Filsafat Pendidikan Matematika Di Kurikulum Finlandia Bagian 2

Dalam poin pertama dijelaskan peserta didik membutuhkan dorongan atau bantuan secara individu serta perlu didengarkan dan dihargai oleh komunitas sekolah dalam proses aktif belajar. Terlepas dari keunikan peserta didik, mereka juga perlu diberikan kesempatan untuk merasakan bahwa komunitas peduli terhadap kegiatan belajar dan kesejahteraan mereka. Komunitas yang mendukung dapat mendorong perubahan yang ada dalam kurikulum yaitu pandangan bahwa peran peserta didik yang lebih aktif dan inklusif (Cook, 2019; Finnish National Board of Education, 2016; Niemi, et al., 2014).

Dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa peserta didik membutuhkan kolaborasi dalam kegiatan belajar secara aktif. Aspek pembelajaran yang dilalui siswa tersebut dalam theory of learning dapat dikategorikan dalam pandangan fallibilist dengan indikator di antaranya adalah

  1. The mathematics knowledge has to be created anew in the mind of every child, and solely in response to their active efforts to know.
  2. Learning involves investigation, discovery, discussion, play, cooperative work, and exploration
  3. Errors play an important role in the construction of mathematical knowledge and meaning because they lead to conflict which is necessary for the development of new conceptions and critical thinking.

Kultur sekolah merupakan salah satu hal yang diperhatikan dalam kurikulum Finlandia. Disebutkan bahwa dasar pengembangan kultur sekolah adalah diskusi terbuka dan interaktif dengan prinsip menghormati orang lain yang memastikankeikutsertaan seluruh anggota komunitas dan menginspirasi timbulnya kepercayaan. Desain proses dalam kurikulum tingkat sekolah perlu menyediakan kesempatan yang lebar untuk kegiatan diskusi tersebut. Selain menekankan adanya diskusi, guru juga perlu menjalankan perannya.

Peran yang diemban dalam konsep kurikulum ini adalah mendorong sikap realistis dan praktis peserta didik terhadap pembentukan situasi yang mendukung masa depan yang lebih baik yang kemudian menguatkan pertumbuhan peserta didik menjadi warga atau anggota komunitas yang bertanggung jawab. Tak hanya itu, publik Finlandia juga berpikir bahwa guru seharusnya berbicara lebih sedikit dalam pembelajaran dan lebih berfokus lebih pada mendorong dan memandu peserta didik untuk berpikir dan berbicara, memformulasikan dan menanyakan pertanyaan, mencari informasi dan membangun pengetahuan/ide baru, serta berkolaborasi.

Guru berperan juga dalam membuat modul tipe project-based dan multidisiplin ilmu yang merupakan salah satu aspek yang diperhitungkan di Finlandia (Cook, 2019; Finnish National Board of Education, 2016; Halinen, 2018). Guru bekerja secara kolaboratif dalam merencanakan dan mengimplementasikan modul-modul yang dibuat. Modul yang dibuat perlu didasarkan pada nilai dan prinsip perkembangan dari kultur sekolah. Dapat dikatakan bahwa guru mengatur sumber belajar dan memfasilitasi pembentukan konsep peserta didik. Aspek peran dan aktivitas guru tersebut dalam theory of teaching dapat dikategorikan dalam pandangan fallibilist dengan indikator di antaranya adalah:

  1. The teacher teaches the child through encouragement, facilitation and arrangement of carefully structured situations for exploration.
  2. The role of the teacher is that of a manager of the learning resources and facilitator of concept formation.
  3. The teacher needs to play the role of counsellor, risk taker or devil’s advocate in discussions between both student-student and student-teacher.
  4. The teacher spends much of classroom time creating an active learning environment, guiding, questioning, discussing, clarifying and listening more than he/she lectures or gives directions.

Dari uraian di atas yang menjelaskan tentang bagaimana peserta didik akan belajar, kultur lingkungan pendidikan, peran dan aktivitas guru yang dikonsepkan oleh kurikulum ditinjau dari indikator theory of learning dan theory of teaching yang dikemukakan Toumasis terkait filsafat pendidikan matematika menunjukkan bahwa perspektif yang digunakan adalah fallibilist. Bagaimana kalau menurut sobat matematika tentang kurikulum di Indonesia saat ini? Apakah termasuk pandangan absolutist atau fallibilist?

“SMK Negeri 10 Semarang, dari Semarang untuk Indonesia”

Penulis: Andhika Wildan Krisnamurti, S.Pd., Guru Mapel Matematika

Editor: Tim Humas