogy’, diterbitkan dalam Adult Leadership pada 1968 adalah karya pertamanya berkenaan dengan andragogi. Lindeman menitikberatkan komitmen dalam hal bertindak ke arah Sendiri (self-directed), pengalaman dan penyelesaian masalah melalui pembelajaran dewasa. Linderman dan Knowles memainkan peranan penting dalam evolusi andragogi di Amerika.
Ciri abad 21 menurut Kemendikbud adalah tersedianya informasi dimana saja dan kapan saja (informasi}, adanya implementasi penggunaan mesin (komputasi}, mampu menjangkau segala pekerjaan rutin (otomatisasi) dan bisa dilakukan dari mana saja dan kemana saja (komunikasi). Abad ini memerlukan transformasi pendidikan secara menyeluruh sehingga terbangun kualitas guru yang mampu memajukan pengetahuan, pelatihan, ekuitas siswa dan prestasi siswa.
Konsep pendidikan di abad 21 memerlukan pendekatan baru yaitu Heutagogi. Di bidang pendidikan heutagogi (heutagogy), konsep yang pertama kali diciptakan oleh Stewart dari Southern Cross University, merupakan studi tentang belajar yang ditentukan oleh diri pembelajaran sendiri.
Gagasan ini adalah perluasan dari reinterpretasi andragogi. Titik tekan heutagogi khusus pada perbaikan belajar cara belajar. Jika andragogi berfokus pada cara terbaik bagi orang dewasa untuk belajar, heutagogi juga mensyaratkan bahwa inisiatif pendidikan termasuk peningkatan keterampilan, sebenarnya yang belajar itu adalah masyarakat sendiri. Pada andragogi fokus pendidikan bersifat terstruktur, sedangkan dalam heutagogi semua konteks pembelajaran dianggap mengkombinasikan dimensi formal dan informal.
Menurut Stewart Hase dan Chris Kenyon, permasalahan pada paedagogi maupun andragogi adalah tidak cukup jelas apakah siswa itu benar-benar belajar. Konsep diri yang menentukan seseorang benar-benar belajar itu disebut heutagogi. Heutagogi dibangun di atas teori humanistic dan pendekatan belajar mulai digagas pada 1950-an. Ini menunjukkan bahwa heutagogi sesuai dengan kebutuhan peserta didik di abad ke dua puluh satu, khususnya dalam pengembangan kemampuan individu.
Akhirnya tingkat perubahan yang cepat dalam masyarakat yang disebut sebagai era ledakan informasi sangat tepat menggunakan pendekatan pendidikan di mana peserta didik sendirilah yang menentukan apa dan bagaimana belajar itu harus dilakukan. Konsep pendekatan ini ada pada Heutagogi.
Penulis : Ardan Sirodjuddin, Kepala SMKN 1 Tuntang dan Plt Kepala SMKN H Moenadi Ungaran
Komentar Pengunjung