Studi Wisata, Meningkatkan Keterampilan Menulis Laporan Hasil Observasi dalam Bentuk Buku Tempel

Menulis adalah salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki setiap orang berpendidikan. Upaya untuk mewujudkannya pun harus dimulai dari pendidikan dasar atau semenjak dini. Perlu digaris bawahi, definisi menulis dalam catatan ini adalah menuangkan ide, opini, cerita, serta gagasan, dalam untaian-untaian kalimat dan paragraf. Bukan sekadar membuat simbol-simbol abjad dan huruf tak bermakna. Menurut Henry Guntur Tarigan (2008), menulis ialah salah satu keterampilan berbahasa yang produktif dan ekspresif untuk berkomunikasi, baik secara langsung maupun tak langsung. Rendahnya kemampuan menulis pada para Siswa tak hanya dialami oleh Indonesia. Bahkan di sejumlah negara maju, hal serupa pun terjadi.

Pada kesempatan ini Penulis ingin memaparkan tentang: “Bagaimana Siswa dapat meningkatkan kemampuan menulis dengan model pembelajaran Studi Wisata?”  Di sini Penulis mencoba menggunakan metode pembelajaran Studi Wisata/Karya Wisata pada kelas X RPL1 Tahun Pelajaran 2022/2023 dengan KD. Menulis Laporan Hasil Observasi dalam bentuk buku tempel. Metode studi wisata merupakan metode mengajar yang memanfaatkan lokasi, lingkungan atau tempat-tepat yang menjadi sumber pengetahuan bagi Siswa. Metode ini membutuhkan pendamping seperti Guru atau Orang tua jika usia anak masih kecil saat  mengunjungi tempat sejarah, alam terbuka lainnya.

Poster dalam pembelajaran sangat dibutuhkan media untuk menunjang sebuah pembelajaran itu berhasih dan sesuai yang diharapkan. Untuk itu peneliti memilih media buku tempel sebagai media dan alat bantu pembelajaran dikarenakan buku tempel mempunyai kelebihan dibandingkan media lainnya. Kelebihan media buku tempel antara lain: (1) buku tempel lebih menarik bagi Siswa, (2) mudah dibuat, (3) lebih fokus pada permasalahan, (4) dapat memotivasi Siswa dalam pembelajaaran.

Kadang-kadang dalam proses belajar mengajar Siswa perlu diajak ke luar sekolah, untuk meninjau tempat tertentu atau objek yang lain. Hal ini bukan sekadar rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat kenyataannya. Karena itu, dikatakan teknik karya wisata, adalah cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajar Siswa ke suatu tempat atau objek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari/menyelidiki sesuatu, dengan harapkan Siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dari objek yang dilihatnya, dapat turut menghayati tugas pekerjaan milik seseorang, serta dapat bertanya jawab. Dengan jalan demikian mereka mampu memecahkan persoalan yang dihadapinya dalam pelajaran, ataupun pengetahuan umum. Juga mereka bisa melihat, mendengar, meneliti dan mencoba apa yang dihadapinya, agar nantinya dapat mengambil kesimpulan, dan sekaligus dalam waktu yang sama ia bisa mempelajari beberapa-mata pelajaran.

Metode studi wisata/karya wisata mempunyai beberapa kelebihan sebagai berikut:

  1. Karya wisata memiliki prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran. 
  2. Membuat apa yang dipelajari di sekolah lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan di masyarakat.
  3. Pengajaran serupa ini dapat lebih merangsang  kreativitas Siswa.
  4. Informasi sebagai bahan pelajaran lebih luas dan aktual.
  5. Dengan obyek yang ditinjau itu Siswa dapat memperoleh bermacam-macam pengetahuan dan pengalaman yang terintegrasi, yang tidak terpisah-pisah dan terpadu.

Dengan metode karya wisata Siswa bisa melihat langsung obyek yang akan dijadikan bahan untuk menulis laporan hasil observasi dalam bentuk buku tempel, yang berupa gambar-gambar/foto yang diambil pada saat studi wisata. Foto-foto dari hasil observasi akan disusun sebagai bahan untuk menulis laporan hasil observasi yang dilakukan. Foto-foto tadi dapat memudahkan Siswa untuk menuliskan laporan. Siswa menempelkan dalam bentuk buku yang diurutkan sesuai apa yang diamati, kemudian Siswa akan menulis laporan tersebut. Foto-foto akan membantu memudahkan Siswa untuk mengungkapkan ide, sesuai apa yang telah dilihat pada saat studi wisata.Siswa akan mudah untuk menuangkan idenya dalam bentuk tulisan.
Fakta lain yang juga muncul berdasarkan studi tersebut, sistem pendidikan lebih banyak memprioritaskan aktivitas membaca dalam kegiatan belajar serta memberi sedikit perhatian pada pembelajaran menulis.

Nah, proses berpikir inilah yang penting, sampai-sampai, disebutkan bahwa menulis adalah proses berpikir yang paling sempurna. Dengan menulis, maka Siswa akan tertantang untuk berpikir dan mengaitkan pengetahuan lama mereka dengan pengetahuan baru. Karena itu, ada baiknya ketika studi wisata itu Siswa lebih leluasa, ketika anak lebih banyak waktunya bersama teman-teman, guru memberi kesempatan seluas-luasnya pada para Siswa untuk menulis apa saja yang sedang dipelajari, dirasakan, dan dipikirkan..

Kalau kebiasaan ini berlanjut, bolehlah kita berharap bahwa kegiatan menulis akan dianggap oleh para Siswa sebagai kegiatan rekreatif. Sehingga, tanpa perlu didorong-dorong pun, Siswa akan berinisiatif menulis. Siapa tahu, di masa depan, tulisan-tulisan mereka akan memberi pengaruh yang besar bagi kita semua.

“SMK Negeri 10 Semarang, dari Semarang untuk Indonesia”

Penulis: Dra. Warni., Guru Mapel Bahasa Indonesia

Editor: Tim Humas