Covid membuat dunia pendidikan melakukan penyesuaian cukup besar termasuk dalam proses asesmen kegiatan pembelajaran secara daring. Pelaksanaan asesmen dapat dilakukan dalam berbagai cara dalam pembelajaran daring matematika. Pada awal pengembangan internet, Allen (2003) menunjukkan beberapa media asesmen di antaranya ExerQuiz dan QuizMaker. Edward (2012) menjelaskan tentang IXL Math yang menyediakan banyak latihan dan penjelasan yang mendalam tentang matematika serta bisa digunakan untuk memonitor progress Siswa.
Bouck (2006) menuliskan beberapa sumber yang bisa digunakan untuk membuat kuis di antaranya Quia, Quiz Center, QuizStar, Quiz Lab selain itu bisa juga menggunakan Survey Monkey, Zoomerang, dan Object Planet untuk membuat asesmen berbentuk survei. Moodle yang merupakan Learning Management System (LMS) yang banyak digunakan juga menyediakan aplikasi untuk membuat kuis (Alhazmi et al., 2015). Poll Everywhere juga bisa digunakan untuk membuat survey yang bisa digunakan guru sebagai asesmen formatif (Mccoy, 2014). Bisa juga memanfaatkan Twitter yang diunggah Siswa terkait refleksi pembelajaran yang diperoleh dengan mengambil tangkapan layarnya untuk mendiagnosis kesulitan Siswa, mengumpulkan pemikiran Siswa, membuat diskusi (Johnson et al., 2016).
Penggunaan berulang tes formatif (yang bersifat diagnostik) merupakan komponen penting dalam belajar matematika secara daring karena memungkinkan memberikan umpan balik yang diperlukan untuk pengoptimalan pembelajaran individu (Tempelaar et al., 2012). Selain itu asesmen formatif juga berpengaruh positif terhadap hasil belajar Siswa (Petrović et al., 2015). Mallet (2008) mengungkapkan penelitiannya yang menggunakan belajar kolaboratif secara daring menggunakan diskusi di web yang dibuat sebagai bagian dari asesmen formatif memungkinkan guru untuk memberikan umpan balik dari permasalahan yang ada.
Martins (2018) dalam penelitiannya menemukan bahwa pelaksanaan kuis daring setiap minggu dianggap sangat bermanfaat oleh Siswa dan dipercaya dapat meningkatkan hasil belajar mereka. Dari diskusi tersebut Siswa dapat mengetahui kesalahan yang dibuat dan bagaimana memperbaikinya. Poka & Herman (2017) mengkaji penggunaan Wiris yang menyediakan pertanyaan tipe open-ended dalam penggunaannya sebagai asesmen formatif. Beberapa contoh tersebut dapat menunjukkan bahwa asesmen formatif secara daring dapat mendorong kegiatan belajar Siswa (Glassmeyer et al., 2011) serta membantu Siswa dalam melacak progres belajar mereka (Bouck, 2006).
“SMK Negeri 10 Semarang, dari Semarang untuk Indonesia”
Penulis: Andhika Wildan Krisnamurti, S.Pd., Guru Mapel Matematika
Editor: Tim Humas
Komentar Pengunjung