Mengelola sekolah bukanlah pekerjaan yang mudah, terlebih lagi jika harus menghadapi berbagai tantangan yang datang silih berganti. Kisah ini dialami penulis dari dua sekolah dengan latar belakang yang berbeda, namun memiliki benang merah dalam permasalahan yang dihadapi.
Di SMKN Satu Atap Tuntang, perjalanan dimulai dari nol. Kekurangan fasilitas menjadi tantangan utama; kelas yang tidak standar, peralatan praktik yang kurang, ruang praktik yang tidak ada, lahan yang tidak tersedia, dan akses jalan yang belum ada. Empat tahun adalah masa yang menuntut keberanian, kesabaran, dan ketabahan yang luar biasa. Setiap hari adalah perjuangan untuk membangun sekolah yang dapat memberikan pendidikan berkualitas bagi siswanya.
Sementara itu, SMKN 10 Semarang, sekolah yang telah mapan, tetap berjuang dengan masalahnya sendiri. Banjir yang sering terjadi, perilaku siswa yang cenderung akrab dengan kekerasan, dan citra negatif di mata masyarakat, adalah sebagian dari rintangan yang harus diatasi. Meskipun telah berdiri kokoh, perjalanan untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas pendidikan tidak pernah berhenti.
Dua sekolah ini, dengan segala permasalahan yang ada, menunjukkan bahwa dalam dunia pendidikan, tidak ada keberhasilan yang instan. Setiap pencapaian adalah hasil dari kerja keras, dedikasi, dan komitmen yang tak tergoyahkan. Para pengelola, guru, dan staf sekolah adalah pahlawan yang bekerja di balik layar, memastikan bahwa generasi penerus bangsa mendapatkan ilmu dan keterampilan yang mereka butuhkan untuk sukses di masa depan.
Dalam dunia yang serba cepat dan sering kali dipenuhi dengan tantangan, keberhasilan tidak selalu tergantung pada bakat alami semata. Sebaliknya, ketabahan atau ‘grit’ menjadi faktor kunci yang lebih signifikan dalam menentukan kesuksesan seseorang. Buku “Grit: The Power of Passion and Perseverance” karya Angela Duckworth menyoroti esensi dari ketabahan ini dengan cara yang mendalam dan memikat.
Angela Duckworth, seorang psikolog dan peneliti, membawa pembaca dalam perjalanan yang memikat untuk menjelajahi konsep ketabahan. Dia tidak hanya melihat bakat alami sebagai penentu utama kesuksesan, tetapi lebih menekankan pada hasrat yang kuat dan kegigihan dalam mengejar tujuan. Menurut Duckworth, ketabahan adalah kunci untuk mencapai prestasi yang luar biasa.
Salah satu hal yang menarik dari karya Duckworth adalah cara dia menggambarkan bagaimana ketabahan bisa menjadi pembeda antara kesuksesan dan kegagalan. Dia menguraikan bahwa ketabahan bukan sekadar bertahan saat segalanya berjalan lancar, tetapi lebih tentang kemampuan untuk tetap bertahan dan berusaha keras di tengah rintangan dan kegagalan. Ini membangun gagasan bahwa ketabahan tidak hanya tentang memiliki tujuan, tetapi juga tentang mempertahankan komitmen dan upaya keras dalam menggapainya.
Duckworth menggunakan berbagai studi dan penelitian ilmiah untuk mendukung argumennya, yang menambah bobot dan kredibilitas pada karyanya. Dia membawa pembaca melalui perjalanan intelektual yang merangsang, membantu mereka memahami bahwa ketabahan dapat dipelajari dan dikembangkan, bukan sifat bawaan yang tidak dapat diubah.
Selain itu, Duckworth juga menyoroti pentingnya passion atau hasrat yang mendalam dalam meraih kesuksesan. Menurutnya, memiliki ketertarikan yang kuat terhadap tujuan tertentu memberikan energi dan motivasi tambahan untuk tetap gigih dalam menghadapi tantangan.
Angela Duckworth menyajikan pandangan yang mendalam tentang kualitas ‘Grit’, yang menurutnya merupakan aspek penting dalam mencapai tujuan jangka panjang. Menurutnya, terdapat empat ciri utama yang membentuk esensi dari ‘Grit’:
Pertama adalah keberanian (guts), yang mencakup kemauan untuk menghadapi tantangan dan risiko yang mungkin terjadi dalam perjalanan mencapai tujuan. Ini melibatkan keberanian untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan bahkan jika itu berarti berada di luar zona nyaman.
Kedua adalah ketangguhan (resilience), yang menggambarkan kemampuan untuk bangkit kembali setelah mengalami kegagalan atau kesulitan. Kemampuan untuk tetap fokus pada tujuan meskipun menghadapi tekanan adalah kunci dari sifat ini.
Selanjutnya adalah inisiatif (initiative), yang menekankan pentingnya bertindak secara proaktif dan menciptakan peluang daripada menunggu kesempatan datang. Inisiatif ini memungkinkan seseorang untuk mengambil kendali atas kehidupan dan karier mereka sendiri.
