Digitalisasi Pertanian Dalam Pembelajaran Praktek ATPH SMKN H Moenadi Ungaran

Revitalisasi pertanian merupakan program pemerintah yang dimaksudkan untuk menempatkan kembali arti penting sektor pertanian. Konsep Revitalisasi Pertanian menjadi begitu populer saat ini, Sepertinya tidak lengkap bila tidak menyinggung konsep ini jika berbicara tentang pembangunan pedesaan khususnya pembangunan pertanian dalam arti umum, karena Indonesia membutuhkan petani-petani modern yang memahami teknologi pertanian yang berada di Desa.

Namun sangat disayuangkan saat ini pemuda di pedesaan yang berminat terhadap pertanian mulai menurun. Walaupun pemerintah melalui Kementerian Pertanian telah melakukan upaya strategis, seperti dengan menumbuhkan Wirausahawan Muda Pertanian. Hal ini dipandang sebagai strategi membangun minat dan perilaku generasi muda terdidik untuk berwirausaha di bidang pertanian. Tetapi, upaya ini tidak akan efektif jika permasalahan rendahnya minat generasi muda terdidik terhadap sektor pertanian tidak di atasi.

Setyorini (2001) berpendapat bahwa system pendidikan berkontribusi terhadap pengembangan sektor pertanian. Doktrinasi atau indoktrinasi lebih efektif jika dilakukan berdasarkan materi yang terukur dan tersusun, waktu dan pola penyampaian yang dirancang sedemikian rupa untuk mengarahkan pada tujuan tertentu. Pertanian dalam arti luas memang berhubungan dengan ilmu eksakta dan social. Namun sektor hulu yang menjadi motor utama system agribisnis lebih banyak berhubungan dengan ilmu eksakta, seperti biologi, lingkungan, cuaca, iklim, tanah dan air dan sebagainya.

Melalui pendidikan, peluang peningkatan minat generasi muda terhadap pertanian dapat lebih besar karena sistematis dan terprogram. Syaratnya semua pemangku kepentingan seperti Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, guru, peneliti, pengamat dan masyarakat mempunyai sudut pandang yang sama terhadap masalah ini. Sehingga melalui peluang keberhasilan menanamkan minat untuk mau terjun ke sector pertanian semakin besar. Sebaliknya kendala akan muncul jika melalui pendidikan tidak ada usaha yang maksimal. Peserta pendidikan saat ini lebih besar porsinya ke bidang non pertanian (baik terkait langsung ataupun tidak langsung). Hal ini pernah menjadi perhaitan pemerintah, sehingga mulai didirikan sekolah vokasi termasuk bidang pertanian.

Minat dan partisipasi generasi muda dalam bidang pertanian terus menurun. Ada sejumlah penyebab, seperti pertanian dianggap tidak mampu menopang masa depan, akses lahan dan modal yang terbatas, dan minimnya berbagai dukungan lain bagi generasi muda. Ini menyebabkan potensi pertanian tidak bisa digarap optimal. Kendala yang dihadapi generasi muda dalam pertanian, seperti akses terhadap sumber lahan yang terbatas, akses terhadap pelayanan finansial juga sedikit, dan minimnya akses terhadap pasar serta teknologi baru untuk berpartisipasi dalam rantai nilai tambah pertanian. “Ini yang menyebabkan generasi muda melihat pertanian menjadi sektor yang tidak menjanjikan.

SMK Pertanian sebagai salah satu wadah generasi muda dalam pemahaman dan pengembangan pertanian, juga mulai berkurang peminatnya. Padahal potensi pertanian bagi generasi muda sangat menjanjikan, karena hasil pertanian adalah kebutuhan dasar paling utama dibandingkan kebutuhan apapun  bagi semua orang, dengan pengelolaan yang serius ditambah semangat, mindset yang baik, pemanfaatan teknologi, menjadikan peluang usaha pertanian modern yang memiliki prospek dan pasar yang cerah, contoh usaha pertanian yang  dapat digeluti para pemuda : hidroponik, aeroponik,organik, dengan memanfaatkan teknologi dan automatisasi mulai dari pengolahan lahan penanaman sampai panen dan pascapanen hingga pemasaran, pertanian akan menjadi   sektor yang sangat  handal untuk membangun negara kita.

