Merebaknya virus Covid-19 di seluruh dunia, terlebih dengan adanya varian baru omicron ini makin menimbulkan ketidakpastian dalam berbagai aspek, termasuk dalam dunia pendidikan. Demi mengutamakan kesehatan dan keselamatan bersama mulai hari Senin, 7 Februari 2022, sekolah – sekolah di berbagai daerah memberhentikan sementara pembelajaran Tatap Muka, pembelajaran harus dilaksanakan jarak jauh. SKB Empat Menteri tanggal 21 Desember 2021 yang mewajibkan seluruh sekolah anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi melaksanakan PTM terbatas mulai bulan Januari 2022 dihentikan sementara. Perjuangan guru dan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran kembali semakin berat.
Kita tengok kembali, sejak adanya pandemi Covid–19 dua tahun yang lalu, sistem pendidikan mencari berbagai inovasi agar proses pembelajaran lebih efektif. Adanya Surat Edaran dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan agar seluruh kegiatan di institusi pendidikan dilaksanakan jarak jauh mendorong guru mencari berbagai model atau metode pembelajaran agara proses pembelajaran jarak jauh dapat mencapai tujuan pembelajaran. Selain itu guru juga dipaksa harus belajar teknologi agar dapat melaksanakan pembelajaran jarak jauh, baik daring, luring maupun blended.
Kendala yang dialami saat melaksanakan pembelajaran jarak jauh antara lain, kesiapan guru dalam penguasaan teknologi informasi, sarana prasarana yang dimiliki sekolah, guru, maupun siswa. Penggunaan teknologi informasi saat mengajar jarak jauh menjadi hal yang sangat penting, yang dialami guru adalah sebagian besar guru gagap teknologi, Kondisi ini menjadikan guru atau sekolah harus segera mengatasi. Berbagai cara dilakukan untuk mengatasi buruknya pemahaman teknologi di kalangan guru dengan mengikuti berbagai webinar maupun workshop untuk memahami aplikasi apa yang bisa digunakan untuk melakukan pembelajran jarak jauh. Mulailah guru mengenal aplikasi Google Classroom, geogle form, zoom meeting, geogle meet, microsoft Office, dll. Guru juga harus menyediakan sarana pembelajaran jarak jauh, laptop, gawai (gadget) maupun memilih merek provider internet yang support untuk melaksanakan pembelajaran jarak jauh. Sekolah juga harus segera menyediakan sarana prasarana penunjang pembelajaran jarak jauh mulai dari LCD, kamera, maupun jaringan internet yang kuat untuk melaksanakan daring maupun blended learning. Sedangkan kendala yang dialami siswa adalah ketersediaan alat pembelajaran jarak jauh, PC, laptop, gawai (gadget), kuota internet, maupun ketersediaan jaringan internet di rumah.
Saat pembelajaran jarak jauh dapat berjalan dengan lancar, apakah tujuan pendidikan bisa tercapai dengan baik? Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional, tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Menurut Ki Hajar Dewantara, tujuan pendidikan adalah penguasaan diri, sebab disinilah pendidikan memanusiakan manusia (humanisasi). Beliau juga menunjukkan bahwa tujuan diselenggarakannya pendidikan adalah membantu peserta didik menjadi manusia yang merdeka. Menjadi manusia yang merdeka berarti tidak hidup terperintah, berdiri tegak dengan kekuatan sendiri, dan cakap mengatur hidupnya dengan tertib. Dengan kata lain, pendidikan menjadikan seseorang mudah diatur, tetapi tidak dapat disetir. Sedangkan dalam Taksonomi bloom tujuan pendidikan dibagi menjadi tiga ranah kemampuan inteketual yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Ranah kognitif yang meliputi pengetahuan, pengertian dan keterampilan berfikir, Ranah afektif meliputi aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi dan cara penyesuaian diri, dan ranah psikomotorik meliputi aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang dan mengoperasikan mesin.
