Pembelajaran yang berhasil akan melibatkan siswa sebagai subjek yang aktif dalam proses belajar mengajar. Andai kita; sebagai guru menginginkan pembelajaran aktif dan berhasil tentunya, apa yang harus kita lakukan?
Apakah sebuah kelas yang tenang, tanpa suara?
Apakah kelas yang ramai menandakan, bahwa pembelajaran tidak berjalan dengan lancar?
Apakah kelas yang ramai menunjukkan guru/pendidik tidak berhasil dalam mengelola kelas?
Dan apakah kelas yang ramai menegaskan siswa tidak memahami materi yang dibahas?
Mari kita temukan jawabannya!
Ketika kita memposisikan sebagai seorang guru, yang berada di depan kelas, pertama yang akan kita lakukan adalah menanyakan keadaan siswa. Dan tentunya pula kita menginginkan jawaban dari para siswa. Nah, kondisi ini memperlihatkan adanya interaksi antara guru dengan siswa. Alhasil kelas ramai.
Kemudian pada saat pembelajaran beberapa metode dan strategi diterapkan oleh para guru, seperti: diskusi kelompok, presentasi, rool play, dramatisasi (bermain peran). Pada saat inilah siswa dituntut aktif, seperti yang dilakukan pada pembelajaran Bahasa Indonesia kelas X multimedia di SMK Negeri 11 Semarang. Siswa bermain drama dengan tema yang diambil dari pengalaman hidup keseharian. Selain melatih siswa berani tampil di depan orang banyak/ audiens, ada nilai kerjasama, masih banyak manfaat positif yang bisa diambil dari pembelajaran drama, meskipun alhasil kelas ramai.
Pada materi berbicara; siswa presentasi atau menyampaikan pendapat di depan kelas, diharapkan siswa yang lain aktif menyimak. Namun seandainya audiens/ kelas menjadi ramai, ada kesempatan guru meminta salah seorang siswa (yang ramai) untuk mengulangi penjelasan guru, atau menyampaikan ulasan terkait materi yang dibahas. Hal yang wajar akan terjadi, jika jawaban siswa tidak sesuai dengan harapan guru, akan membuat kelas menjadi ramai. Pada saat ini akan terjadi perubahan ‘rasa’ pada siswa, yang semula sebagai penyimak/ pendengar menjadi aktif berbicara. Anggaplah itu intermezzo atau pancingan supaya pembelajaran tidak membosankan!
Ada hal penting yang bisa kita dapatkan pada saat siswa aktif ( dalam ragam berbicara ). Saat anak/ siswa mengeluarkan/ mengekspresikan pikiran dalam bentuk bicara; kita dapat mengetahui: seberapa jauh pola berpikir, gaya berbicara ( kata maupun Bahasa ), sikap siswa ( kesopanan dalam penyampaian ). Dengan memahami itu semua, kita sebagai guru dapat menasihati atau meluruskan hal-hal yang kurang pas dari siswa kita.
Hasilnya akan berbeda, jika mereka dituntut diam dan mendengarkan, tanpa diberi kesempatan berbicara. Guru tidak pernah mendapat kesempatan untuk mengetahui perasaan siswa; senang atau tidak, mengerti pelajaran yang diberikan atau tidak; yang pada akhirnya dapat memunculkan jarak perasaan antara guru dengan siswa. Hal ini mengakibatkan siswa tidak nyaman karena merasa tidak percaya diri, takut salah kalau bicara. Mereka hanya bisa menerima tanpa mengetahui kegunaan dan manfaat materi pelajaran yang dibahas.
Pembelajaran aktif membuat kita; sebagai guru terbuka dalam proses menjadi pendidik yang lebih baik, karena menerima kritik dan masukan dari orang lain/ siswa. Dengan begitu pembelajaran tidak melulu terkait dengan materi pelajaran, tetapi lebih pada hubungan antara orangtua dan anak.
Dengan demikian terjadilah “Sense of Feeling“ (keterikatan batin) Antara guru dengan siswa dan interaksi di kelas terjalin baik.
Menilik semua itu, masihkah kita berpikir,” Kelas yang ramai adalah kelas yang buruk? “
Yang terpenting adalah sejauh mana kita bisa mengelola kelas dengan baik, meskipun kelas ramai!
Jika dengan ramai, materi pelajaran dan nilai pendidikan bisa tersampaikan pada siswa, kenapa tidak?
Penulis : SMKN 11 Semarang
Komentar Pengunjung