Trik Jitu Tingkatkan Kesantunan Berbahasa di SMK

Berbicara tentang santun berbahasa bukanlah hal yang baru. Santun menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia) berarti halus dan baik (budi bahasanya, tingkah lakunya); sopan, sabar dan tenang. Kesantunan salah satu pembentuk karakter peserta didik yang harus selalu mendapat perhatian baik orang tua maupun guru. Mengapa kesantunan perlu mendapat perhatian? Dikhawatirkan lambat laun kesantunan pudar seiring dengan perkembangan teknologi. Kita sebagai orang tua maupun sebagai pendidik berusaha mengantisipasi agar peserta didik tetap memiliki kesantunan.

Sebelum pembelajaran dimulai terjadi percakapan antara guru dan peserta didik. Kebetulan ruang kelas tampak kotor.

A: “Tolong bersihkan lantai itu sekarang juga!”

B: “Sapu hilang, Bu. Aku nggak piket, Bu.” (Peserta didik tak beranjak sedikit pun dan sambil mainan hp).

Hal tersebut merupakan hal sederhana yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Guru mengulang kembali apa yang baru saja disampaikan dengan kalimat yang berbeda.

A: “Jika kalian seorang pelajar yang baik dan peduli pada lingkungan, tolong bersihkan lantai itu sekarang juga!”

B: “Baik Bu, tetapi maaf, saya mohon izin untuk pinjam sapu di kelas sebelah.”

Sudah santunkah percakapan tersebut? Percakapan yang pertama kurang santun bila dibandingkan dengan percakapan kedua. Kadang mereka tidak menyadari apa yang dikatakan ataupun yang dilakukan. Percakapan tersebut berlangsung di sekolah, maka guru mempunyai tanggung jawab agar peserta didik santun berbahasa.

Masalah kesantunan selalu menjadi masalah pokok di sekolah. Masalah tersebut menjadi keprihatinan para guru. Bagaimana menanamkan kesantunan berbahasa di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)? Penanaman kesantunan berbahasa tanggung jawab bersama para guru. Sebagai guru bahasa Indonesia secara intensif membenahi kosakata peserta didik yang tidak santun menjadi santun.

Di dalam kegiatan pembelajaran tidak lepas dari percakapan dengan peserta didik. Percakapan merupakan suatu bentuk aktivitas kerja sama yang berupa interaksi komunikatif. Interaksi melibatkan dua pihak. Pihak penutur dan mitra tutur. Dalam  proses belajar mengajar di kelas guru dapat menjadi penutur tuturan. Penutur adalah orang yang bertutur. Mitra tutur adalah orang yang menjadi sasaran sekaligus kawan penutur di dalam pertuturan. Sebagai mitra tutur adalah peserta didik.

Pembelajaran bahasa Indonesia salah satu trik untuk meningkatkan kesantunan berbahasa di SMK. Trik yang dapat ditempuh sebagai berikut: (1) peserta didik diberi materi pengetahuan tentang konotasi positif dan konotasi negatif; (2) peserta didik membandingkan kalimat yang menggunakan kata berkonotasi positif dan berkonotasi negatif; (3) peserta didik mempresentasikan tugasnya; (4) bila terjadi kesalahan penggunaan bahasa yang tidak santun,  peserta didik langsung mendapat teguran; (5) peserta didik memperbaiki kesalahan penggunaan bahasa yang tidak santun; (6) guru memonitoring peserta didik secara intensif dalam penggunaan kosakata yang santun.

Dengan melakukan trik tersebut diharapkan peserta didik bisa santun berbahasa. Berbahasa Indonesia dengan santun menjadi dambaan setiap orang. Kita diharapkan dapat menjaga martabat dan menghormati orang lain. Hal itu untuk menjaga kesantunan.

Kesantunan berbahasa dapat dibenahi melalui pembelajaran bahasa Indonesia. Berbahasa Indonesia dengan menggunakan nilai rasa yang baik dan penuh kesopanan. Dengan kesantunan berbahasa akan terhindar konflik dengan lawan bicara dalam proses berkomunikasi.

Dengan  berbahasa santun kita akan disenangi orang, disegani, dan dihormati. Sebaliknya, bila berbahasa tidak santun mengakibatkan permusuhan atau kebencian. Oleh karena itu, diksi yang dipilih harus cermat. Diksi yang baik merupakan salah satu penentu kesantunan berbahasa. Diksi yang bernilai  rasa yang kasar atau  negatif berarti tidak santun. Sebaliknya, diksi yang santun bernilai rasa halus atau positif.

Dengan demikian, kita harus menghindari penggunaan kata-kata yang bisa merendahkan orang lain, menyombongkan diri, dan menyatakan ketidaksetujuan. Kita berusaha agar mitra tutur senang, mau menggunakan kata mohon/maaf bila minta bantuan, menggunakan kalimat yang santun bila menyuruh.

Melalui upaya tersebut, diyakini bahwa trik yang telah dipaparkan dapat meningkatkan santun berbahasa di SMK. Peserta didik bisa memilih kosakata yang tepat dalam berbahasa. Peserta didik lebih berhati-hati dalam bertutur kata.

Oleh karena itu, disarankan kepada guru agar menggunakan trik tersebut untuk tingkatan kesantunan berbahasa di SMK atau sesuai kondisi masing-masing sekolah.

“SMK Negeri 10 Semarang, dari Semarang untuk Indonesia”

Penulis: Digna Palupi, S.Pd., M.Pd., Guru Mapel Bahasa Indonesia