Pembelajaran mengalami evolusi yang luar biasa. Generasi Z yang mana merupakan penerus generasi terdahulu mempunyai pola piker, pola sikap dan pola kehidupan yang nyata-nyata berbeda. Sifat-sifat kritis, analogi berfikit tingkat tinggi, daya kreativitas juga tinggi, namun jiwa ingin belajar yang rendah, movitasi hidup rendah, daya juang rendah juga merupakan factor negative pada generasi ini. Kehidupan era sekarang memiliki tingkat persaingan yang tinggi. Dalam proses pembelajaranpun mengalami perubahan, semenjak diterapkannya pembelajaran bersifat daring mau-tidak mau maka siswa harus mampu mengelola pembelajaran mereka sendiri yaitu Self Regulated Learning. Apabila peserta didik mampu mengelola pembelajaran, disiplin waktu, mempunyai niat dan daya juang untuk belajar, belajar secara mandiri dan mampu mengatasi hambatan-hambatan yang ada maka peserta didik dinyatakan sudah melakukan pembelajaran yang baik dan terarah.
Namun apabila banyak kendala yang menyebabkan siswa justru berfikir bahwa berat untuk melakukannya maka peserta didik telah gagal dalam mendisiplinkan diri dan tingkat kreativitaspun akan menurun. Seiring dengan era pandemic, pembelajaran mengalami evolusi, pembelajaran teknis terutama dalam salah satu pembelajaran seperti mendiagnosis kerusakan system bahan bakar diesel common rail, masih membutuhkan dorongan yang kuat, perkembangan dunia teknologi sekarang semakin cepat, dan metode-metode konvensional banyak yang ditinggalkan.
Tuntutan pembelajaran pada abad 21 yaitu belajar yang berfokus kepada materi memang penting, namun fokus kepada pengembangan keterampilan belajar menjadi lebih penting. Mengingat peserta didik era sekarang dituntut memiliki kreativitas yang tinggi, tidak terhambat pada ruang dan waktu, tingkat kebutuhan informasi teknologi menjadi cepat. Peserta didik harus belajar cara melacak, menganalisis, mensintesis, mengubah, mendekontruksi bahkan menciptakan, menghayati dan mengimplikasikan pada diri mereka sendiri, lingkungan dan membagikan pengetahuan kepada orang lain, ataupun teman sejawat. Fokus guru sebenarnya memberikan kesempatan peserta didik untuk menghubungkan materi yang dipelajari dengan dunia nyata. Salah satu pengaruh signifikan teknologi terhadap pembelajaran abad 21 adalah adanya kemudahan akses atau aksesibilitas terhadap sumber belajar digital untuk memenuhi beragam kebutuhan peserta didik.
Komponen pembelajaran abad 21 yang meningkat interaksinya satu sama lain, antara lain : 1) Bagaimana aktifitas instruktur/guru/ mentor/fasilitator, 2) Desain pembelajaran online, 3) Data sebagai sumber belajar (big data), 4) Strategi pembelajaran online, 5) Unjuk kerja peserta didik.
Kreatifitas adalah satu satunya kemungkinan bagi negara berkembang untuk tumbuh. Tuntutan inilah yang harus membuat pola pembelajaran dan pengorganisasian pembelajaran ditingkatkan, karena tidak dipungkiri di era pandemic pembelajaran akan terus menggunakan moda daring. Pola pembelajaran mungkin belum ada kejelasan, sehingga orientasi pembelajaran dengan output peserta didik mempunyai daya kreatifitas tinggi sangat dibutuhkan. Sementara dalam pembelajaran kompetensi teknik, banyak sekali siswa yang memiliki kendala terutama siswa belum mempunyai pengalaman, pemahaman lingkungan dan pengenalan teknologi serta familiarisasi dalam pembelajaran masih banyak mengandalkan tatap muka, disaat kendala-kendala yang menyertai inilah siswa dituntut untuk mampu menghasilkan kreativitas maka dibutuhkan pola berfikit tinggi yaitu HOTS (High Order Thingking Skills), dimana pola ini harus menjadi konstruksi dalam pembelajaran serta siswa sebagai subjek, harus melatih berfikir tingkat tinggi dan mengembangkan kebiasaan mencipta (habit creation).
Dalam dunia kompetensi teknis dimana berlaku system asistensi atau pengenalan kompetensi dan ketrampilan didasarkan pada apa yang mereka lihat, apa yang mereka pahami, terbimbing, terarah, cara berkomunikasi, transfer knowledge di era sebelum terjadinya pandemic, mampu membentuk peserta didik agar mempunyai ketrampilan yang tinggi. Namun semenjak pembelajaran menggunakan moda daring maka diperlukan pembelajaran yang mampu mengakomodir kepentingan tersebut. Salah satunya adalah TPACK.