Harus diakui bersama pelaksanaan pembelajaran jarak jauh yang sudah dilaksanakan belum mampu menjadi sarana mencapai tujuan pendidikan, baik tujuan pendidikan menurut UU No. 20 Tahun 2003, Ki Hajar Dewantoro, maupun dalam Taksonomi bloom. Pembelajaran jarak jauh hanya mencapai pada tataran ranah kognitif yaitu berpengetahuan dan berilmu, hanya mentransfer ilmu pengetahuan dan pemahaman (transfer knowledge). Meskipun aspek kognitif bisa tercapai namun tingkat persentasinya masih rendah, ada kemungkinan hanya pengetahuan–pengetahuan dasar dan pengertian saja yang dikuasai anak, sedangkan ketrampilan berfikirnya belum bisa terukur. Hal ini disebabkan alat ukur yang digunakan untuk mengukur aspek kognitif sangat terbatas tidak dapat menjangkau pengetahuan materi secara konfrehensif. soal yang dibuat sederhana sehingga untuk mengukur kompetensi literasi dan numeri tidak tercapai. Sedangkan aspek afektif yang menyangkut sikap berahklak mulia, mandiri, mudah diatur sulit terukur. Terjadi penurunan (gradasi) dalam lingkungan keluarga, dalam keluarga hanya mementingkan bagaimana cara anak mendapatkan nilai baik dengan mengabaikan bagaimana proses mendapatkannya, entah itu minta bantuan keluarga atau googling. Begitu pula dalam aspek psikomotorik, pelaksanaan pembelajaran jarak jauh tidak dapat menjadi wahana berlatih siswa dalam hal ketrampilan, khususnya pada sekolah kejuruan, kompetensi keahlian kejuruan yang harusnya dipraktekkan hanya mempelajari teorinya.
Saat pembelajaran dilakukan secara online, banyak siswa yang tidak mempersiapkan, baik persiapan fisik maupun materi pembelajaran. Sebagai contoh ketika diadakan zoom meeting atau geogle meeting, sebagian besar siswa hanya persiapan sekedarnya, tidak membuka kamera, tidak fokus mengikuti, disambi melakukan kegiatan lain, bahkan kemungkinan banyak yang tidak mandi. Kegiatan zoom meeting atau geogle meeting yang diharapkan ada interaksi dua arah antara siswa dan guru tidak berjalan dengan baik. Kedisiplinan hadir dalam pembelajaran online juga rendah, khususnya untuk sekolah-sekolah swasta kategori biasa, banyak penyebabnya anatara lain ketersediaan sarana laptop/ gawai (gadget), kuota internet, maupun ketersediaan jaringan internet di rumah.
Saat SKB Empat Menteri tanggal 21 Desember 2021 tentang PTM di daerah PPKM Level 1 dan 2 dapat diselenggarakan dengan kapasitas 100 persen digulirkan disambut dengan antusias oleh para guru dan institusi penyelenggara pendidikan. Hal ini memungkinkan guru dapat menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik, dengan harapan tujuan pembelajaran baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik dapat tercapai dengan baik.
Pengalaman melaksanakan PTM terbatas dapat membantu guru dalam pendampingan siswa dalam mendisiplinkan siswa, kedisplinan hadir pembelajaran, kedisiplinan dalam berpakaian, berpenampilan (potongan rambut/dicat, panjang kuku), dan juga menyampaikan materi, tagihan tugas, maupun uji kompetensi. Dalam hal keuangan khusunya sekolah swasta bisa terbantu mengingatkan orangtua/wali murid melalui siswa tentang tanggung jawab administrasi keuangan baik itu Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) maupun administrasi lain. Disamping itu orangtua/wali siswa merasa lebih aman anak berada di lingkungan sekolah dibandingkan berada di lingkungan luar, mereka merasa lingkungan sekolah lebih menjamin anak terlindungi dari tertularnya virus Covid–19, karena sekolah menerapkan protokol kesehatan yang lebih ketat.
Secara khusus di Kota Semarang, Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi (Hendi) pada hari Kamis (3/2/2022) menginstruksikan PTM di Semarang dari tingkat TK, SD, dan SMP penyelenggaraan PTM atau pembelajaran tatap muka akan diubah menjadi pembelajaran jarak jauh (PJJ) mulai tanggal 7 Februari 2022, hal ini untuk mengantisipasi penyebaran Covid–19. Sementara itu pada tanggal 4 Februari 2022 melaksanakan desposisi Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Tengah, Kepala Dinas Cabang Pendidikan Wilayah I, merekomendasikan pembelajaran jarak jauh pada satuan Pendidikan SMA,SMK, dan SLB di Kota Semarang mulai tanggal 7 sampai dengan 18 Februari 2022.