Berbagai inovasi karya anak bangsa memungkinkan petani untuk memasok produknya langsung ke pasar modern. Petani bisa mendapat harga jual lebih tinggi, sementara konsumen mendapat kualitas produk yang lebih baik. Salah satu solusi di atas yang mungkin dapat membangkitkan/menumbuhkan minat dan memotivasi siswa sebagai generasi muda mau terjun ke di bidang pertanian sehingga dapat mewujudkan ketahanan pangan adalah otomatisasi atau digitalisasi pertanian. Hal ini mungkin dapat  merubah mindset  peserta didik terhadap pertanian akan terbuka, karena teknologi tersebut dapat membuka pemahaman siswa tentang pertanian yang kotor.

Otomatisasi atau digitalisasi pertanian, sering dikaitkan dengan “pertanian cerdas”, adalah teknologi yang membuat pertanian lebih efisien dan mengotomatiskan siklus produksi tanaman. sistem otomatisasi budi daya tanaman hidroponik. Sistem tersebut diciptakan untuk memudahkan petani dalam pemberian nutrisi pupuk cair pada tanaman secara otomatis.

Berkurangnya lahan pertanian membuat orang beralih ke pertanian modern yang menerapkan pertanian ramah lingkungan. Kita harus dapat merubah mindset pemuda tani bahwa sebenarnya teknologi ini bisa diterapkan pada lahan petanian mereka yang rata-rata memiliki luas lahan kecil dan modal yang kecil. Sistem ini tidak membutuhkan lahan yang luas seperti pertanian konvensional. Disamping itu memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi karena lebih bersih, sehat, dan bebas pestisida.

Pada setiap pertanian, dibutuhkan data berupa suhu, kelembapan udara, intensitas cahaya dan curah hujan secara real-time dan prediksi cuaca beberapa hari ke depan. Maka untuk menjawab tantangan tersebut, dibuatlah Encomotion, sistem irigasi pintar yang mengatur kebutuhan air tanaman secara otomatis berdasarkan kondisi lingkungan tanaman berada.

“Perangkat dari Encomotion sendiri sudah berupa machine-to-machine sehingga tidak ada lagi petani yang harus melakukan penyiraman dan lain-lain,” jelasnya. Data-data itu akan diambil dari perangkat yang sudah terpasang pada lahan mereka. Data-data yang diambil oleh perangkat Encomotion adalah data suhu, cahaya, kelembapan, curah hujan, serta kecepatan angin yang nantinya akan dikirimkan ke server milik Encomotion. Data-data ini nantinya dapat diawasi secara real-time.

Melalui konsep ini, pertanian di Indonesia bisa lebih berkembang dengan memanfaatkan teknologi terkini sesuai dengan era revolusi industri 4.0 sehingga proses produksi bisa lebih efisien. Tak hanya dapat membantu mengatasi krisis pangan dan bermanfaat secara finansial, membawa pengaruh bagi masyarakat.

System otomatisasi/digitalisasi pertanian sudah dimualai di SMKN. H. Moenadi, walaupun belum sempurna dalam artian tidak semua teknogi dimanfaatkan karena dunia Pendidikan pun masih memerlukan system sederhana sebagai bahan perbandingan dan analisis siswa. System ini menggabungkan system pertanian model irigasi tetes (screen tanaman melon) atau sprayer (di green house tanaman anggrek). Khususnyaa dalam penyiraman, dan pemberian nutrisi sudah melalui internet dalam pengoperasiannya. Adapun rangkaiannya digitalisasi atau otomatisasi pertanian yang sudah ada di SMKN. H. Moenadi yaitu Sistem di Green House

Harapannya dengan adanya system ini siswa lebih mudah melakukan budidaya tanaman tanpa harus setiap hari dating ke lahan, siswa tinggal membuat planning kegiatan pemeliharaan tanaman untuk melakukan budidaya tanaman.

Penulis : Agus Ikwanto, Guru SMKN H Moenadi Ungaran