Saya datang di SMKN 10 Semarang bulan Januari 2022. Saat itu guru-guru PNS sibuk mempersiapkan DUPAK untuk kenaikan pangkat guru. Guna mempermudah koordinasi, semua guru PNS saya kumpulkan di ruang pertemuan.
Dari situlah masalah kemudian muncul. Dalam tiga tahun ke belakang, dari 60 guru PNS, hanya tiga orang saja yang berhasil naik pangkat. Sungguh angka statistik yang kurang bagus. Jika dihitung secara matematis, 3 dibagi 60 dikali 100 persen maka muncul angka hanya 5 persen saja yang berhasil naik pangkat.
Sebetulnya apa itu naik pangkat? Jika membahas mengenai jenjang jabatan guru maka perlu juga membahas mengenai definisinya. Jabatan untuk profesi guru lebih sering disebut dengan istilah jabatan fungsional guru. Adapun pengertian dari jabatan fungsional guru ini adalah sebuah jabatan fungsional yang ruang lingkup, tugas, tanggung jawab, dan wewenangnya berkaitan dengan tugas keguruan.
Sedangkan kenaikan pangkat adalah penghargaan yang diberikan atas prestasi kerja dan pengabdian Pegawai Negeri Sipil terhadap Negara, serta sebagai dorongan kepada Pegawai Negeri Sipil untuk lebih meningkatkan prestasi kerja dan pengabdiannya. Semakin tinggi pangkat guru maka semakin besar gaji yang diterima. Jadi kenaikan pangkat erat hubungannya dengan kesejahteraan guru.
Analisa lebih mendalam terkait kegagalan naik pangkat guru-guru SMKN 10 Semarang disebabkan karena nilai publikasi ilmiah tidak ada. Inilah yang menjadi latar belakang digulirkannya Gerakan Guru Menulis.
Gerakan ini menggunakan langkah 3B yaitu Bikin, Bagi dan Branding. Pada kata Bikin, guru dilatih menulis artikel ilmiah populer oleh Kepala Sekolah. Pelatihan dilaksanakan empat kali agar keberhasilan gerakan ini efektif. Di mulai dari Bulan Januari sampai dengan April 2022, guru digembleng intensif untuk berani menuangkan gagasan dalam bidang pendidikan.
Di samping pelatihan melalui tatap muka, guru dibekali materi menulis secara online melalui kelas di Google Classroom. Materi diberikan secara rinci disertai dengan contoh dan pembimbingan secara online melalui forum.
Bapak dan Ibu Guru yang sudah berhasil membuat tulisan kemudian dikirim ke email yang disediakan oleh sekolah. Melalui email ini tim editor dari humas SMKN 10 Semarang kemudian mendownload file artikel untuk dilakukan editing.
Alur selanjutnya adalah memasang artikel hasil editing di website sekolah. Satu persatu artikel terbit di website sekolah tiap hari. Di samping web sekolah, untuk menjangkau pembaca yang lebih luas artikel Bapak dan Ibu juga dipasang di website Cabang Dinas Pendidikan Wilayah I.
Langkah kedua adalah Bagi. Setelah artikel terpasang di web sekolah, humas kemudian membagi link artikel website tersebut di grup WA Guru. Tujuannya adalah masing-masing guru akan membagi artikel tersebut ke saudara, teman guru sekolah lain, tetangga, dan masyarakat.
Di samping itu, link artikel di website sekolah juga dipasang di Facebook dengan mentag Ibu Kadisdikbud Propinsi Jawa Tengah, Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah I dan BPTIK Dikbud Propinsi Jawa Tengah. Lewat status di Facebook ini, link artikel dibagikan ke berbagai grup Facebook agar dibaca oleh banyak orang.
Hasil dari Gerakan Guru Menulis adalah meningkatnya gairah menulis Bapak dan Ibu Guru SMKN 10 Semarang. Hal ini dibuktikan dengan produktifnya guru dalam menulis. Data yang didapat, 11 Artikel berhasil dibuat di bulan Januari, 19 artikel di bulan Pebruari, 19 artikel di bulan Maret dan 12 artikel di bulan April. Jadi total sudah berhasil membuat 61 artikel ilmiah populer.
Gerakan Guru Menulis juga mampu menjadikan SMKN 10 Semarang menjadi kontributor terbesar rubrik gagasan di website Cabang Dinas Pendidikan Wilayah I. Ini tentu prestasi yang membanggakan.
Langkah terakhir dari Gerakan Guru Menulis adalah Branding. Branding adalah proses penciptaan atau peninggalan tanda jejak tertentu di benak dan hati konsumen melalui berbagai macam cara dan strategi komunikasi sehingga tercipta makna dan perasaan khusus yang memberikan dampak bagi kehidupan.
Keberhasilan SMKN 10 Semarang dalam meningkatkan gairah menulis di kalangan guru menarik minat sekolah lain untuk studi tiru. Mulai dari jenjang SD, SMP, SMA dan SMK datang ke sekolah untuk belajar. Itulah bagian dari Branding Sekolah. SMKN 10 Semarang harus punya differensiasi dengan sekolah lain. Differensiasi ini yang menjadi kekuatan sekolah untuk dilihat oleh sekolah lain dan masyarakat.
Menutup Catatan ini, best practice SMKN 10 Semarang melalui Gerakan Guru Menulis terus berkembang sesuai perjalanan waktu. Insya Allah di Bulan Juni 2022, sekolah akan melaksanakan IHT bekerjasama dengan surat kabar untuk menerbitkan tulisan yang sudah dibuat oleh Bapak dan Ibu. Artikel yang terbit di surat kabar ini menjadi dokumen publikasi ilmiah untuk kenaikan pangkat. Semoga ikhtiar ini lancar sesuai target.
“SMK Negeri 10 Semarang, dari Semarang untuk Indonesia”
Penulis : Ardan Sirodjuddin, CEO SMKN 10 Semarang.
Komentar Pengunjung