Inaktivasi Virus dalam Pandangan Ilmu Fisika

Virus merupakan parasit intraseluler obligat sehingga agen antivirus harus mampu menghambat fungsi virus secara selektif tanpa merusak inang. Antivirus dibutuhkan untuk mengurangi morbiditas dan kerugian ekonomis yang disebabkan oleh infeksi virus dan untuk mengurangi penambahan jumlah pasien. Beberapa bahan antivirus dapat digolongkan menjadi : a) bahan nukleotropik antara lain : Sinar ultraviolet dengan panjang gelombang 2600A, formalin, asam nitrat, hidroksilamin. b) bahan proteotropik antara lain sinar ultraviolet dengan panjang gelombang 2350 A, suhu panas, PH asam, enzim proteotropik seperti tripsin. c) bahan lipotropik antara lain berbagai bahan pelarut lemak (ether, alkohol, kloroform, garam empedu dan lipase). d)  bahan yang tidak selektif meliputi sinar X, bahan pengakil (etilen oksida, formalidehid dan glutaraldehid), dan reaksi fotodinamik.

Sifat-sifat dari bahan-bahan tersebut diatas dapat dijelaskan melalui pandangan keilmuan fisika sebagai berikut, yang pertama Suhu dan Temperatur. Sebagian besar virus`sangat labil dan dapat hidup diluar tubuh induk semang hanya beberapa jam. Di dalam laboraturium harus diusahakan agar suspensi virus dan jaringan tubuh yang mengandung virus secepatnya disimpan pada suhu -40oC atau akan lebih bagus pada suhu -70oC. Beberapa virus ada yang atabil pada tempratur kamar dapat hidup dalam waktu yang cukup lama. Misalnya, virus Pox dan virus Entero. pengawetan virus`yang terbaik adalah melalui proses pengeringan dalam keadaan beku, yang disebut dengan freeze drying. Kebanyakan virus dapat disimpan berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun pada ampul gelas hama udara dalam nitrogen cair (-196oC), atau pada suhu -70o C sampai -90oC.

Yang kedua adalah perubahan pH. Sebagian besar virus tetap vidup pada pH 5-9. akan tetapi virus akan cepat rusak atau inaktif pada pH yang terlalu asam atau terlalu basa. Beberapa perkecualian seperti virus Rhimo akan rusak pada pH 5,3 sedangkan virus entero tetap aktif pada pH 2,2. Asam kuat dan basa kuat menyebabkan denaturasi protein virus dan kadar itu sangat efektif untuk membasmi virus. Misalnya natrium hidroksida (NaOH) 2% digunakan untuk disenfeksi virus penyakit mulut dan kuku.

Selanjutnya adalah radiasi Ultraviolet. Pancaran sinar matahari langsung mematikan mikroorganisme karena mengandung sinar ultraviolet. Radiasi ultraviolet merupakan salah satu bentuk radiasi elektromagnetik yang berasal dari matahari. Menurut BMKG, sinar ultraviolet yang berada pada pita gelombang 1000 – 4000 Å. Berdasarkan panjang gelombangnya sinar ultraviolet (UV) dapat dikelompokan menjadi UV A 3150 – 4000 Å, UV B dengan panjang gelombang 2800 – 3150 Å dan UV C yang memiliki panjang gelombang 1000 – 2800 Å. Sinar UV dengan panjang gelombang 2600 Å dapat merusak asam inti, sedangkan sinar UV dengan panjang gelombang 2350 Å dapat merusak protein virus. Pada naskah scientific reports, Manuela Buonanno et al membuktikan kalau sinar UV C pada panjang gelombang sekitar 2220 Å efisien menangani jenis virus corona.

Adapun Formaldehid adalah  formalin yang banyak digunakan untuk pembuatan vaksin inaktif. Bahan ini bereaksi terutama dengan mengganti atom H pada gugus amino dari asam inti dan protein. Akan tetapi karena asam inti serabut ganda biasanya tidak memiliki gugus amino bebas untuk kontak dengan formalin, maka hanya asam inti serabut tunggal (RNA) yang dapat diinaktifkan dengan formalin. Pada virus yang asam intinya DNA, inaktifasi oleh formalin terjadi melalui reaksi dengan proteinnya.

Bahan selanjutnya adalah pelarut lemak. Virus-virus yang mengandung lemak pada amplopnya dapat diinaktifkan oleh ether, kloroform, natrium deoksikolat, fosfolifase dan bahan pelarut lemak lainnya. Bahan yang terakhir adalah Desinfektan. Desinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mendesinfeksi. Desinfektan dapat digolongkan menjadi a) oxidizing agent b) alkylating agent c) protein denaturant d) nucleieacid denaturant.

Bagus Purwo Nugroho, S.Pd., Gr. Guru SMAN 2 Ungaran