Society 5.0 merupakan sebuah konsep yang dicetuskan oleh Jepang dan diresmikan pada 21 Januari 2019 lalu. Konsep society 5.0 menjadikan manusia sebagai sumber inovasi, di mana tidak hanya terbatas untuk faktor manufaktur atau industri tetapi juga memecahkan masalah sosial dengan bantuan integrasi ruang fisik dan virtual (Nastiti & Abdu, 2020). Menurut Nusantara, T. (2020), salah satu ide dasar dari konsep ini yaitu diharapkan produk kecerdasan buatan akan mentransformasi big data dari produk transaksi internet pada segala bidang kehidupan menjadi suatu kearifan yang baru yaitu menciptakan harapan untuk meningkatkan kemampuan manusia dalam membuka peluang-peluang baru bagi kemanusiaan. Society 5.0 muncul sebagai pengembangan dari revolusi industri 4.0 yang dinilai berpotensi mendegradasi peranan manusia itu sendiri. Dalam society 5.0, manusia akan menjadi pusatnya (human centered) dengan tetap berbasis teknologi (technology based).
Hal ini tentunya berdampak pada lembaga pendidikan, di mana proses pembelajaran dituntut untuk lebih mendewasakan serta lebih mencerdaskan peserta didik. Sekolah akan menjadi pusat perhatian dan harapan masyarakat dalam menciptakan generasi sumber daya manusia yang mampu menjawab tuntutan zaman. Selain itu berbagai kebijakan yang diambil dalam dunia pemerintah melalui regulasinya, diharapkan mampu memberikan jalan terang, yang terimplementasi lewat kurikulum yang jelas serta terarah. Baik 6C maupun 4C, kesemuanya merupakan output yang harus dikuasai oleh individu yang memposisikan dirinya bergabung atau menerima era society 5.0. Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis tertarik untuk mengupas lebih jauh implementasi mutu pendidikan, sejalan dengan konsep yang ditawarkan di era society 5.0.
Penulis : Aristiani, S.Pd., Gr., Guru SMKN 1 Tuntang
Editor : Nurul Rahmawati, M.Pd., Guru SMKN 1 Tuntang
Komentar Pengunjung