Melatih Guru Terbiasa Menulis

Memunculkan sebuah tulisan karya guru yang masih pemula dalam dunia tulis menulis memerlukan rangkaian panjang. Yang pertama dan paling susah adalah menyakinkan bahwa guru butuh menulis sebagai bagian dari kompetensi profesional guru.

Langkah selanjutnya adalah melatih menyusun outline tulisan. Kerangka pikir ini tidak mudah jika belum terbiasa. Pertanyaan yang muncul ketika berlatih adalah saya harus menulis apa dan mulai darimana.

Menuangkan gagasan bagi guru lebih mudah melalui lisan dibanding tulisan. Jika seorang guru diminta berbicara, tidak butuh waktu satu menit akan kelihatan hasilnya berupa rangkaian kalimat yang keluar dari mulutnya. Ketika indra itu dipindah dari mulut ke tangan untuk menulis lebih sering macet dibanding jika mulut yang terus bicara.

Kalau pun ide sudah tertuang dalam tulisan, kalimatnya belepotan sepertinya jauh dari aturan tata tulis yang dulu diajarkan guru Bahasa Indonesianya. Maka disinilah diperlukan seorang editor. Dia akan mengarahkan guru yang menulis untuk melakukan perbaikan. Arahan ini penting sebagai bagian dari proses belajar.

Kalau pakai model belajar dikenal dengan tutor sebaya. Guru yang sudah diajari kepala sekolah dan terlihat paling menonjol inilah yang ditunjuk sebagai editor. Kunci utama sebagai editor adalah sabar. Ada pemeo dalam dunia tulis menulis bahwa lebih mudah membuat tulisan sendiri daripada mengedit tulisan orang. Itu memang ada benarnya.

Memahami alur pikir orang lain lebih sulit daripada kita yang bikin alurnya. Tapi ini adalah bagian dari proses belajar. Saling menguatkan untuk bisa bersama.

Jika alur tulisan sudah ketemu apakah selesai? Belum. Ibarat pemula bikin kue, rasanya bisa nano-nano. Peran editor inilah yang memperbaiki cita rasa kue tersebut. Tulisan yang belum enak dibaca akan dipermanis oleh editor. Hasil tulisan yang sudah manis tersebut siap disajikan ke dalam website sekolah.

Apakah kolaborasi ini selesai? Belum juga. Peran selanjutnya ada di admin website sekolah. Dia yang akan menata tulisan biar rapi, memasang foto dan memberi kata kunci untuk bisa di searching sama google. Selanjutnya adalah mempublish tulisan tersebut agar tampil di frontend web.

Setelah tulisan tampil, admin akan share link tulisan di grup WA sekolah untuk disebarkan oleh guru-guru ke Facebook, Instagram, Twitter dan grup WA.

Itulah kolaborasi SMKN 1 Tuntang dalam menerbitkan tulisan di website sekolah. Saya percaya kerjasama dan kebiasaan yang baik akan meningkatkan produktifitas. Sebuah legacy yang akan saya tinggalkan untuk SMKN 1 Tuntang yaitu guru-guru yang terbiasa menulis.

Catatan : hasil karya tulisan guru bisa dibaca di www.smknegeri1tuntang.sch.id

Penulis : Ardan Sirodjuddin, Kepala SMKN 1 Tuntang