Masyarakat Jepang sangat identik dengan budaya displin yang tinggi. Mereka sudah diajarkan sejak dini tentang kedisiplinan waktu, disiplin bekerja, antri, bahkan juga disiplin dalam membuang sampah.
Pada tahun 1960 dan 1970-an, orang Jepang mengalami keterpurukan menangani limbah dan sampah rumah tangga. Hal itu yang menjadi masalah besar bagi lingkungan karena masih rendah kepeduliannya terhadap masalah pembuangan dan pengolahan sampah.
Pada pertengahan 1970-an, Jepang mulai bangkit dengan gerakan masyarakat peduli lingkungan atau chonaikai. Gerakan ini bertujuan agar masyarakatlebih sadar diri dengan bagaimana membuang sampah dan memilah-milah sampah, sehingga memudahkan dalam proses pembuangannya.Gerakan chonaikai mengikuti tema 3R atauReduce, Reuse, Recycle. Gerakan tersebut terus berkembang dengan didukung oleh apresiasi dan antusias dari masyarakat Jepang.
Di Jepang pembuangan sampah diwajibkan untuk membagi limbah rumah tangga menjadi empat kategori, yaitu moerugomi (sampah yang mudah terbakar), moenai gomi (sampah yang tidak mudah terbakar), sodai gomi ( sampah besar) dan shigen gomi(sampah yang bisa didaur ulang). Masing-masing jenis sampah tersebut terdapat jadwal pembuangannya dan harus dimasukkan ke dalam kantong khusus yang ditentukan oleh setiap daerah. Bahkan jika sampai salah kantong kemungkinan sampah tidak akan diambil oleh petugas kebersihan setempat.
Uniknya jika ingin membuang sampah-sampah besar atau sodai gomi seperti furnitur, elektronik atau sepeda, warga diwajibkan untuk membayar pengambilan setiap item.Berbeda dengan Indonesia, kita malah akan dibayar dan terkadang akan mendapat ganti kerupuk bukan?Barang-barang yang dibuangpun biasanya bukan barang rusak tetapi barang yang sudah dianggap tua atau modelnya sudah kuno. Bagaimana apakah anda tertarik menjadi pemulung di negara sakura?
Di Indonesia, sampah merupakan salah satu permasalahan yang kompleks. Selain dari pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakatnya dalam membuang sampah juga masih kurang baik. Dampaknya dapat dilihat dari lingkungan yang kotor, bau selokan menyengat, masalah pencemaran dan kerusakan lingkungan. Oleh karena itu tidak ada salahnya kita belajar cara pengelolaan sampah dari negara Jepang. Jika hal itu dapat diterapkan dengan tertib dan baik maka lingkungan Indonesia akan lebih terlihat bersih dan asri. Sehingga lingkungan juga akan terhindar dari banjir. Mari kita bersama-sama disiplin dalam pembuangan sampah, dimulai dari lingkungan sekitar kita.
SMKN 10 Semarang Dari Semarang Untuk Indonesia
Penulis : Nur Kholifah, Guru Bahasa Jepang SMKN 10 Semarang
Komentar Pengunjung