Menggambar Teknik Lebih Asyik dan Menyenangkan dengan Model Make A Match

Mengajar bukan semata menceritakan bahan pembelajaran kepada Siswa. Dan juga bukan merupakan konsekuensi otomatis penuangan ke dalam benak Siswa. Namun belajar memerlukan keterlibatan mental dan perbuatan Siswa sendiri. Penjelasan dan pemeragaan dari Guru semata tidak akan membuahkan hasil belajar yang optimal. Hasil belajar yang optimal hanya akan diperoleh jika proses pembelajaran yang dilakukan banyak melibatkan Siswa untuk beraktifitas serta mengembangankan kreatifitas yang dimiliki Siswa secara optimal.

Strategi dan model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran juga berpengaruh pada hasil belajar Siswa. Proses pembelajaran akan menjadi aktif jika Siswa terlibat langsung dalam penyelesaian semua masalah yang diberikan oleh Gurunya. Model pembelajaran yang dipilihpun harus sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya. Begitu juga dengan mata pelajaran Dasar Teknik Mesin  pada elemen Gambar Teknik materi Proyeksi Orthogonal kelas X semester genap SMK Negeri 10 Semarang.

Gambar teknik merupakan suatu gambar yang dijadikan media komunikasi seorang ahli teknik dalam membuat dan merancang sebuah desain atau produk. Dalam sebuah gambar teknik dibutuhkan kejelasan dari hal-hal teknis yang dimaksud agar dapat meneruskan keterangan yang dimaksud didalamnya secara tepat dan akurat sehingga gambar yang dibuat dapat dipahami dengan jelas. Sedangkan Proyeksi ortogonal adalah gambar proyeksi yang bidang proyeksinya mempunyai sudut tegak lurus terhadap proyektornya. Proyeksi Orthogonal ada dua yaitu: 1. Proyeksi Eropa (Kuadran I) Pada proyeksi sistem eropa benda berada didalam kubus diantara bisang proyeksi dan penglihat, 2. Proyeksi Amerika (Kuadaran III) Pada proyeksi sistem amerika bidang proyeksi berada di antara benda dengan penglihat yang berada di luar.

Berdasarkan pengamatan Penulis di kelas, kebanyakan Siswa dalam melaksanakan pembelajaran Gambar teknik pada materi Proyeksi Orthogonal kurang memahami letak gambar pandangannya.  Agar didalam pembelajaran tersebut Siswa lebih paham, jelas dan tentunya menyenangkan maka Guru memilih model pembelajaran yang sesuai dengan harapan mampu menstimulasi terciptanya dinamika pembelajaran yang sehat dan kondusif  yang bermuara pada peningkatan mutu proses dan hasil belajar, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemadirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik dan psikologis peserta didik. Salah satu model pembelajaran yang digunakan adalah dengan model Make e Match.

Make a Match adalah salah satu model pembelajaran yang menuntut Siswa untuk mencari pasangan kartu soal dan jawaban yang telah dibuat oleh pendidik sebelumnya, dengan batas waktu yang telah ditentukan agar tercipta kerjasama antar Siswa untuk menyelesaikannya. Menurut Rusman (2018, hlm. 223) Model pembelajaran make a match merupakan salah satu jenis dari model pembelajaran kooperatif, yakni bentuk pembelajaran dengan cara Siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.

Sementara itu, menurut Komalasari (2017, hlm. 85) model pembelajaran make a match merupakan model pembelajaran yang mengajak murid mencari jawaban terhadap suatu pertanyaan konsep melalui suatu permainan kartu pasangan. Selanjutnya, menurut Tarmizi dalam Novia (2015, hlm. 12) model pembelajaran make a match berarti model pembelajaran yang melibatkan proses belajar setiap Siswa mendapat sebuah kartu (bisa soal atau jawaban) lalu secepatnya mencari pasangan yang sesuai dengan kartu yang ia pegang.

Kelebihan dari model pembelajaran make a match ini adalah Siswa mencari pasangan sambil belajar tentang konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Siswa menjadi lebih aktif, dapat digunakan di semua mata pelajaran dan di semua tingkatan pendidikan, kerjasama antar Siswa lebih dinamis dalam suasana yang lebih menyenangkan.  

Adapun tahapan-tahapan pelaksanaan model pembelajaran yang dilakukan oleh Guru dalam menerapkan model make a match dalam proses belajar mengajar anatara lain:

Tahap persiapan: Guru membagi Siswa menjadi 3 kelompok Siswa. Kelompok pertama merupakan kelompok pembawa kartu- kartu berisi pertanyaan-pertanyaan. Kelompok kedua adalah kelompok pembawa kartu-kartu berisi jawaban. Kelompok ketiga berfungsi sebagai kelompok penilai. Aturlah posisi kelompok-kelompok tersebut sedemikian sehingga berbentuk huruf u upayakan kelompok pertama berhadapan dengan kelompok kedua.

Tahap penyampaian: Jika masing–masing kelompok telah berada di posisi yang telah ditentukan, maka Guru membunyikan peluit sebagai tanda agar  kelompok pertama dan kedua  bergerak mencari pasangan nya masing–masing sesuai pertanyaan atau jawaban yang terdapat dikartunya. Berikan kesempatan pada mereka untuk berdiskusi, diskusi dilakukan oleh Siswa yang membawa kartu yang berisi jawaban.

Penampilan hasil: Pasangan yang telah terbentuk wajib menunjukan pertanyaan dan jawaban kepada kelompok penilai. Kelompok penilai kemudian membaca apakah pasnagan pertanyaan jawaban itu cocok, setelah penilaian selesai dilakukan, aturlah sedemikian rupa kelompok pertama dan kelompok kedua bersatu kemudian memposisikan dirinya menjadi kelompok penilai. Sementara kelompok penilai pada sesi pertama dibagi menjadi dua kelompok sebagian anggota memegang lembar pertanyaan dan sebagian lagi memegang lembar jawaban kemudian posisikan mereka seperti huruf “u”. Guru kembali membunyikan peluitnya kemudian pemegang kartu pertanyaan dan jawaban bergerak mencari pasangan nya. Maka setiap pasangan menunjukan hasil kerja kepada penilai. Dengan demikian kegiatan pembelajaran dapat berjalan lebih kondusif dan efektif karena peserta didiknya dituntut untuk aktif.

Jadi keseimpulannya adalah bahwa model pembelajaran Make a Match sangat cocok digunakan untuk Elemen Gambar Teknik dengan materi Gambar Proyeksi Orthogonal mata pelajaran Dasar-dasar Teknik Mesin kelas X kompetensi keahlian Teknik Pemesinan Kapal di SMK Negeri 10 Semarang.

“SMK Negeri 10 Semarang, dari Semarang untuk Indonesia”

Penulis: Hesti Sulistiyowati, S.Pd, M.Si., Guru Mapel Produktif/K3 TPK

Editor: Tim Humas