“Two Stay Two Stray” Tingkatkan Keterampilan Menulis Teks Eksposisi Budaya Adat Mantu Jawa

Bahasa Jawa adalah salah satu muatan lokal dalam struktur kurikulum di tingkat pendidikan SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA/SMK, bahkan di Provinsi Jawa Tengah menjadi mulok wajib bagi semua jenjang pendidikan. Wibawa (2011: 12) menyampaikan bahwa pembelajaran Bahasa Jawa hendaknya berlangsung tidak sekedar meaning getting, tetapi berupa proses meaning making sehingga akan terjadi internalisasi nilai-nilai dalam diri siswa yang mereka aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan keluarga maupun masyarakat nantinya.

Manusia adalah makhluk sosial yang harus saling berinteraksi dan berkomunikasi dengan sesamanya. Baik komunikasi secara langsung dengan menyimak dan berbicara, atau komunikasi tidak langsung yang dilakukan dengan membaca dan menulis. Menurut pendapat Abbas (2006:125), keterampilan menulis adalah kemampuan mengungkapkan gagasan, pendapat, dan perasaan kepada pihak lain dengan melalui bahasa tulis. Ketepatan pengungkapan gagasan harus didukung dengan ketepatan bahasa yang digunakan, kosakata dan gramatikal dan penggunaan ejaan.

Kesulitan yang ditemui para siswa kelas XI MIPA-6 SMA Negeri 11 Semarang dalam pembelajaran Bahasa Jawa khususnya pada materi menulis teks eksposisi budaya adat mantu Jawa yaitu, kurangnya pemahaman siswa pada kompetensi menulis, siswa kesulitan dalam membedakan antara teks eksposisi dengan teks yang lainnya, hal ini ditandai dengan kurang maksimalnya siswa dalam menjawab pertanyaan guru tentang materi yang sudah dipelajari. Siswa terlihat kurang antusias, cenderung pasif dalam kegiatan belajar Bahasa Jawa yang dirasa membosankan karena mengandung istilah-istilah yang sulit dimengerti oleh siswa sehingga mereka merasa kesulitan untuk menyusun kata-kata untuk menjadi sebuah tulisan.

Penulis sebagai guru Bahasa Jawa di SMA Negeri 11 Semarang mencoba menerapkan model pembelajaran aktif Two Stay Two Stray (TSTS). Model pembelajaran tipe Two Stay Two Stray merupakan sistem pembelajaran kelompok dengan tujuan agar siswa dapat saling bekerja sama, bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah, dan mendorong satu sama lain untuk berprestasi. Model ini juga melatih siswa untuk bersosialisasi dengan baik (Huda, 2013). Penerapan model pembelajaran ini digunakan sebagai salah satu alternatif guna mengatasi permasalahan tersebut.

Penggunaan model pembelajaran yang sesuai dapat meningkatkan motivasi dan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Model pembelajaran berdasarkan Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang “Pembelajaran adalah kerangka konseptual dan operasional pembelajaran yang memiliki nama, ciri, urutan logis, pengaturan, dan budaya” (Anonim, 2018).

Langkah-langkah yang dilakukan penulis dalam penerapan model pembelajaran Two Stay Two Stray pada materi menulis teks eksposisi budaya adat mantu Jawa diawali dengan pembagian kelompok. Setelah kelompok terbentuk guru memberikan tugas berupa permasalahan-permasalahan yang harus mereka diskusikan jawabannya. Setelah diskusi antar kelompok usai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu kepada kelompok yang lain. Anggota kelompok yang tidak mendapat tugas sebagai duta (tamu) mempunyai kewajiban menerima tamu dari suatu kelompok. Tugas mereka adalah menyajikan hasil kerja kelompoknya kepada tamu tersebut. Dua orang bertugas sebagai tamu, diwajibkan bertamu kepada semua kelompok. Jika mereka telah usai menunaikan tugasnya, mereka kembali ke kelompok asal, baik siswa yang bertugas bertamu maupun mereka yang bertugas menerima tamu mencocokkan dan membahas hasil kerja yang telah mereka tunaikan. Setelah siswa sudah memahami tentang teks eksposisi dan prosesi adat mantu, siswa mulai mengerjakan tugas dari Guru, yaitu menulis teks eksposisi budaya adat mantu secara individu, yang nantinya akan dipresentasikan di depan kelas. Guru dalam hal ini bertindak sebagai fasilitator.

Melalui model pembelajaran Two Stay Two Stray materi menulis teks eksposisi menjadikan siswa kelas XI MIPA-6 SMA Negeri 11 Semarang tahun ajaran 2022/2023 lebih aktif dan efektif. Siswa akan lebih mudah memahami tentang materi yang dipelajari tersebut karena disampaikan langsung oleh teman sebayanya. Kerjasama dan interaksi dalam pembelajaran terjadi multi arah, tidak hanya antara siswa dengan guru, melainkan siswa juga berinteraksi dengan siswa lainnya untuk memperoleh informasi. Siswa menjadi termotivasi untuk menyelesaikan masalah-masalah atau kesulitan dalam menulis, siswa semakin percaya diri, keterampilan menulis akan terlatih melalui Two Stay Two Stray dan menjadi salah satu solusi mengatasi kebosanan dalam belajar Bahasa Jawa.

Penulis : Achmad Muchid, S.Pd. Guru Bahasa Jawa, SMA Negeri 11 Semarang