Terakhir adalah kegigihan (tenacity), yang melibatkan ketekunan dan ketahanan untuk terus berjuang bahkan ketika menghadapi rintangan yang sulit atau ketidakpastian tentang hasil akhirnya. Ini menunjukkan pentingnya konsistensi dan dedikasi dalam perjalanan mencapai tujuan.
Duckworth menekankan bahwa kombinasi dari keempat ciri ini membentuk karakter yang kuat dan mampu menavigasi jalan menuju kesuksesan dengan lebih efektif. ‘Grit’ bukan hanya tentang bekerja keras, tetapi juga tentang bekerja dengan cerdas dan memiliki komitmen jangka panjang terhadap tujuan yang signifikan. Dengan memahami dan mengembangkan kualitas ‘Grit’ ini, seseorang dapat memperkuat fondasi mereka untuk mencapai prestasi yang luar biasa dalam kehidupan dan karier.
Ketabahan telah menjadi faktor kunci dalam upaya mengatasi banjir yang menjadi masalah rutin di SMKN 10 Semarang. Hampir setiap tahun, sekolah ini harus menghadapi banjir yang mengganggu proses belajar mengajar. Kejadian ini bukanlah sesuatu yang baru, melainkan telah terjadi bertahun-tahun lamanya. Dalam mengatasi tantangan ini, penting untuk memahami bahwa upaya tersebut tidak hanya tentang bekerja keras, tetapi juga tentang bekerja secara cerdas dan memiliki komitmen jangka panjang terhadap tujuan yang signifikan.
Menghadapi banjir secara rutin tentu bukanlah hal yang mudah. Itu memerlukan ketahanan mental dan emosional dari seluruh komunitas sekolah. Siswa, guru, dan staf pendukung sekolah harus bekerja sama dan tetap berkomitmen untuk mencari solusi yang efektif. Ini membutuhkan kesabaran, ketekunan, dan kreativitas dalam menghadapi situasi yang sulit.
Masalah kekerasan antar siswa, terutama dalam bentuk tawuran, telah menjadi salah satu tantangan yang dihadapi oleh SMKN 10 Semarang. Sekolah ini telah terlanjur terkenal sebagai tempat seringnya terjadi tawuran antar siswa. Masalah ini telah menjadi sesuatu yang berulang setiap tahunnya. Seperti halnya mengatasi banjir, menangani masalah tawuran juga membutuhkan ketabahan dan kegigihan yang luar biasa dari pihak pengelola sekolah.
Tawuran antar siswa bukanlah masalah yang bisa diabaikan begitu saja. Dampaknya dapat sangat merugikan, baik secara fisik maupun psikologis bagi siswa yang terlibat, serta bagi keseluruhan lingkungan sekolah. Oleh karena itu, menanggulangi masalah ini memerlukan pendekatan yang komprehensif dan berkelanjutan.
Memperbaiki citra negatif SMKN 10 Semarang di mata masyarakat memang memerlukan tingkat ketabahan atau ‘grit’ yang tinggi. Citra sekolah yang negatif dapat menjadi beban berat bagi proses pembelajaran dan perkembangan siswa. Namun, dengan tekad dan ketekunan yang kuat, perubahan positif adalah mungkin.
Tidak diragukan lagi, memperbaiki citra negatif SMKN 10 Semarang akan menjadi tantangan yang besar. Namun, dengan kesabaran, ketekunan, dan kerja keras, perubahan positif adalah mungkin. Dengan tekad yang kuat untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan lingkungan sekolah, SMKN 10 Semarang dapat membangun kembali kepercayaan masyarakat dan menciptakan masa depan yang lebih cerah bagi siswa-siswanya.
Menghadapi serangkaian permasalahan di SMKN 10 Semarang, seperti banjir, tawuran antar siswa, dan citra negatif di masyarakat, membutuhkan pendekatan yang kokoh dan berkelanjutan. Salah satu sumber inspirasi yang dapat digunakan adalah konsep ‘grit’ yang dijelaskan dalam buku karya Angela Duckworth.
Pendekatan ‘grit’ menekankan pentingnya ketahanan, ketekunan, dan ketabahan dalam menghadapi rintangan dan mencapai tujuan jangka panjang. Dalam konteks SMKN 10 Semarang, menerapkan prinsip-prinsip ‘grit’ dapat menjadi fondasi yang kuat dalam upaya memecahkan masalah yang dihadapi. Alhamdulillah secara bertahap permasalahan banjir, tawuran dan citra negatif di masyakat berhasil diatasi.
Dengan menerapkan prinsip-prinsip ‘grit’ dalam setiap langkah, SMKN 10 Semarang dapat memperkuat fondasi dalam menghadapi tantangan dan mencapai kesuksesan jangka panjang. Meskipun perjalanan ini mungkin tidak mudah, tetapi dengan ketabahan, tekad, dan komitmen yang kuat, tidak ada yang tidak mungkin untuk dicapai.
Penulis : Ardan Sirodjuddin, M.Pd, Kepala SMKN 10 Semarang
Video Best Practice SMKN 10 Semarang :
Komentar Pengunjung