Relasi Komplementer Penulis Dan Pembaca

Gagasan sudah dituangkan oleh si penulis dan diterbitkan oleh suatu media katakan saja melalui media online ini atau dengan kata lain penulis menuangkan gagasannya dalam tulisan di suatu media untuk dibaca oleh pembaca. Pembaca membaca tulisan tersebut, mendapatkan informasi dengan harapan, memperoleh gagasan baru untuk selanjutnya dijadikan sebagai sumber ide yang baru. Pembaca juga dapat memberikan feed back yang konstruktif bagi penulis sebagai bahan evaluasi untuk mengembangkan diri lebih lanjut dan dapat menghasilkan karya tulis yang lebih berkualitas. Kedua-duanya saling melengkapi satu sama lain.

Pertanyaannya adalah sejauh mana relasi komplementer ini terjadi? Sebuah screen shot di bawah ini hanyalah sebuah grafis namun memberikan informasi yg perlu dicermati baik oleh penulis maupun pembaca.

Mengacu pada grafis sederhana tersebut memberikan sedikit informasi soal jumlah views-nya (mungkin sekaligus adalah pembaca), mungkin ada penulis yg bergumam dalam hati seperti ini: “tulisanku sudah dimuat tetapi seandainya pembacanya banyak pasti aku sebagai penulis terus termotivasi untuk berkarya menghasilkan tulisan yang lebih berkualitas.” Dari sisi pembaca, mungkin secara diam-diam berkata untuk apa membaca tulisan seperti itu. Apa manfaatnya untuk saya bila membacanya.”

Di satu pihak bagi  penulis, informasi jumlah soal pembaca  tentu merupakan evaluasi yg menarik dan menggugah untuk meningkatkan kualitas tulisannya.  Pada pihak yang lainnya Penulis yg sudah menuangkan gagasannya dan diterbitkan membutuhkan pembaca.

Banyak survei tentang masalah literasi membuktikan bahwa Indonesia termasuk dalam kategori yang tingkat membacanya di urutan sekian dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Dalam penelitian  Program for International Student Assessment (PISA) rilisan Organisation for Economic Co-Operation and Develompent (OECD) tahun 2015 ditunjukkan, Indonesia berada pada peringkat 62 dari 70 negara. Respondennya anak-anak sekolah usia 15 tahun dengan sampel sekitar 540 ribu orang.  Perpustakaan Nasional tahun 2017, rata-rata orang Indonesia hanya membaca buku 3-4 kali per minggu, dengan durasi waktu membaca per hari rata-rata 30-59 menit.

Mungkin pembaca ketika melihat survei-survei tersebut berkata, survei itu  sudah cukup  lama dan sering dijadikan dalil berulang-ulang adalah, apakah di tahun 2021 ini survei tersebut masih valid? Kita coba untuk menemukan survei terbaru terkait tingkat literasi di Indonesia.  Programme for International Student Assessment (PISA) 2018 yang dirilis oleh Organisation for Economic Co-Operation and Develompent (OECD) pada 2019, menunjukkan Indonesia berada pada posisi 6 dari bawah alias peringkat 74 dari 79 negara dalam kategori kemampuan membaca. Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa kondisi Indonesia memang tidak sedang baik-baik saja dalam hal minat dan daya baca.

Penulis optimis bahwa grafis dan hasil penelitian di atas menjadi sebuah inspirasi bahwa penulis harus tetap dan terus menuangkan idenya melalui tulisannya secara berkualitas, tetapi juga pembaca termotivasi untuk memiliki tingkat curiosity  (rasa ingin tahu) yang tinggi untuk mendapatkan informasi yang dapat memperkaya wawasannya.  Optimisme penulis ini ditunjang oleh terciptanya kolaborasi komunitas melalui media online ini, dan hal ini  merupakan kolaborasi komunitas yang diharapkan dapat memperluas relasi serta saling memberikan support  terhadap pergerakan di dunia literasi.