Melihat dari Dua Sisi

Hidup seperti dua sisi mata uang. Satu sisi aka terlihat baik tetapi sisi yang lain akan sebaliknya buruk dan menjengkelkan. Kita kadang perlu memasang angle yang tepat untuk melihatnya. Ketika telepon masuk dengan bahasa yang keras dan tidak enak didengar, itu adalah bagian dari sisi mata uang kehidupan. Ketika chat WA dengan tanpa memperkenalkan diri menuliskan kata-kata yang langsung menusuk hati itu juga bagian sisi yang sama. Bisa jadi angle yang dipakai baru sebagian.

Ada sebuah kisah inspiratif yang menarik menjadi bahan renungan. Seorang satpam sebuah bank berdiri tegap di depan pintu masuk. Udara kota terasa panas dengan nasabah yang keluar masuk seakan tiada henti. Tangan kanan memegang thermogun untuk mengukur suhu tubuh orang yang masuk. Suaranya tidak pernah lelah mengingatkan orang untuk cuci tangan pakai sabun sebelum masuk.

Kita tahu betul bahwa pekerjaan satpam itu sangat baik dalam membantu mengamankan nasabah dari virus COVID-19. Tapi usaha baik itu ternyata ditanggapi dengan berbeda. Pernah viral di sosial media ketika seorang nasabah marah-marah ketika diingatkan menggunakan masker?

Mas satpam sadar betul resiko yang ditanggung dari pekerjaannya. Dia harus melayani semua pelanggan dengan baik walau kadang ada nasabah yang membuat hatinya terluka.

Kazuo Murakami, Ph. D dalam bukunya The Divine Message of DNA menuliskan jika kita tidak mudah tersinggung dan selalu bahagia karena tidak terlalu memikirkan penilaian orang lain, kita tidak akan menderita susah tidur.

Melihatlah dengan mata lebah dan jangan dengan mata lalat. Lebah selalu melihat kepada sesuatu yang baik-baik, sekalipun dia sedang ada di tempat sampah. Pasti dia akan mencari sesuatu yang indah, harum dan bagus.

Berbeda dengan lalat, dia selalu melihat kepada sesuatu yang buruk. Sekalipun dia berada di hamparan bunga, pasti yang dicari sampah yang bau, busuk dan jauh dari indah.

Niat awal saya sebetulnya membantu teman-teman GTT di SMKN 1 Tuntang untuk bersiap menghadapi seleksi ASN PPPK. Tiga tahun Kami menjalin kebersamaan dalam membangun sekolah. Banyak diantara teman GTT yang lebih lama mengabdi di sekolah ini dibanding saya.

Sekolah turun tangan untuk mengawal GTT belajar. Membentuk panitia Sukses Lolos PPPK untuk mempermudah pengelolaan. Panitia ini diisi oleh guru-guru yang sudah jadi PNS. Mereka melayani sejawat guru yang masih GTT untuk belajar.

Untuk menambah amunisi, sekolah mendatangkan narasumber dari luar yang punya jam terbang tinggi dalam mempersiapkan tes CPNS. Semua dana ditanggung oleh sekolah.

Ternyata informasi SMKN 1 Tuntang memberi pelatihan GTT menyebar kemana-mana. Banyak GTT sekolah lain yang ingin ikut. Maka kami memutuskan untuk membuka kelas online. Agar peserta serius, kami menarik donasi. Karena kalau gratis kadang semau sendiri dengan masuk dan keluar tanpa permisi. Donasipun terbilang kecil. Tidak ada angka jutaan atau lebih. Niat Kami adalah membantu mengarahkan GTT belajar.

Bapak dan Ibu yang sudah memberi kami “nasehat” pakai kalimat yang kurang baik dengan senang hati Kami memaafkan. Cuma kalau boleh Kami memberi saran, bukalah ruang bertanya agar tidak salah persepsi.

Harapan Kami teman-teman GTT tinggal duduk manis belajar tanpa berpikir keluar dana. Kenapa? Karena sekolah tempat Bapak dan Ibu mengabdi membiayai semua kebutuhan untuk persiapan seleksi ASN PPPK.