Masa Remaja Sebagai Masa Kritis

Istilah remaja atau adolescence berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Remaja memiliki arti yang sangat luas mencakup kematangan mental, emosional, social dan fisik (Hurlock, 2003). Begitu juga dikemukakan oleh Jhon W. Santrock (2002), masa remaja (adolescence) ialah periode perkembangan transisi dari masa kanak-kanak hingga masa dewasa yang mencakup perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosial emosional.

Menurut Hurlock (2003) masa remaja memiliki ciri – ciri tersendiri yang khas dan menonjol yang membedakan dengan fase sesudahnya. Masa remaja dikatakan sebagai periode yang sangat penting dikarenakan perkembangan fisik yang cepat dan peting disertai dengan cepatnya perkembangan mental yang juga menyesuaikan mental, pembentukan sikap, nilai dan minat baru.

Masa remaja sebagai periode peralihan. Dimana status individu tidak jelas dan mendapat keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada masa ini remaja bukan lagi anak-anak tetapi juga bukan orang dewasa. Masa remaja sering dianggap sebagai usia bermasalah. Setiap periode perkembangan pasti mempunyai masalah sendiri-sendir, namun pada masa remaja masalah yang terjadi sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik bagi remaja itu sendiri maupun orang lain.

Masa remaja sebagai periode perubahan. Salah satu perubahan yang terjadi selain perubahan fisik adalah perubahan minat dan pola perilaku. Hal-hal yang dianggap penting pada masa anak-anak, sekarang pada masa initidak penting lagi. Perubahan minat dan pola perilaku ini terjadi sangatlah cepat.
Masa remaja sebagai masa mencari identitas. Dalam hal ini penyesuaian diri remaja dengan standart kelompok adalah jauh lebih penting. Hal ini ditunjukkan dalam hal berpakaian, bicara dan perilaku. Masa remaja sebagai usia yang tidak realistic. Remaja cenderung melihat dirinya sendiri, orang lain dan kehidupan sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagimana adanya.

Masa remaja sebagai ambang masa dewasa. Demi memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa kadang-kadang remaja melakukan perilaku yang mencerminkan orang dewasa dan tak jarang perilaku-perilaku tersebut adalah perilaku negatif contohnya merokok, minum minuman keras dan sebagainya.

Masa remaja, oleh psikolog perkembangan lainnya Erik Erikson (dalam Papalia 2008) menyatakan bahwa terdapat hubungan erat antara dinamika perkembangan kepribadian, seperti faktor fisik, psikologis, dan social individu dengan pembentukan kompetensi individu kelak ketika ia dewasa. Namun secara fakta masa remaja sebagai masa dimana individu mengalami tantangan terberat. Masa remaja sebagai periode kritis di mana terdapat banyak masalah. Remaja berada di masa transisi di mana krisis identitas sedang berlangsung yang harus dihadapi. Pada satu sisi para remaja sudah selesai melewati masa anak-anak namun disisi lain mereka dihadapkan pada tuntutan lingkungan untuk bagaimana berperan menjadi orang dewasa dan disaat yang bersamaan secara kematangan psikososial seorang remaja masih berada pada fase anak dan dewasa.

Remaja yang mampu melewati masa transisi dari krisis identitas akan menjadi remaja yang penuh keyakinan dan rasa percaya diri yang tinggi. Ciri-ciri remaja yang berhasil mencapai identitas diri nya adalah sebagai berikut : Pertama mereka yang mampu memilih jenis pekerjaan sesui dengan kemampuan dan minatnya, kedua mampu mengambil nilai-nilai pola asuh dari orang tua, dan nilai-nilai dari lingkungan masyarakat kemudian dipakai sebagai nilai-nilai yang diyakini dalam kehidupannya, yang ketiga adalah perkembangan identitas seksual yang adekuat sesuai dengan tahapan usia kematangan psikologisnya.

Menurut Ardiyanti (2017) untuk mengembangkan kemampuan mencapai identitas dan melampaui periode kritis maka diperlukan kemampuan-kemampuan sebagai berikut : Pertama mampu menemukan pribadinya (identitas diri ) Who Am I?, kedua mengetahui cita-citanya, sudah mengetahui profesi apa yang kelak akan ia geluti, ketiga mampu menunjukkan sikap konsisten untuk tetap fokus dan tidak mudah dipengaruhi lingkungan, keempat mempunyai norma-nornma kehidupan yang diyakini akan membantu mendapatkan cita-citanya, kelima bertanggung jawab menerima resiko yang ditimbulkan.

Maka dari itu sedikit banyak kita sebagai orang tua harus mengetahui sampai dimana perkembangan anak-anak kita, jangan sampai pada masa terpenting ini terabaikan. Sebagai guru BK kita juga harus mengetahui sampai tahap mana perkembangan peserta didik kita. Faktor-faktor yang mendasari mereka melakukan mal adaptif yang kita anggap sebagai kenakalan. Yang sebenarnya terjadi adalah kenakalan yang mereka buat adalah imbas dari penyesuaian diri yang tidak terkontrol oleh orang dewasa. Bisa jadi kenakalan tersebut adalah upaya dari remaja untuk mencari perhatian agar mereka diarahkan dan mendapatkan kasih sayang.

Setyowanti, S.Psi, Guru di SMK N 1 Pabelan Kab. Semarang