Rendahnya minat Siswa dalam mempelajari matematika merupakan kenyataan yang tidak bisa dipungkiri lagi. Salah satu faktor penyebab rendahnya minat belajar Siswa dalam mempelajari matematika adalah obyek kajian matematika yang bersifat abstrak dan banyak mengandung simbul. Soedjadi (2000, dalam Fadilah, 2016) menyatakan bahwa matematika memiliki obyek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif.
Faktor lain yang menyebabkan rendahnya minat Siswa dalam belajar matematika adalah mitos yang beredar dimasyarakat bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit. Pemahaman yang salah terhadap matematika inilah yang menyebabkan Siswa ketakutan dalam mempelajari matematika (phobia matematika).
Salah satu materi yang dirasa sangat sulit oleh sebagian besar Siswa adalah materi Trigonometri. Trigonometri adalah cabang matematika yang mempelajari sudut segitiga, fungsi trigonometri (seperti sinus, cosinus dan tangen), dan lingkaran. Ilmuwan yang memiliki peran penting dalam trigonometri adalah Abul Wafa, beliau merupakan ilmuwan yang serba bisa, salah satu peran besar Abul Wafa dalam matematika adalah menemukan rumus dasar trigonometri.
Trigonometri banyak digunakan pada bidang Astronomi dan Geografi, diantaranya adalah teknik triangulasi yang digunakan untuk menghitung jarak ke bintang-bintang terdekat. Termasuk dalam sistem navigasi satelit. Selain pada kedua bidang tersebut trigonometri juga digunakan bidang Kimia, Biologi, Fisika dan cabang-cabangnya.
Meskipun trigonometri banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, namun menurut pengamatan Penulis, bahwa materi trigonometri masih belum menarik juga bagi Siswa SMK Negeri 10 Semarang karena Siswa merasa kesulitan dalam mempelajari materi ini. Padahal Siswa yang mengambil jurusan Nautika, Permesinan Kapal dan Komputer (RPL) mutlak harus menguasaimateri trigonometri dengan baik.
Dalam mengatasi kesulitan Siswa khususnya kelas X pada semester genap dengan kompetensi dasar 3.14-3.17 dan 3.8 dalam mempelajari trigonometri tersebut, Penulis mengajak Siswa bermain sambil belajar. Permainan dalam matematika dapat meningkatkan keterampilan penyelesaian soal, mengalihkan pelajaran, mengembangkan sisi kognitif, serta memperoleh pengalaman baru. (Syafiq, 2012)
Permainan yang digunakan Penulis dalam pembelajaran trigonometri adalah “Jembatan Keledai”. Jembatan Keledai (ezzelbruggece) dipopulerkan oleh Tan Malaka sebagai cara untuk memudahkan mengingat sesuatu. Tan Malaka menuliskan dalam salah satu karyanya, Madilog “…kebiasaan menghafal tidak menambah kecerdasan, malah membuat saya bodoh…” Maka Tan Malaka membuat singkatan atau ringkasan kalimat-kalimat yang harus dihafalkan, metode ini disebut dengan Jembatan Keledai.
Contoh penggunaan jembatan keledai dalam trigonometri: 1) Perbandingan trigonometri pada segitiga siku-siku, sin demi (sisi depan banding sisi miring), cos sami (sisi samping banding sisi miring), tan desa (sisi depan banding sisi samping); 2) Pembagian kuadran, secantik sinta tanpa kosmetik artinya kuadran I secantik artinya semua nilai perbandingan trigonometri bernilai positif, kuadran II sinta artinya hanya sinus yangbernilai positif, kuadran III tanpa artinya hanya tangen yang bernilai positif. Dan kuadran IV kosmetik artinya hanya cosinus yang bernilai positif, dan sebagainya.
Dalam mempraktikkan permainan ini Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang, mereka diberi tugas membuat singkatan-singkatan (jembatan keledai) dari rumus-rumus trigonometri yang ada. Mereka bebas berkreasi membuat kata-kata yang bagus, kemudian dibuat lagu dengan lirik sesuai keinginan mereka, kelompok yang sudah selesai mempresentasikan dengan menyanyikan lagu ciptaanya dihadapan kelompok yang lain. Tugas berikutnya adalah membuat video dari jembatan keledai yang sudah dibuat. Dengan demikian potensi Siswa tergali dengan baik, mereka merasakan kesenangan dan kepuasan tersendiri dalam belajar sesuai dengan jargon Mendikbudristek Merdeka Belajar. Mereka tidak merasakan bahwa mereka sedang belajar karena mereka menikmati proses pembelajaran, dan materi pelajaran telah tersampaikan dengan baik sehingga nilai mereka mengalami peningkatan in syaa Allah. Jadi Siswa tidak lagi takut atau terbebani dalam belajar matematika khususnya materi trigonometri.
#matematika itu indah, matematika itu mudah, matematika itu menyenangkan
“SMK Negeri 10 Semarang, dari Semarang untuk Indonesia”
Penulis: Hj. Af’idatin, S.Pd., Guru Mapel Matenatika
Editor: Tim Humas
Komentar Pengunjung