Bahasa Jawa adalah salah satu bahasa daerah yang banyak digunakan di pulau Jawa. Bahasa Jawa lebih sering digunakan oleh masyarakat di Provinsi Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur. Dewasa ini penggunaan bahasa Jawa di kalangan anak sekolah mulai berkurang. Hal ini disebabkan oleh seringnya pengunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa asing yang lebih diminati. Maka dari itu saat ini, Guru dituntut untuk mengajar lebih kreatif agar tidak membosankan saat pembelajaran didalam kelas. Karena itu, Guru sangat memerlukan metode dan teknik-teknik baru dalam mengajar. Sebenarnya, bila kita bisa berpikir kreatif apa pun yang kita temukan di sekitar kita bisa digunakan sebagai media pembelajaran dan tidak harus yang mahal-mahal. Guru dapat memanfaatkan permainan sebagai media pembelajaran misalnya yang kita bahas saat ini yaitu media pembelajaran ‘Teka-Teki Silang’.
Teka teki silang termasuk dalam education game yang cukup efektif digunakan dalam penyampaian materi pembelajaran. Education game membantu memotivasi dan meminimalisasi rasa bosan Siswa, salah satunya yaitu dengan variasi soal yang diduplikasikan dengan menggunakan teka teki silang (Davis, 2009). Kata Teka-Teki Silang mungkin tidak asing lagi ditelinga kita. Teka-teki silang merupakan sebuah permainan yang cara mainnya yaitu mengisi ruang-ruang kosong yang berbentuk kotak dengan huruf-huruf sehingga membentuk sebuah kata yang sesuai dengan petujuk. Selain itu mengisi teka-teki silang atau biasa disebut dengan TTS memang sungguh sangat mengasikan dan berguna untuk mengingat kosakata yang populer, selain itu juga berguna untuk pengetahuan kita yang bersifat umum dengan cara santai. Mengisi sebuah teka-teki silang membuat kita berpikir untuk mencari jawaban. Dan apabila belum menemukan jawabannya maka perasaan penasaran melanda dan mencari cara untuk memecahkanya.
Mengalihaksarakan paragraf berhuruf latin ke huruf Jawa merupakan salah satu kompetensi dasar mapel bahasa Jawa yang harus dapat dikuasai Siswa disetiap jenjang kelas mulai dari kelas X sampai dengan kelas XII. Siswa diharapkan mampu membaca dan menulis huruf Jawa. Namun dalam pembelajaran ditemukan Siswa menganggap momok yang menakutkan, karena adanya aksara Jawa yang memiliki bentuk unik, terkadang terdapat aksara yang mirip dan tidak adanya pemisahan kata dengan spasi. Sehingga hasil pekerjaan Siswa terkait keterampilan menulis aksara Jawa belum sesuai yang diharapkan. Keterampilan menulis aksara Jawa merupakan proses merangkai lambang grafis (aksara Jawa) menjadi suatu kata maupun kalimat yang mampu dipahami oleh pembaca. Menurut Suwardi Endraswara (2009: 86-87) prinsip belajar aksara Jawa adalah imitating (meniru cara belajar), remembering (memberdayakan daya ingat), reformulating (menulis ulang), creating (mencipta aksara Jawa) dan justifying (menilai).
Untuk meningkatkan keterampilan menulis aksara Jawa tersebut, penulis memanfaatkan media teka-teki silang (TTS) sebagai media pembelajaran Siswa. Mengingat karakteristik permainan TTS yang mudah dan menyenangkan. Sehingga diharapkan dapat mempermudah proses pembelajaran selain itu karakteristik Siswa yang umumnya senang untuk diajak bermain. Permaian ini memberi kesempatan serta mendorong Siswa belajar menghubungkan konsep dengan kosa kata yang bertuliskan aksara Jawa secara aktif dan memotivasi untuk berpikir kritis terhadap suatu materi pembelajaran bahasa Jawa.