TPACK (Technological Pedagogic Content Knowledge) merupakan pembelajaran yang menggunakan penerapan gabungan system pendidikan yang mengedepankan teknologi dan aplikasi (konten) tertentu dalam Pembelajaran. Pembelajaran ini melibatkan 7 domain pengetahuan yang saling berkaitan antara satu dengan yang lain. TPACK terdiri dari : 1) Pengetahuan materi (content knowledge/CK) yaitu penguasaan bidang studi atau materi pembelajaran dalam hal ini kompetensi keahlian terutama pada diesel common rail, 2) Pengetahuan pedagogis (pedagogical knowledge/PK) yaitu pengetahuan tentang proses dan strategi pembelajaran, yang paling optimum sehingga siswa terjadi kenaikan daya kreativitas dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. 3) Pengetahuan teknologi (technological knowledge/TK) yaitu pengetahuan bagaiamana menggunakan teknologi digital. 4) Pengetahuan pedagogi dan materi (pedagogical content knowledge/PCK) yaitu gabungan pengetahuan tentang bidang studi atau materi pembelajaran dengan proses dan strategi pembelajaran. 5) Pengetahuan teknologi dan materi (technological content knowledge/TCK) yaitu pengetahuan tentang teknologi digital dan pengetahuan bidang studi atau materi pembelajaran. 6) Pengetahuan tentang teknologi dan pedagogi (technological paedagogical knowledge/TPK) yaitu pengetahuan tentang teknologi digital dan pengetahuan mengenai proses dan strategi pembelajaran. 7) Pengetahuan tentang teknologi, pedagogi, dan materi (technological, pedagogical, content knowledge/TPCK) yaitu pengetahuan tentang teknologi digital, pengetahuan tentang proses dan strategi pembelajaran, pengetahuan tentang bidang studi atau materi pembelajaran.
Menurut Mishra & Koesler (2007) Total PACKage atau biasa disebut TPACK merupakan suatu kerangka umum untuk memudahkan pembelajaran dalam tataran praktis. Pembelajaran dalam kompetensi keahlian dapat diutarakan dalam gambaran berikut : 1) Refleksi diri penguasaan aspek pedagogic pada abad 21, dengan memberikan arahan dan bimbingan pada salah satu mata pelajaran PMKR pada diesel common rail, guru diharapkan mampu membimbing dan mengarahkan pada mata pelajaran kompleks dan detail. 2) Penguasaan aspek teknologi, penguasaan aspek teknologi disini dititik beratkan pada metode penyampaian kepada peserta didik dan sejauh mana keefektifan perangkat pendukung tersebut. 3) Penguasaan materi pembelajaran pada diesel common rail juga diharuskan ada pada pendidik sehingga kedalaman materi dan penguasaan teknologi diharapkan menjadi bekal untuk peningkatan kemampuan pada peserta didik, 4) Prinsip belajar produktif pada peserta didik, ketersediaan perangkat pembelajaran pendukung seperti HP atupun Laptop, harus mampu diarahkan sehingga tidak rawan bermain game, serta penyajian verbal dan visual dalam video pembelajaran atau segmen-segmen kecil. 5) Pembelajaran system injeksi common rail diesel sangat kompleks dan kompetensi ini merupakan lanjutan dari diesel konvensional, unit kendaraan juga masih banyak yang belum tersedia, namun media pembelajaran yang sudah ada dimanfaatkan sebaik-baiknya. 6) Konten pembelajaran yang digunakan berupa video pembelajaran, PPT, LKPD, Modul, dan instrument penilaian yang dilakukan secara terarah dan terbimbing diharapkan dapat meningkatkan kompetensi keahian peserta didik dalam pembelajaran. 7) Eksplorasi penggunaan media yang bervariasi, dalam pembelajaran pendidik akan memberikan sejumlah instruksi kerja saat melaksanakan kegiatan mendiagnosis kerusakan system injeksi common rail diesel, disertai data pendukung, visual gambar, instruksi kerja, video pendukung dan langkah-langkah. Penerapan pada siswa dilihat pada gagasan imajinatif peserta didik dan tingkat eksplorasinya. Pembelajaran berbasis kelompok dan berbasis problem based learning sehingga diharapkan siswa memiliki pemahaman berbasis pengalaman dimana learning by doing dalam pembelajaran dirasakan memberikan efek yang baik, serta peserta didik mampu mengeksplorasi sumber, menalar, mengamati, menilai, menemukan dan memecahkan masalah pada pembelajaran kompetensi keahlian.
Dengan rancangan pembelajaran tersebut diharapkan terjadi kenaikan signifikan dari peserta didik sehingga peran pembimbing atau guru dalam proses pembelajaran hanya sebagai pendamping, pelatih, pengkoordinir dapat dilaksanakan dengan baik sehingga terjadi peningkatan pada kompetensi. Guru juga harus bisa memberikan solusi atas berbagai masalah yang muncul sehingga kendala-kendala yang membuat movasi siswa menurun, hambatan peserta didik dalam pembelajaran dapat diminimalisir sehingga diharapkan memberikan efek yang baik pada pengembangan diri.
Penulis : Fuat Muhclisin, S.Pd, Guru SMK Negeri 1 Pabelan
2 komentar
Indra latief, Wednesday, 7 Jul 2021
Sangat menginspirasi…
Muhamad qotibi, Wednesday, 7 Jul 2021
Mantab kawan. . . Semoga bermanfaat