Tantangan Bagi Insan Pendidikan Di Era Disrupsi Teknologi

Covid-19 telah mempercepat kampanye penggunaan dan pertumbuhan teknologi digital. Clayton M Christensen dan Joseph Bower dalam jurnal Harvard Business Review (1995) berpendapat bahwa teknologi digital bersifat disruptif, dalam arti teknologi ini dapat menciptakan pasar baru sehingga mengganggu atau merusak pasar yang sudah ada dan pada akhirnya menggantikan teknologi terdahulu. Meski mendisrupsi eksistensi teknologi yang ada, namun perubahan ini umumnya bermanfaat bagi kemajuan masyarakat juga.

Peningkatan dramatis dalam bekerja dari rumah, belanja online, hiburan digital, layanan pendidikan secara online, dan area lainnya, adalah beberapa bukti nyata bahwa saat ini semua orang termasuk insan pendidikan harus mencermatinya. Ide-ide seperti telemigrasi di mana orang-orang dari berbagai belahan dunia bekerja di kantor secara virtual mungkin kedengarannya berlebihan tetapi kenyataan bahwa hari ini, banyak institusi atau individu sudah bekerja dari rumah melalui video streaming.

Masa depan yang sepenuhnya virtual mungkin tidak akan terjadi. Tetapi fakta bahwa dunia pendidikan kita saat ini sedang mengalami disrupsi hebat dan mempercepat semua insan pendidikan untuk berpikir bahwa ini merupakan tantangan dan sekaligus peluang di mana semua insan pendidikan mau atau tidak harus mampu mengikuti perkembangan teknologi pendidikan terkini. Kita mungkin memikirkan pergeseran teknologi yang sedang berlangsung sebagai awal dari dunia yang sama sekali baru. Dunia yang membutuhkan pemikiran ulang secara radikal yang mengakomodasi era teknologi baru.

Pertanyaan yang mungkin muncul adalah jika teknologi terbaru yang sekarang ini bersifat disruptif atau mengganggu para tenaga pendidikan, maka di manakah disrupsinya? Serta alat apa yang mengganggu model pengajaran dan pembelajaran yang ada untuk masa depan pendidikan di sekolah? Pertama, kita akan mendengar perangkat lunak atau alat baru yang berlabel ‘teknologi yang disruptif’ sesering yang kita lakukan sekarang seperti platform kolaborasi video, presentasi, dan forum yang memadukan materi pendidikan dari berbagai sumber dalam format berbeda. Walaupun disruptif, hal ini membuat proses belajar mengajar lebih mudah dan menyenangkan. Pada masa yang datang, kita akan melihat lebih banyak teknologi yang disruptif dan menuntut kita untuk segera bersikap, berproses di dalamnya.

Kedua, tidak ada alat atau tools teknologi yang dengan sendirinya cenderung menghasilkan disrupsi. Disrupsi  teknologi yang kita saksikan sekarang benar mengganggu status quo,  namun berfokus pada pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, mempertajam wawasan, dan menjadi petunjuk untuk meningkatkan pembelajaran dan menurunkan biaya pendidikan. Hal ketiga yang akan membuat para insan pendidikan terganggu adalah memaksa mereka untuk tidak terus-menerus terkurung dalam pola pemikiran dan bertindak sesuai dunianya sendiri, membuat penilaian ulang prosedur masa lalu, melepaskan asumsi masa lalu, dan setuju atau tidak, harus berusaha untuk mengikuti pola pikir dan perspektif baru yang membuka cara baru dalam melakukan pekerjaannya.

Teknologi memungkinkan pembelajaran berlangsung secara online, yang berpotensi memenuhi syarat sebagai inovasi dalam pendidikan dan memastikan pembelajaran secara mudah, juga menyenangkan.  Teknologi pendidikan saat ini memang disruptif namun di sisi lain juga inovatif, dan benar-benar memaksa kita untuk berpikir dengan cara baru dan memberikan peluang bagi perubahan yang diperlukan agar pendidikan dapat terus bertahan dan berkembang.

 

Penulis : Stefanus Sikone, M.M., Guru SMAN 1 Tengaran

Editor : Nurul Rahmawati, M.Pd., Guru SMKN 1 Tuntang