Terampil sendiri bermakna cakap atau mampu dan cekatan, sebagai kata dasar dari kata keterampilan. Sedangkan keterampilan, bermakna kecakapan atau kemampuan dan kecekatan. Keterampilan berbahasa adalah kemampuan dan kecekatan menggunakan bahasa yang meliputi membaca, berbicara, menulis, dan menyimak. Pada pembelajaran, empat keterampilan berbahasa tersebut menempati posisi yang vital dan saling terintegrasi.
Menyimak (mendengarkan) dan membaca adalah kemampuan reseptif (menerima pengertian) karena seseorang tidak perlu memproduksi bahasa. Kedua keterampilan berbahasa ini menempatkan seseorang untuk dapat menerima dan memahami bahasa. Keterampilan ini biasa disebut sebagai keterampilan pasif. Sebaliknya, keterampilan yang produktif adalah berbicara dan menulis karena seseorang memproduksi bahasa. Dua keterampilan ini disebut sebagai keterampilan aktif.
Ketrampilan yang pertama adalah Menyimak (Mendengarkan). Menyimak atau mendengarkan adalah keterampilan berbahasa untuk dapat memusatkan perhatian dan mencerna informasi-informasi yang ada. Seseorang kerap kesulitan untuk mengasah keterampilan berbahasa ini karena seseorang dituntut untuk memahami inti pembicaraan, bukan hanya mengetahui setiap kata. Penyimak atau pendengar harus memusatkan perhatian pada suatu pembicaraan. Keterampilan berbahasa menyimak atau mendengar dapat dilatih setiap waktu.
Dalam kehidupan sehari-hari, topik pembicara dan kode-kode visual dapat membantu kita mencerna pesan-pesan. Untuk melatih keterampilan berbahasa ini, kita dapat sering-sering menyimak atau mendengar diskusi dan pembicaraan yang dibawakan oleh orang-orang dengan latar belakang yang berbeda dengan kita. Semakin fokus kita dalam menyimak dan semakin beragam latar belakang pembicara, maka keterampilan berbahasa kita dalam menyimak atau mendengar dapat semakin terasah.
Ketrampilan kedua adalah Berbicara. Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi. Kita berkomunikasi dengan orang lain, mengekspresikan ide-ide kita, dan juga memahami ide-ide orang lain. Maka dari itu, alat komunikasi akan berfungsi maksimal ketika faktor-faktor yang menunjang keterampilan produktifnya dikuasai.
Keterampilan berbicara diperlukan untuk dapat mengungkapkan ide atau gagasan yang ada pada diri kita. Ide atau gagasan itu tidak hanya disampaikan, tetapi dapat dicerna dengan jelas oleh si penerima informasi. Bagaimana caranya menyampaikan ide atau gagasan dengan baik? Kita dapat menggunakan struktur kalimat yang sederhana, serta bersifat efektif dan efisien. Keterampilan berbahasa ini dapat digunakan dalam bentuk lisan maupun tulisan.
Ketrampilan ketiga adalah Membaca. Membaca adalah keterampilan dalam memahami. Membaca dapat membantu kita mengembangkan seluruh bagian-bagian berbahasa, seperti kosakata, ejaan, struktur bahasa atau kalimat, dan penulisan. Membaca mampu meningkatkan intuisi berbahasa dengan cara yang sesuai. Saat kita membaca, otak berusaha mencerna informas-informasi dan mengimitasinya, lalu informasi itu akan disimpan dan pada lain kesempatan, informasi-informasi ini dapat kita gunakan untuk berbicara maupun menulis.
Dan ketrampilan terakhir adalah Menulis. Salah 1 dari 4 keterampilan berbahasa yang terakhir adalah menulis. Menulis adalah kegiatan mendokumentasikan informasi ke dalam suatu sarana tulis. Dengan berkembangnya media sosial, hampir semua orang menuliskan kegiatannya sebagai bentuk ekspresi diri. Tak salah lagi, keterampilan menulis kini tampak dianggap sebagai keterampilan berbahasa yang paling perlu dikuasai.
Tulisan yang bagus adalah tulisan yang mudah dicerna melalui penggunaan kalimat-kalimat yang sederhana, efektif, dan efisien. Ketika seseorang dapat dengan mudah memahami pokok bahasan suatu tulisan, maka tulisan itu dapat dianggap bagus karena ditulis dengan terampil. Keterampilan menulis pun tidak dapat tumbuh sendiri tanpa adanya penguasaan keterampilan berbahasa yang lain.
Ririn Erviana dalam KRONIKA IAIN Metro mengungkapkan pentingnya keterampilan berbahasa dalam kehidupan setelah sekolah. Bagi peserta didik keterampilan berbahasa merupakan sesuatu yang harus ada bahkan jika belum ada harus ditanamkan. Keterampilan berbahasa sering kita kenal dengan menulis, membaca, dan berbicara di depan khalayak ramai (public speaking). Karena dalam menjalani kehidupan kelak pasti peserta didik tidak lepas dari dengan menulis, membaca, dan berbicara.
Pada pembelajaran SMK, berbahasa menjadi ujung tombak yang perlu dipersiapkan oleh guru dalam hal ini guru bahasa. SMK yang notabene lulusannya diberikan tiga pilihan yaitu BMW (Bekerja, Melanjutkan ke perguruan tinggi, dan Wirausaha), membutuhkan empat keterampilan berbahasa tersebut. Meskipun penguasaan berbahasanya minimal, peserta didik memperoleh bekal untuk siap berinteraksi dengan lingkungan masyarakat maupun lingkungan bekerja.
Pembelajaran bahasa di SMK sebisa mungkin mengangkat materi sesuai kompetensi keahlian yang menjadi dasar dipelajari oleh peserta didik, dimana kompetensi keahlian ini menjadi ruh materi yang dipelajari. Jangan sampai peserta didik yang kompetensi keahlian pertanian justru tidak paham dengan istilah pertanian. Dengan disisipkan materi yang sesuai kompetensi keahlian yang menjadi dasar dipelajari oleh peserta didik, dapat dimungkinkan peserta didik lebih siap untuk berinteraksi dengan lingkungan masyarakat maupun lingkungan bekerja.
Untuk itu, keterampilan berbahasa dalam pembelajaran berbahasa perlu menjadi perhatian. Ibarat sebuah bangunan pondasi, keterampilan berbahasa sudah dipersiapkan dengan baik dan kuat. Peserta didik sudah tidak gagap atau merasa tidak siap untuk menjawab tantangan pasca belajar di sekolah.
Penulis : Fariz Sigit Kurniadi, S.Pd, Guru SMKN H Moenadi Ungaran
Komentar Pengunjung