Kalkulator Bisa Berdampak Positif dalam Pembelajaran Matematika

Perdebatan terkait pembelajaran menggunakan kalkulator sudah sejak lama berlangsung. Banyak yang berpandangan positif namun tak sedikit pula yang berpandangan negatif. Simak pembahasan tersebut pada artikel saya sebelumnya: Kalkulator Musuh Abadi Guru Matematika? Lantas apa saja aspek penting yang perlu kita perhatikan sebagai guru matematika saat menggunakan kalkulator dalam pembelajaran?

Terdapat dua penelitian yang relevan dalam konteks ini yang bisa ditemukan dari literatur Martha E. Gilchrist yang berjudul “Calculator Use in Mathematics Instruction and Standardized Testing: An Adult Education Inquiry. Review of the Literature, 1976-1993. Dua tersebut dilakukan oleh Marilyn Suydam dari Ohio State University dan oleh Ray Hembree dari Adrian College and Donald Dessart dari University of Tennessee.

Dari beberapa karya Suydam terdapat hasil penelitian yang bisa dicermati oleh para guru matematika. Pada karya pertamanyaElectonic Hand Calculators: The Implications for Pre-College Educationia menemukan beberapa perspektif yang mendukung penggunaan kalkulator di antaranya adalah: (1) membantu dalam perhitungan; (2) memfasilitasi pemahaman dan pengembangan konsep; (3) mengurangi kebutuhan untuk menghafal; (4) membantu dalam pemecahan masalah, (5) memotivasi; (6) membantu dalam mengeksplorasi, memahami, dan mempelajari proses algoritmik; (7) mendorong penemuan, eksplorasi, dan kreativitas; (8) kalkulator sudah dapat digunakan siswa.

Pada karya keduanya yaitu The Use of Calculators in Pre-College Education: A State-of-The-Art Reviewia menyoroti penggunaan kalkulator yang belum dapat digunakan dalam tes terstandar. Sama seperti di Indonesia, penggunaan kalkulator tidak boleh digunakan saat tes. Pada karya ketiga, The Use of Calculators in Pre-College Education: Third Annual State-of-the-Art Review, menunjukkan bahwa tujuh puluh persen guru yang mewakili pengajaran di semua tingkat kelas bersedia menyediakan kalkulator bagi siswa. Suydam melaporkan bahwa para guru pada umumnya setuju bahwa siswa lamban atau siswa sekolah menengah atas yang belum pernah belajar berhitung harus menggunakan kalkulator karena mereka mungkin tidak akan pernah bisa berhitung.

Pada karya keempat, The Use of Calculators in Pre-College Education: Fourth Annual State-of-the-Art Review, menghasilkan poin penerapan kalkulator untuk problem solving, diantaranya: (1) kalkulator berguna untuk menyelesaikan masalah jika soal tersebut berada dalam jangkauan kemampuan komputasi siswamenggunakan kertas dan pensil; (2) siswa tidak terlalu takut untuk menyelesaikan soal-soal sulit ketika menggunakan kalkulator; (3) siswa menggunakan lebih variasi strategi pemecahan masalah bila menggunakan kalkulator; (4) tidak terdapat perbedaan yang signifikan jumlah soal yang diselesaikan dengan atau tanpa kalkulator; (5) penggunaan kalkulator kemungkinan tidak mempengaruhi skor pemecahan masalah secara signifikan.

Pada karya kelima, The Use of Calculators in Pre-College Education: Fifth Annual. State-of-the-Art Review, diketahui  bahwa sekitar seratus lima puluh penelitian yang berkaitan dengan kalkulator telah dilakukan. Dari tujuh puluh lima studi tentang perbandingan prestasi siswa, dengan dan tanpa penggunaan kalkulator, tiga puluh lima persen bukti bahwa siswa mendapat nilai lebih tinggi ketika menggunakan kalkulator, empat puluh empat persen menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan, dan hanya tiga persen yang melaporkan bahwa menggunakan kalkulator menghasilkan skor yang lebih rendah dibandingkan menggunakan pensil dan kertas.

Ray Hembree memaparkan hasil meta analisis tujuh puluh sembilan hasil penelitian yang menilai efek kalkulator terhadap prestasi dan sikap siswa.Penelitian ini difokuskan pada pengaruh penggunaan kalkulator terhadap perolehan keterampilan operasional gabungan, produktivitas, selektivitas, keterampilan pemecahan masalah, dan sikap terhadap matematika. Hasil penelitiannya antara lain: (1) keterampilan perhitungan menggunakan kertas dan pensil siswa berkemampuan rendah dan tinggi yang menerima perlakuan kalkulator tetap setara dengan kelompok kontrol. Untuk siswa berkemampuan rata-rata, keterampilan kertas dan pensil meningkat secara signifikan setelah diberikan perlakuan kalkulator, kecuali di Kelas 4, dimana keterampilan kertas dan pensil terhambat oleh perlakuan kalkulator; (2) Mengenai keterampilan pemecahan masalah, ditemukan bahwa siswa berkemampuan rendah dan tinggi tidak memperoleh atau kehilangan manfaat dari perlakuan kalkulator namun keterampilan kertas dan pensil rata-rata siswa meningkat secara signifikan meskipun di Kelas 4 dan 7 lebih kecil dibandingkan di tingkat kelas lainnya.Hasil tersebut selaras dengan milik R.W.Boyle & I.G.Farreras pada artikel The Effect of Calculator Use on College Students’ Mathematical Performance; (3) Penggunaan kalkulator juga memberikan efek positif yang signifikan sikap terhadap matematika dan konsep diri (self concept) dalam matematika.

Dari hasil penelitian yang telah dibahas di atas, kita sebagai guru matematika dapat memanfaatkan kalkulator dalam pembelajaran karena dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan kemampuan siswa. Akan tetapi kita juga perlu mempertimbangkan bagaimana cara penggunaan kalkulator dalam pengimplementasiannya dalam pembelajaran. Mengingat kalkulator tidak dapat dioptimalkan dalam semua materi ajar yang kita miliki.

“SMK Negeri 10 Semarang, dari Semarang untuk Indonesia”

Penulis: Andhika Wildan Krisnamurti, S.Pd., Guru Mapel Matematika

Editor: Tim Humas dan Literasi