Pendidikan dan Ki Hadjar Dewantoro

Ki Hadjar Dewantoro merupakan tokoh yang sangat berpengaruh pada dunia pendidikan. Pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan yaitu “Pendidikan adalah tempat persemaian segala benih-benih kebudayaan yang hidup dalam masyakarat”. Untuk mencapai suatu kebudayaan yang diimpikan/dicita-citakan pendidikan adalah fondasi utama, dimana dalam fondasi tersebut terdapat benih-benih yang akan berkembang. Kata benih-benih ini sama artinya dengan peserta didik. Oleh karena itu, seorang guru tidak hanya memberikan pengajaran, tugas namun seorang guru dalam prosesnya mempersiapka fondasi dari sebuah kebudayaan (peradaban) yang diimpikan. Pendidikan dapat menjadi ruang berlatih dan bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diteruskan atau diwariskan.

Menurut Ki Hadjar Dewantara kebudayaan tidak boleh berhenti, harus tetap berjalan sesuai dengan kodrat. Jika kebudayaan (peradaban) terhenti, maka kebudayaan itu akan hancur dan hilang. Hal ini berlaku untuk pendidikan, pendidikan juga harus tetap berkembang dan berjalan sesuai. Perubahan menurut Ki Hadjar Dewantoro  harus sesuai dengan tiga kerangka kebudayaan yaitu kodrat alam dan kodrat zaman, asas trikon, dan budi pekerti

Kodrat alam berkaitan dengan “sifat” dan “bentuk” lingkungan di mana peserta didik berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan “isi” dan “irama”. Bila melihat dari kodrat zaman, pendidikan saat ini menekankan pada kemampuan anak untuk memiliki keterampilan abad 21 sedangkan dalam memaknai kodrat alam maka konteks lokal sosial budaya murid di Indonesia Barat tentu memiliki karakteristik yang berbeda dengan murid di Indonesia Tengah atau Indonesia Timur.      

Dalam proses perubahan kebudayaan menurut Ki Hajar Dewantara harus memnuhi Asas Trikon. Yang pertama kontinuitas, dialog kritis tentang sejarah namun tetap harus menjaga identitas diri. Yang kedua konvergen, perubahan yang terhadi harus menuju satu titik untuk memperkuat nilai-nilai kemanusiaan. Proses pendidikan harus memanusiakan, artinya dalam prosesnya pendidikan harus memperkuat nilai-nilai kemanusiaan. Yang ketiga konsentris, menuju pada nilai yang sama, namun harus menghargai perbedaan/keanekaragaman.

Budi pekerti dapat diartikan perpaduan antara cipta (kognitif), karsa (afektif) sehingga menciptakan karya (psikomotor), sedangkan pekerti dapat diartikan dengan raga/tenaga. Dalam filosofi Ki Hajar Dewantara pendidikan harus seimbang antara semua komponen, sehingga pendidikan yang terbentuk bersifat holistik dan seimbang (tidak timpang).

Dalam proses pembelajaran seorang guru memiliki keharusan untuk memandang peserta didik secara hormat seperti semboyan Ki Hajar Dewantara “Kita berhamba kepada Sang Anak”. Semboyan itu memiliki arti kita dengan ikhlas hati dan bebas dari ikatan apapun mendekati sang anak dan mengorbankan diri kepadanya. Semua yang dilakukan oleh guru hanya untuk peserta didik.

“SMK Negeri 10 Semarang, dari Semarang untuk Indonesia”

Penulis: Wiyogi Waskithaningtyas Utami, S.Pd,. Guru PPL PPG Mapel Fisika

Editor: Tim Humas