MENERAPKAN budaya kerja dan mengenalkan siswa menuju revolusi 4.0 yang mengacu pada kebutuhan dunia industri. Hal tersebut sudah tertuang dalam kurikulum 2013. SMKN 4 Semarang melaksanakan kurikulum tersebut dengan telah menyinkronkan ke dunia usaha dan dunia industri dan menerapkan budaya kerja, khususnya mata pelajaran Teknik Kerja Bengkel dan Gambar Teknik kelas X.
Ini juga sebagai bekal mereka ketika naik ke kelas XI dan bersiap mengikuti kurikulum implementasi yang terwujudkan dalam kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL). Siswa kelas X yang belum paham benar tentang budaya kerja harus kita bekali dengan pemahaman yang jelas sehingga ketika mereka memasuki dunia kerja tidak canggung.
Berikut implementasi 5S yang akan kita bahas dan merupakan salah satu Kompetensi Dasar Teknik Kerja Bengkel yaitu Tata Kelola Bengkel, Denah dan Lay Out. Istilah 5S sangat sering dan menjadi acuan saat kita mengunjungi suatu kawasan industri manufaktur, Secara harfiah “5S” berasal dari 5 kata dalam bahasa Jepang yaitu, Seiri, Seiton, Seisou, Seiketsu, dan Shitsuke. Jika kita terjemahkan dalam bahasa Indonesia ia akan menjadi Pemilahan, Penataan, Pembersihan, Pembiasaan, Pendisiplinan.
Dalam hal ini siswa diajarkan 5S sebagai sebuah cara atau filosofi yang merupakan cara me-manage, cara mengelola area kerja baik dari pola kerja yang efisien dan efektif, juga pola melakukan perbaikan terus-menerus dengan menekan pemborosan, memperbaiki sistem alur kerja, serta membuang yang tidak perlu dan tidak rasional. Selain itu 5S juga mengajarkan kepada siswa tentang pola kedisiplinan yang tidak pernah mengenal lelah apalagi menyerah. Target 5S adalah adalah perubahan moralitas kerja siswa ketika kita berada di area kerja kita, keselamatan kerja, dan efisiensi.
Langkah dari 5 S tersebut adalah Seiri (Pemilahan), pisahkan produk yang dinyatakan “OK” dengan produk yang dinyatakan “Tidak OK”. Demikian juga dengan produk yang belum diperiksa, semuanya harus benar-benar jelas memiliki tanda dan terpisah. Pastikan tools, alat-alat yang biasa digunakan untuk bekerja tidak tercampur dengan alat-alat yang sudah rusak dan tidak bisa digunakan lagi.
Seiton (Penataan), pemberian identitas yang jelas agar benar-benar tidak tercampur, menatanya dengan pola penyimpanan yang rapi. Misalkan dengan cara menempatkan warna boks yang dibedakan, misalnya warna biru untuk boks produk “OK”, warna merah untuk produk “Tidak OK” dan warna kuning untuk produk yang belum diperiksa.
Seisou (Pembersihan), aktivitas bersih-bersih bukanlah merupakan aktivitas khusus dalam pekerjaan kita, melainkan menyatu dengan keseharian jadwal kerja. Seiketsu (Pembiasaan), sebagai pembiasaan walaupun maknanya lebih dekat pada Standarisasi dilaksanakan oleh semua orang tanpa kecuali sebagai sebuah standar baku yang menyatu dengan pekerjaan inti.
Shitsuke (Pendisiplinan), konsep pendisiplinan ini diharapkan pula bukan sekedar mempertahankan kondisi yang ada tetap rapih, bersih, dan standar saja melainkan perlu ada perbaikan berkelanjutan tanpa perubahan berhenti berinovasi. Sebab hanya dengan cara itulah perusahaan dapat mempertahankan kondisinya untuk tetap survive di tengah era persaingan global saat ini.
Ice Faulia, S.Pd,M.Si, Guru Teknik Elektronika Industri SMKN 4 Semarang
Komentar Pengunjung