Dengan adanya perubahan PTM menjadi PJJ tentu sangat berdampak bagi sekolah – sekolah khususnya sekolah menengah kejuruan. Dinamika PTM terbatas selama hampir 3 minggu yang sudah mulai mapan dan dijalankan dengan baik oleh guru dan siswa kembali harus menyesuaikan diri. Sekolah harus membuat strategi, agar layanan pendidikan bagi siswa dan lembaga – lembaga terkait lain dapat maksimal. Kendala – kendala yang dihadapi saat melaksanakan PJJ harus dieliminir agar proses dan tujuan pembelajaran bisa tercapai secara maksimal. Secara khusus bagi sekolah kejuruan saat pelaksanaan PTM adalah saat yang paling tepat untuk memberikan layanan terbaik bagi siswa, agar tingkat kepercaayaan siswa, orangtua/wali murid semakin tinggi. Sekolah harus memberikan bekal bagi siswa dalam mempersiapkan rangkaian ujian, baik uji kompetensi keahlian maupun ujian akhir, mempersiapkan AKM (Asesmen Kompetensi Minimal) dan persiapan Praktek Kerja Lapangan (PKL), dan menjadi sarana untuk mengejar ketrampilan pada mata pelajaran produktif.
Strategi yang dapat dilakukan sekolah dalam menghadapi kendala saat melaksanakan pembelajaran jarak jauh antara lain: Pertama, memberikan fasilitas datang ke sekolah bagi siswa yang terkendala masalah peralatan, kuota internet, maupun ketersedian jaringan, tentu dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan yang ketat. Kedua, penyediaan pendamping sarana pembelajaran, misalnya modul, hand out, jobsite, lembar kerja, dll. Ketiga, pemilihan metode pembelajaran yang efektif, guru harus bisa memilih metode yang tepat sesuai dengan karakteristik materi yang akan dipelajari siswa. Beberapa metode yang bisa dilakukan antara lain, project based learning, metode daring, metode luring (di luar jaringan), kunjungan ke rumah (home visit), maupun blended learning. Keempat, pemilihan aplikasi pembelajaran, pemilihan aplikasi ini harus mempertimbangkan kondisi siswa maupun sarana yang tersedia, misalnya menggunakan WhatsApp (WA), Google Classroom, Google Form , Google Meeting, zoom meeting, Microsoft Office, dll. Kelima, pemilihan alat ukur penilaian hasil belajar, pemilihan alat ukur evaluasi pembelajaran harus mempertimbangkan aspek mana yang akan diukur apakah aspek kognitif, afektif, atau psikomotorik. Jenis alat penilaian yang dapat digunakan bisa berupa tes maupun nontes. Tes dapat berbentuk uraian (bebas, terbatas, maupun terstruktur) atau tes obyektif (pilihan ganda, menjodohkan, benar-salah, atau isian singkat) Sedangkan untuk non tes bisa dilakukan dengan wawancara, kuesioner, Daftar Cocok (Cheklist), observasi, maupun sosiometri. Keenam, pemberian motivasi belajar, motivasi akan mendorong semangat belajar siswa, tanpa motivasi hasil belajar tidak akan berhasil dengan maksimal. Motivasi yang dapat dilakukan antara lain menjelaskan tujuan mempelajari kompetensi dengan memberikan contoh kongkrit, memberi pujian, memberi hadiah, menciptakan persaingan positip, guru menggunakan metode bervareasi, menggunakan media yang menarik, membentuk kebiasaan baik, bahkan bisa jadi dengan hukuman.
Sebagai refleksi bersama sebaik apapun dalam melaksanakan pembelajaran jarak jauh, apakah pembelajaran yang kita lakukan bisa mencakup 3 aspek tujuan pendidikan? Apakah bisa memenuhi harapan Bapa Suci Fransiskus Kepada Kongregasi Pendidikan Katolik di Aula Clementinus (9/2/2017), Pendidikan harus mewujudkan yang baik dan yang benar dalam tiga area dimensi utama manusia yakni olah : hati (the heart), kepala (the head), dan tangan (the hands). Semoga pandemi Covid–19 segera berakhir sehingga semua aspek kehidupan dapat berjalan semestinya.
Penulis: Yohanes Sudarna, S.Pd, MM. Kepala SMK Marsudirini St. Fransiskus Semarang.
Komentar Pengunjung