Manusia diberikan anugerah yang luar biasa oleh Tuhan. Luar biasa karena bahkan malaikat saja tidak diberi, itulah anugerah kebebasan. Manusia mempunyai keleluasaan untuk menentukan arah hidupnya, menentukan apa yang akan dilakukannya. Tapi tentu saja, kebebasan juga berlaku “sepaket” dengan konsekuensinya.
Setiap langkah yang dijalani akan selalu ada akibat yang menyertainya, itulah karma. Jika yang dilakukan baik, maka yang didapatkan juga baik. Sebaliknya, jika yang dilakukan buruk, maka akan mendapat balasan yang buruk pula.
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan sekecil (biji dzarrah) apapun, niscaya dia akan melihat(balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sekecil (biji dzarrah) apapun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.“
(QS. az-Zalzalah: 7 – 8)
Menariknya, karma tidak dapat kita prediksi kapan datangnya dan dalam bentuk apa. Mungkin langsung terjadi, mungkin juga lain kali, atau bahkan di akhirat nanti. Mungkin serupa dengan perbuatan kita, bisa juga dalam bentuk lainnya. Kita hanya dapat menerimanya.
Kabar baiknya, selain diberi kebebasan kita juga diberi petunjuk agar tahu arah mana yang akan membawa keselamatan, arah mana yang akan membawa celaka. Meskipun begitu, tetap saja kita memalingkan muka. Dasarnya manusia, sombongnya tidak terkira.
Jauhilah perbuatan-perbuatan yang merugikan. Minum minuman keras, merokok, judi, korupsi, dan sebagainya. Perbanyaklah perbuatan yang bermanfaat bagi diri sendiri dan sesama. Jangan lupa, didiklah keluarga/anak-anak kita dengan baik. Baik-buruknya mereka juga tanggung jawab kita sebgai orang tua dan akan dimintai pertanggungjawabannya. Ketika kita sebagai orang tua lalai mendidik anak, tidak mengarahkan sikapnya, tutur katanya, maka anak akan lebih terpengaruh dengan lingkungannya.
Kebaikan yang kita terima adalah akibat dari perbuatan baik. Sedangkan penderitaan yang kita terima merupakan akibat dari perbuatan buruk yang pernah kita lakukan. Entah disengaja atau tidak, kita sadari atau tidak kita sadari. Selayaknya kita tidak menyalahkan siapapun atas penderitaan hidup ini. Tidak menyalahkan keadaan, apalagi menolak kenyataan yang pahit sekalipun dalam hidup ini. Karena kita sendiri yang melakukan, kita juga yang mendapatkan.
Oleh karena itu, berhati-hatilah dalam bertindak sebelum penyesalan menyapa.
“SMK Negeri 10 Semarang, dari Semarang untuk Indonesia”
Penulis: Tri Setiaji, S. Pd., Guru Mapel Bahasa Jawa
Editor: Tim Humas
Komentar Pengunjung