Belajar Sejarah dengan Card Sorting

Anggapan tentang tidak pentingnya pelajaran Sejarah sering mendominasi pemikiran siswa sehingga banyak di antara mereka kurang berminat untuk mempelajari Sejarah. Guru banyak menjelaskan dan siswa kurang diberi kesempatan untuk berdiskusi dengan temannya. Siswa hanya mendengar, sehingga keaktifan kegiatan belajar mengajar kurang. Dalam pengamatan guru, ketika guru hanya berceramah ada dua reaksi yang ditimbulkan siswa. Bagi siswa yang menyukai cara tersebut akan terlena dengan penyampaian materi dari guru sehingga materi tidak dapat mengena kepada siswa. Bagi siswa yang tidak menyukai cara tersebut, mereka akan merasa bosan dan tidak memperhatikan sehingga materi juga tidak mengena. Menurut August Herman Naiola (1992:9-10), materi sejarah merupakan materi yang abstrak dan peristiwa sejarahnya terjadi di masa lampau, maka dituntut kemampuan guru untuk dapat mengkongkritkan materi yang masih abstrak tersebut sehingga mudah dipahami oleh siswa. Supaya proses belajar mengajar dapat berhasil dengan baik dapat ditempuh dengan cara peserta didik harus terlibat dan ikut serta ambil bagian secara aktif dalam setiap mata pelajaran.

Metode Pembelajaran Card Sorting merupakan strategi pembelajaran menggunakan potongan-potongan kertas yang dibentuk seperti kartu berisi informasi atau materi pelajaran. Materi Kehidupan Awal Masyarakat Indonesia, khususnya Zaman Praaksara merupakan materi yang cukup kompleks dan banyak istilah-istilah asing yang belum pernah didengar oleh peserta didik. Guru memilih metode ini dengan tujuan supaya peserta didik kelas X (sepuluh) terlibat aktif dalam mengurutkan pembagian zaman batu beserta ciri-cirinya. Modal yang dibutuhkan pun juga cukup mudah dan murah. Yaitu kertas HVS warna, HVS putih untuk menempelkan potongan kertas/kartu, lem dan amplop untuk meletakkan potongan-potongan kertas/kartu. Saat metode ini diterapkan di SMK Negeri Satu Atap Tuntang, ternyata hampir seluruh anak kelas X antusias dalam mencari informasi di internet dan mengurutkan kartu-kartu tersebut dengan benar. Bahkan mereka saling berkompetisi antar kelompok untuk menyelesaikannya dengan baik. Peserta didikpun merasa metode pembelajaran card sorting ini lebih efektif diterapkan pada mereka yang kurang menyukai metode ceramah. Belajar Sejarah ternyata juga bisa seru dan menyenangkan.

 

Penulis : Sukma Windyasari, S.Pd., Guru SMKN 1 Tuntang

Editor  : Nurul Rahmawati, M.Pd., Guru SMKN 1 Tuntang