Digital Native dan Peran Orang Tua

Betapa berat tantangan sebagi orang tua pada saat ini untuk medidik anak yang memasuki Era Digital yang perkembangan teknologi sangat cepat. Tantanganya begitu berat pada saat ini pada saat Era Digital sekarang ini. menurut pakar, anak-anak sekarang disebut Digital native adalah bagi seseorang (terutama anak hingga remaja) yang sejak kelahirannya telah terpapar gencarnya perkembangan teknologi.

Hal inilah yang menyebabkan karakter serta kebiasaan Digital Native cenderung berbeda generasi sebelum mereka. Mendidik anak adalah tugas berat.  Orang tua memerlukan perjuangan yang ekstra dalam mendidik di jaman modern yang serba cepat, modern dan  canggih. Namun disinilah ujian orang tua yang sesungguhya untuk mendapatkan pahala besar. Anak bisa menjadi aset sangat berharga atau bahkan anak menjadi bumerang yang mencelakakan bagi orang tua.

Untuk itu perlunya orang tua untuk mengaetahui tahap-tahap  perkembangan anak seperti pendapat  beberapa ahli seperti : Psikolog anak Jean Piaget membagi fase tumbuh kembang anak menjadi empat tahap. Bayi disebut fase sensori (0-2 tahun) ketika seorang anak mulai belajar untuk bergerak dan mengenali berbagai objek fisik. Balita  atau fase pra operasional (2-7 tahun) ditandai dengan kemampuan mengombinasikan dan mengubah berbagai informasi yang diterima inderanya sebagai sebuah paket konsep. Anak-anak merupakan fase operasional konkrit (7-11 tahun). Pada masa ini anak mulai mempelajari konsep-konsep yang bersifat abstrak sepei ekspresi emosi yang kompleks. fase remaja yang bersifat formal operasional (> 12 tahun). Pada masa remaja inilah kemampuan berpikir secara logis, rasional, dan sistematis mulai berkembang dan menjadi awal munculnya tanda kedewasaan.

Hal inilah yang menyebabkan karakter serta kebiasaan Digital Native cenderung berbeda generasi sebelum mereka. Mereka cenderung memiliki wawasan, pengetahuan, serta pikiran yang sangat terbuka terhadap perkembangan teknologi, cepat menangkap berbagai informasi, dan dapat beradaptasi dalam situasi apapun. Para Digital Native percaya bahwa belajar dapat dilakukan dengan cara yang menyenangkan, misalnya sambil menonton TV, bermain games, atau mendengarkan musik sambil menonton Youtube. Sedangkan, generasi sebelumnya berpandangan tidak ada proses belajar yang bisa dilakukan dengan cara seperti itu. Belajar adalah proses yang memang seharusnya tidak diiringi akvitas menyenangkan. Perbedaan pola pikir inilah yang membuat orang tua yang lahir pada generasi sebelumnya kesulitan memahami Digital Native sehingga diperlukan Digital Native Education bagi mereka agar bisa mengikuti dengan baik perkembangan zaman saat ini.

Jika tidak, maka akan terjadi banyak ketimpangan dan kesalahan yang diakibatkan oleh ketidakpahaman generasi sebelum Digital Native. Misal, kita melarang anak untuk bermain games dan menjauhi gadget, padahal anak bisa saja mendapatkannya dari orang lain. Maka yang perlu kita lakukan adalah membantu mereka menyiapkan diri agar kuat menghadapi kecepatan perkembangan teknologi dan tidak terbawa arus negatif yang dihasilkan dari perkembangan teknologi.memang perkembangan teknologi saat ini bagaikan mata pisau bisa jadi berguna dan bisa jadi berbahaya namun demikian, teknologi internet juga tidak semuanya mengandung konten negatif.

Sebagai orang tua untuk membekali Digital Native kita tidak mungkin harus mengusai teknologi yang berkembang saat ini untuk mengimbangi para Digital Native karena banyak sekali faktor karena keterbatasan usia mungkin salah satu faktor tersebut. Akan tetapi kita sebagai orang tua tetap berusaha untuk memahami dan menjembatani anak- anak kita dari dampak negatif yang ditimbulkan oleh perkembangan teknologi saat ini, usaha – usaha tersebut sebagai orang tua  antara lain yang pertama mengetahui fase perkembangan anak, karena pada fase yang berbeda-beda kebutuhan anak juga kan berbeda-beda.sehingga kita akan tahu apa yang sangat dibutuhkan anak pada fase tersebut. Kedua menciptakan komunikasi yang baik antara digital native dengan orang tua. Ketiga menciptakan linkungan keluarga yang nyaman aman serta memasukan  nilai religi kedalam lingkungan keluarga sehingga akan tahu batasan-batasan norma mana yang baik dan buruk bagi individu ataupun sosial.

Sedangkan yang keempat mendampingi anak (Digital Native) mengakses gawai (Gadget). Orang tua sebaikya selalu bersama anak ketika ia menggunakan media digital untuk dua kepentingan utama yaitu menegosiasikan waktu akses dan memilih media dan saluran, menyarankan waktu berhadapan dengan layar maksimal 2 jam sehari namun jika aktivitas itu dikombinasikan dengan aktivitas produktif atau afektif (seperti berkomunikasi dengan keluarga di tempat jauh) maka durasi dapat bersifat fleksibel. Dan yang terakhir Parental Kontrol yaitu Filter Konten dimana membatasi konten yang bisa dikonsumsi anak-anak. Kontrol penggunaan: membatasi kapan perangkat bisa digunakan dan seberapa banyak layanan data yang bisa digunakan.  Perangkat manajemen komputer: menentukan soware/aplikasi apa saja yang bisa diakses anak. Monitoring: mengikuti dan melacak lokasi serta aktivitas anak saat menggunakan gawai. Beberapa media sosial dan aplikasi di ponsel menyediakan tur parental control. Fitur ini biasanya terdapat pada menu opsi atau pengaturan (setting) demikianlah bahwa kesimpulya peran orang tua sangat penting dalam mendampingi anak-anak (digital Native) pada saat ini.

Sudarmoyo.S.T,M.Pd, Guru SMKN 1 Kaliwungu Kab.Semarang