Cara pengaplikasian TTS sebagai media pembelajaranmenulis aksara Jawa yaitu Guru pertama-tama mendemonstrasikan terlebih dahulu cara permainan Teka-Teki Silang kepada Siswa di depan kelas sesuai materi yang akan diajarkan. Kemudian Guru membuat sebuah pertanyaan dan jawaban yang singkat saja misal jenisnya sinonim, antonim, akronim atau beberapa istilah yang berkaitan dengan materi pembelajaran menulis aksara Jawa, Setelah itu, Guru membuat ruang-ruang kosong atau kotak-kotak untuk mengisi huruf-huruf yang sesuai yang terdiri dari ruang mendatar dan menurun. Selanjutnya, Guru menuliskan menuliskannya di papan tulis tapi itu membutuhkan waktu yang lama, maka alangkah efisiennya apabila sebelumnya TTS tersebut sudah ditulis di kertas yang ukurannya besar (kertas Asturo, Manila, Samson, dll) sehingga tinggal ditempel di papan tulis. Semua Siswa harus mengerjakannya kemudian disuruh maju ke depan atau bisa dibuat seperti kuis. Setelah Siswa menyelesaikan soal tersebut, Siswa secara kelompok diminta untuk membuat Teka-Teki Silang yang meliputi pertanyaan dan jawaban sederhana. Apabila waktunya tidak cukup maka pembuatan Teka-Teki Silang diselesaikan di rumah. Kemudian pertemuan selanjutnya masing-masing kelompok ditukarkan dengan kelompok yang lain. Kemudian mereka diminta mengerjakan TTS tersebut dan setelah selesai semua, masing-masing kelompok maju untuk mempresentasikan hasil tugas mereka di depan kelas.
Suatu media pembelajaran tentu tidak ada yang sempurna begitu juga dengan Teka-teki silang ini diantaranya efisiensi waktu. Pembuatan TTS tidak butuh waktu yang sedikit sebab pembuatannya yang rumit jadi banyak membuang waktu tetapi berhubung teknologi jaman sekarang maju masalah tersebut bisa sedikit diatasi misalnya dengan pemanfaatan teknologi. Selain itu, materi-materi yang berupa menjelaskan atau memaparkan tidak dapat dijadikan bahan TTS sebab tempatnya terbatas selain itu dalam TTS hanya istilah-istlah atau kata singkatan atau akronim-akronim. Diantara kekurangan-kekurangan di atas, media TTS mempunyai kelebihan diantaranya Siswa lebih aktif dan kreatif misalnya Siswa diminta untuk membuat TTS oleh Gurunya maka mau tidak mau Siswa harus berfikir untuk mencari bahan dalam bab yang akan dibuat TTS dengan cara membaca, walaupun yang dibaca tidak semuanya dalam bab tersebut setidaknya mereka mempelajari materinya untuk membuat soal dan mencari jawaban. Dalam penerapan media TTS ini Guru juga harus memantau dengan intensif agar suasana dalam kelas tidak ribut tetap kondusif dan pembelajaran berjalan efaktif.
Penerapan media teka-teki silang memiliki manfaat yaitu dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Siswa sebab dalam mengisi TTS kondisi pikiran yang jernih, rileks dan tenang akan membuat memori otak kuat, sehingga daya ingat pun meningkat. Selain itu permainan TTS ini membuat kita berfikir dan juga mencari dan menemukan jawaban dengan menyenangkan tapi kadang membingungkan dalam memecahkan teka-teki tersebut. Mengisi TTS sebenarnya menyegarkan pikiran dan menambah wawasan bahkan dapat mengasah kemampuan otak dan sering-sering mengisi TTS mampu meningkatkan fungsi kerja otak manusia dan mencegah kepikunan dini.
“SMK Negeri 10 Semarang, dari Semarang untuk Indonesia”
Penulis: Kholifah Martha Yunsyah, S.Pd., Guru Mapel Bahasa Jawa
Editor: Tim Humas
Komentar Pengunjung