Menjalin hubungan dengan IDUKA bagi Vokasi merupakan suatu keharusan, mengingat standar lulusan SMK harus match dengan industri dan dunia kerja. Hubungan sinergis ditandai dengan terpenuhinya tujuan yang diinginkan dari kedua belah pihak. SMK sebagai suatu institusi yang menghasilkan SDM yang terampil di dunia kerja memerlukan industri dan dunia kerja sebagai acuan pengetahuan, ketrampilan, sikap kerja lulusan. Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan Dirjen Vokasi Kemdikbud Wikan Sakarinto “Kemajuan industri mengajak kita untuk menerapkan konsep ‘Bring Industry to School’. Bukan dengan membawa peralatan mesin ke sekolah, melainkan menerapkan apa yang ada di dalamnya, yaitu Bring Attitude, Bring Project and Bring Best Learning,” dalam acara Peluncuran Program Upskilling dan Reskilling Guru Kejuruan dan Bantuan Pemerintah melalui Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan.
Penyelarasan kebutuhan standar kompetensi menjadi aspek penting ketika kemajuan teknologi di industri terjadi lebih cepat ketimbang di dunia pendidikan. Maka dari itu, untuk menjaga agar SMK tetap adaptif dengan perubahan yang terjadi, pola kemitraan berkelanjutan merupakan pilihan utama untuk menjembatani adanya kesenjangan yang menjadi akar masalah link and match antara SMK dengan DUDI.
Proses kemitraan dengan dunia industri tentu harus dimulai dengan melakukan komunikasi secara langsung maupun tidak langsung. Komunikasi dapat dilakukan dengan media surat, telpon, email, whatsup, atau bahkan bertemu tatap muka dengan cara berkunjung langsung ke perusahaan. Cara komunikasi terakhir ini merupakan cara yang paling efektif menurut penulis dalam hal meyakinkan kepada pihak industri berkaitan dengan kepentingan sekolah vokasi terhadap perusahaan. Proses komunikasi harus dilakukan secara asertif sehingga pihak industri yang dilibatkan dalam kerja sama tidak sekedarnya atau bahkan merasa terganggu dengan keberadaan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Komunikasi asertif menurut Neilage dan Adam ditandai dengan komunikasi secara langsung, terbuka dan jujur yang menunjukkan pertimbangan dan penghormatan terhadap individu lain. Berkomunikasi secara asertif berarti kita mengakomodasi kepentingan lawan bicara dalam hal ini pihak industri yang biasanya diwakili oleh bagian humas atau public relation. Dengan perilaku asertif maka lawan bicara akan merasa respek dan merasa nyaman serta senang bekerja sama.
Seperti kita ketahui pihak industri mempunyai ranah yang tidak bisa dijangkau oleh pribadi atau institusi, berkaitan dengan tersebut maka dari pihak sekolah harus bisa menghormati apa yang menjadi kepentingan industri. Sikap asertif berarti pihak sekolah akan menyampaikan kebutuhan atau kepentingan sekolah secara langasung, tanpa menghakimi atau memojokkan pihak industri. Poin penting dalam hal berkomunikasi dengan pihak industri adalah dengan cara menampung kepentingan-kepentingan industri dan mensinkronkan dengan kepentingan sekolah dengan batas-batas yang telah disepakati bersama. Salah caranya adalah dengan memberikan kesempatan kepada pihak industri untuk mengungkapkan kebutuhannya.
Kemudian bisa ditindaklajuti dengan mengakomodasi kebutuhan industri yang sinkron dengan kepentingan sekolah, saling bertukar pendapat, dan menyatukan kepentingan sehingga mengerucut menjadi satu kesepakatan, dari kesepakatan dibuat skala prioritas yang akan dikerjakan secara bertahap dan simultan.
Tips dan trik yang bisa dipraktekkan pada saat berkomunikasi secara asertif dengan pihak industri antara lain (1) sampaikan tujuan bermitra dan kondisi sekolah fakta dengan jujur tanpa harus berlebihan, (2) Sampaikan kepentingan-kepentingan sekolah yang match dengan kepentingan industri, (3) berikan kesempatan industri menyampaikan pandangannya. Kemudian (4) menginventaris kepentingan industri yang sejalan dan memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut menjadi kerja sama yang lebih baik, (5) menyamakan persepsi antara pihak sekolah dan industri dalam konteks win-win solution, dan (6) Menentukan langkah lanjut untuk perkembangan hubunngan kemitraan.
Sebagai contoh yang bisa dilakukan pada Sekolah Menengah Kejuruan Pertanian, ketika pihak sekolah berkomunikasi dengan langsung perusahaan benih, bisa disampaikan bahwa sekolah mempunyai lahan yang bisa dijadikan demplot salah satu produk perusahaan tersebut. Kemudian Standar Prosedur dari perusahaan akan diadposi sekolah dan dijadikan sebagai salah satu bahan ajar. Dengan adanya produk benih yang digunakan dipelajari dan dipraktekkan oleh siswa dapat kita yakinkan kepada perusahaan bahwa siswa sebagai petani masa depan akan minded dengan merk produk benih yang dihasilkan perusahaan, dan bisa mempromosikan ke berbagai pihak. Hal lainnya adalah siswa yang melakukan pembelajaran praktek sesuai dengan standar perusahaan, akan menjadi aset sumber daya manusia yang trampil dan siap kerja serta mampu untuk bermitra dengan perusahaan tersebut.
Penulis : Taat Sutarso, S.TP, Guru SMKN H Moenadi Ungaran
Komentar Pengunjung